Survei: Mayoritas masyarakat RI beli properti untuk tempat tinggal, bukan investasi
Merdeka.com - Survei Rumah.com Property Affordability Sentiment Index H1-2018 menemukan bahwa minat masyarakat terhadap sektor properti di Indonesia sebagian besar masih merupakan pemenuhan kebutuhan akan tempat tinggal.
Survei ini diselenggarakan Rumah.com bersama Iembaga riset Intuit asal Singapura ini menunjukkan bahwa sebanyak 62 persen responden merupakan pencari rumah pertama dan upgrader, atau orang yang pindah ke rumah dengan kualitas yang lebih baik, bisa dari segi ukuran maupun lokasi. Sementara itu, hanya 17 persen yang merupakan investor. Sisanya mencari properti untuk tempat usaha.
"Sebagai pemimpin pasar properti online di Indonesia, survei Rumah.com Property Affordability Sentiment Index H1-2018 ini ditujukan untuk mengetahui respons pasar dari sisi permintaan sekaligus untuk menciptakan transparansi informasi untuk konsumen," ucap Head of Marketing Rumah.com, Ike Hamdan dikutip dari keterangannya di Jakarta, Kamis (29/3).
-
Dari mana saja orang cari rumah di Jakarta? Dari segi asal, lanjutnya, sebagian besar pencari properti di Jakarta berasal dari dalam wilayah itu sendiri. Namun, kota-kota satelit di sekitarnya juga mencatatkan proporsi pencarian yang signifikan.
-
Siapa yang paling sering cari properti di Jakarta? Di Jakarta, pencari properti umumnya berasal dari kelompok usia 25-34 tahun, dengan proporsi mencapai antara 33- 35,9 persen. Diikuti kelompok usia 45-54 tahun yang mencakup 19,9- 21,9 persen.'Data ini menunjukkan bahwa generasi muda dan dewasa produktif adalah kelompok utama yang aktif mencari properti di Jakarta,' tutur Marisa.
-
Siapa yang membeli rumah baru? Kediaman baru yang baru saja dibeli adalah bagian depan dari kediaman Frans Faisal, kakak Fuji dan Fadly Faisal.
-
Kenapa orang memilih rumah bekas di Jakarta? Jika Anda menginginkan lokasi yang benar-benar sentral, Anda mungkin perlu membeli rumah bekas.
-
Siapa pemilik rumah sekarang? Penjaga rumah mengungkap bahwa rumah tersebut telah berpindah tangan ke Muzdalifah.
-
Siapa yang membeli rumah tersebut? Inilah bagian depan dari rumah milik Frans Faisal kakak dari Fuji dan Fadly Faisal yang baru saja resmi dibeli.
Katanya, tujuan membeli properti ini berkaitan erat dengan usia dan penghasilan para responden, di mana responden milenial lebih banyak berada dalam kategori pembeli rumah pertama, sementara para investor berasal dari responden yang lebih berumur.
Ike mengakui, biaya yang diperlukan untuk masuk ke pasar properti itu tinggi, kebanyakan masyarakat Indonesia menempatkan alasan pertama untuk membeli rumah adalah sebagai tempat tinggal. Inilah yang ada di benak para konsumen muda, yang rata-rata masih menata keuangannya. Seiring waktu, saat keuangan sudah lebih baik, konsumen mulai berpikir untuk berinvestasi
"Sentiment Index ini menunjukkan bahwa konsumen properti cukup positif melihat properti. Sehingga meskipun Sentiment Index menunjukkan ketertarikan terhadap investasi tidak tinggi, perilaku pasar terhadap properti masih normal," kata Ike.
Hasil survei ini juga menunjukkan bahwa milenial muda berusia 20-29 tahun, yang berniat membeli rumah pertama sebanyak 69 persen dan hanya 12 persen yang berniat untuk investasi. Sementara milenial tua (30-39 tahun), 48 persen mencari rumah pertamanya dan 21 persen berniat untuk investasi. Investor properti paling banyak berasal dari golongan usia di atas 49 tahun, yakni sebesar 33 persen. Hanya 16 persen yang masih akan membeli rumah pertamanya.
Sementara jika dilihat dari penghasilannya, 59 persen responden berpenghasilan di bawah Rp 7 juta, berniat membeli rumah pertama mereka dan 12 persen berniat investasi. Dari kalangan berpenghasilan menengah (Rp7 juta-Rp15 juta), 47 persen masih mencari rumah pertama, sedangkan 23 persen sudah berani untuk berinvestasi. Dari kalangan berpenghasilan tinggi (di atas Rp 15 juta), sebesar 47 persen berniat berinvestasi di bidang properti.
Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan, perilaku investasi masyarakat masih dipengaruhi kondisi nasional, terutama situasi politik menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak. Kondisi ekonomi makro saat ini stabil meski cenderung flat. Arah kebijakan suku bunga masih stabil, tetapi ruang penurunannya masih terbatas. Namun demikian, stabilitas tersebut mengindikasikan ada harapan untuk menjadi lebih baik.
"Konsumen properti, terutama dari kalangan investor, masih dalam posisi wait and see. Mereka menunggu situasi politik dan kondisi ekonomi makro. Masyarakat lebih memilih untuk menabung ketimbang investasi. Sedangkan permintaan hunian saat ini lebih banyak berasal dari hunian sedang, ukuran luas 22-70m2. Permintaan ini lebih banyak dari kalangan pembeli yang memang benar-benar sedang membutuhkan rumah untuk ditinggali," jelas Josua.
Indeks harga properti capai titik tertinggi selama dua tahun terakhirBerdasarkan data dari Rumah.com Property Index, harga properti terus mengalami kenaikan sejak akhir tahun 2016 silam. Pasar properti sempat mengalami kelesuan pada akhir tahun 2016 sebagai dampak dari faktor ekonomi secara keseluruhan yang turut dipengaruhi kondisi ekonomi global. Namun, optimisme tersebut berangsur pulih. Ini tercermin dalam pergerakan data Rumah.com Property Index hingga akhir Februari 2018.
Data Rumah.com Property Index ini memiliki akurasi data yang cukup tinggi untuk mengetahui dinamika yang terjadi di pasar properti di Indonesia, karena merupakan hasil analisis dari 400.000 listing properti dijual dan disewa dari seluruh Indonesia, dengan lebih dari 17 juta halaman yang dikunjungi setiap bulan dan diakses oleh lebih dari 5,5 juta pencari properti setiap bulannya.
Secara kuartalan, index harga properti naik 2,6 persen pada kuartal pertama (Q1) 2018 dibanding Q4 2017. Sementara itu, secara tahunan, index harga properti naik 4,5 persen pada Q1 2018 dibanding Q1 2017.
Country Manager Rumah.com, Marine Novita menjelaskan, dinamika pasar properti nasional berdasarkan data Rumah.com Property Index menunjukkan optimisme yang tinggi. Index saat ini bahkan menjadi yang tertinggi selama dua tahun terakhir.
"Properti adalah salah satu instrumen investasi dengan risiko rendah dan keuntungan yang menjanjikan, khususnya di Indonesia. Prediksi bonus demografi, menggelembungnya penduduk usia produktif, yakni 15-64 tahun hingga tahun 2030 nanti bisa menjadi salah satu pertimbangan dalam pasar properti. Usia target pasar properti berada di dalam rentang usia produktif ini," tutup Marine.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hal ini menegaskan peran penting generasi muda dalam menggerakkan pasar properti, terutama di tengah dinamika seperti pergeseran minat ke wilayah berkembang.
Baca SelengkapnyaKontribusi industri properti terhadap PDB pada triwulan kedua 2023 tercatat sebesar 9,43 persen untuk sektor konstruksi & 2,40 persen untuk sektor real estate.
Baca SelengkapnyaPencari properti di Jakarta umumnya berasal dari kelompok usia 25-34 tahun.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data BPS mencatat di 2022 baru 60,66 persen rumah tangga di Indonesia yang menempati rumah yang layak.
Baca SelengkapnyaGenerasi muda usia 18-34 tahun banyak mencari informasi terkait properti di kawasan dekat IKN.
Baca SelengkapnyaPenjualan properti residensial triwulan IV-2023 tercatat meningkat 3,37 persen (yoy).
Baca SelengkapnyaDi akhir 2023, penambahan inventori baru pada proyek perumahan naik hingga dua kali lipat, sementara permintaan akan rumah baru juga naik hingga 27 persen.
Baca SelengkapnyaUntuk pengeluaran komoditas non makanan mencakup perumahan dan fasilitas rumah tangga, aneka barang dan jasa, pakaian, alas kaki, dan tutup kepala.
Baca SelengkapnyaSebelum membuat pilihan untuk menyewa atau membeli, pelajari semua faktor yang harus dipertimbangkan terlebih dahulu.
Baca SelengkapnyaErick Thohir menilai, gaya hidup konsumtif bisa dialihkan menjadi belanja yang lebih bermanfaat bagi masa depan.
Baca SelengkapnyaPenjualan mobil bekas di paruh pertama 2024 didominasi oleh milenial.
Baca SelengkapnyaSalah satunya, karena rumah tak layak huni tidak memiliki air yang bersih.
Baca Selengkapnya