Tak Banyak Orang Tahu, Metode Ini Bisa Jadi Salah Satu Cara Capai Swasembada Daging Sapi di Indonesia
Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (Siska) merupakan suatu program yang mengintegrasikan ternak dengan kelapa sawit.
Sejauh ini, Pulau Jawa masih mendominasi jumlah populasi sapi. Tahun 2023 sebesar 5,23 juta ekor (46,19 persen) dari total Indonesia. Sulawesi Tengah 207,3 ribu atau 1,83 persen.
Tak Banyak Orang Tahu, Metode Ini Bisa Jadi Salah Satu Cara Capai Swasembada Daging Sapi di Indonesia
Tak Banyak Orang Tahu, Metode Ini Bisa Jadi Salah Satu Cara Capai Swasembada Daging Sapi di Indonesia
Wakil Menteri Pertanian era 2011-2014, Rusman Heriawan menyebut bahwa jumlah populasi sapi dalam rentang waktu 2013-2023 menurun dari 13,13 juta ekor menjadi 11,32 juta atau menurun 13,79 persen.
Sejauh ini, Pulau Jawa masih mendominasi jumlah populasi sapi. Tahun 2023 sebesar 5,23 juta ekor (46,19 persen) dari total Indonesia. Sulawesi Tengah 207,3 ribu atau 1,83 persen.
Menyikapi kondisi ini, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perusahaam Inti Rakyat (Aspekpir) Indonesia berkolaborasi mengenalkan manfaat ekonomi dan bisnis budi daya sapi melalui pola integrasi sawit sapi (Siska) bagi petani sawit plasma di Sulawesi Tengah.
Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (Siska) merupakan suatu program yang mengintegrasikan ternak, dalam hal ini sapi potong dengan tanaman perkebunan yaitu kelapa sawit dengan konsep menempatkan dan mengusahakan sejumlah ternak tanpa mengurangi aktifitas dan produktifitas tanaman.
Tenaga Ahli Menteri Pertanian, Ali Agus mengatakan, integrasi sapi dalam perkebunan sawit memberi manfaat nyata dari aspek ekonomi dan lingkungan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.
"Keberhasilan introduksi model integrasi sawit-sapi tergantung pada intensitas dan keberlanjutan pendampingan langsung untuk memastikan teknologi transfer sukses diadopsi petani/peternak," kata Ali dikutip di Jakarta, Sabtu (27/4).
Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, Rudy Dewanto mengatakan, budidaya sapi pola Siska belum begitu familiar bagi petani sawit, khususnya petani sawit plasma di Sulawesi Tengah.
Sehingga belum bergitu berkembang, padahal program ini sangat baik untuk dilaksanakan guna mendukung terwujudnya swasembada daging di Sulawesi Tengah.
Dia mengharapkan, melalui kegiatan kolaborasi BPDPKS-Aspekpir Indonesia nantinya, dapat melahirkan inisiatif dan inovasi guna memperkuat ekosistem UKMK petani sawit plasma dengan mendorong kelembagaan petani sawit plasma untuk memproduksi pupuk organic dan pakan ternak melalui budidaya sapi pola Siska.
“Harapan kami sangat besar terhadap sistem Siska ini,” katanya sangat membuka Workshop.
Di Provinsi Sulawesi Tengah, luas perkebunan kelapa sawit yang tercatat mencapai 150.000 hektare atau hampir satu persen dari luas perkebunan kelapa sawit nasional yang mencapai 16 juta hektare dan tersebar di sejumlah kabupaten dengan kemampuan produksi tandan buah segar mencapai 400.000 ton per tahun.
Dia menjelaskan kehadiran Ibu Kota Nusantara akan berdampak meningkatnya kebutuhan pangan, termasuk daging sapi yang harus disiapkan karena bertambahnya jumlah orang yang akan tinggal di kawasan IKN.
"Sulawesi Tengah turut berperan untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan berharap Sistem Siska dapat menjadi salah satu pola akselerasi memperbesar produksi daging sapi guna memasok kebutuhan IKN," katanya.
Siska menjadi komponen penting dalam mendukung implementasi Rencana Aksi Nasional Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAN-KSB) sesuai Inpres No. 6 tahun 2019.
Siska yang diperkenalkan tahun 2010, hingga kini kasih belum berkembang luas. Para pemilik kebun masih ragu adanya dampak negatif Siska seperti penyebaran genoderma, pemadatan tanah, walaupun banyak studi/kajian telah mematahkan keraguan ini.
Anwar Sadat, Senior Analis Divisi UKMK BPDPKS menjelaskan jika BPDPKS mendukung kegiatan budidaya sapi melalui sistem Siska melalui kegiatan kolaborasi bersama dan wujud nyata misi BPDPKS dalam menjalankan kebijakan pemerintah pengembangan kelapa sawit berkelanjutan melalui penghimpunan, pengembangan dan penyaluran dana sawit yang terpadu dan tepat guna secara profesional dan akuntable.