Temuan Daging Sapi Gelonggongan Bikin Geger Warga Surabaya, Begini Tips Pilih Daging Sehat di Pasar
Jangan sampai kecolongan!
Jangan sampai kecolongan!
Konsumen yang mendapati dugaan daging gelonggongan akhirnya melapor ke pihak terkait. Laporan itu ditindaklanjuti oleh pihak Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Surabaya dengan melakukan pengawasan rutin.
Direktur RPH Surabaya Fajar A. Isnugroho mengaku pihaknya akan proaktif mengawasi peredaran daging di Kota Surabaya, seperti dilansir liputan6. Pasalnya, daging gelonggongan akan berdampak buruk pada kesehatan konsumen.
(Foto: Freepik Racool_studio)
Ruspeni Daesusi, Dosen Biologi UM Surabaya menjelaskan, daging sapi adalah salah satu sumber pangan bergizi tinggi. Daging sapi segar mengandung 19% protein, 70% air, 3,5% lemak, dan 2,5% mineral.
Menurut Susi, daging sapi berkualitas memiliki kriteria berdasarkan warna, tekstur, dan aroma. Daging berkualitas berwarna merah cerah, beraroma khas tidak masam atau tidak busuk, teksturnya kenyal, kesat padat, tidak berlendir, tidak kaku dan lengket, serta bila ditekan akan kembali ke bentuk semula.
Sementara daging sapi gelonggongan memiliki ciri-ciri yang berkebalikan dengan itu. Praktik penggelonggongan adalah memasukkan air dengan arus cukup tinggi melalui mulut sapi secara paksa menggunakan selang. Tujuannya agar bobot sapi meningkat.
Dikutip dari laman resmi Universitas Muhammadiyah Surabaya, ada dua waktu penggelonggan yang dilakukan oleh oknum, yakni sebelum sapi diperjualbelikan atau sesaat sebelum dilakukan penyembelihan.
Proses penggelonggongan menyebabkan kadar air pada daging sapi normal yang berkisar antara 60% akan meningkat menjadi sekitar 80%. Kandungan air tinggi pada sel-sel daging menyebabkan daging sapi gelonggongan disukai oleh bakteri Salmonella typhosa, Clostridium dan bakteri lain yang berbahaya bagi manusia.
(Foto: Freepik @aleksandarlittlewolf)
Berbeda dengan daging segar, daging sapi gelonggongan berwarna pucat atau kusam. Selain itu, tekstur daging lembek, tidak kesat atau padat, dan berair.
Daging gelonggong tidak bisa diolah menjadi hasil pengolahan bagus, seperti bakso, nuget, abon, atau bentuk olahan daging lainnya. Bahkan, saat dipotong bentuknya juga tidak bisa padat.
Daging gelonggongan tidak bisa bertahan dalam suhu ruang lebih dari enam jam. Daging beraroma tidak sedap (masam), warna menghitam, dan membusuk karena bakteri. Sedangkan daging sapi segar, masih bisa bertahan selama waktu tersebut.
Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Fakultas Kedokteran Hewan UGM Dr. drh. Doddi Yudhabuntara menuturkan, jika air yang dicampur lebih kotor akan lebih membahayakan karena kuman yang berasal dari organ pencernaan Sapi berupa bakteri E. Colli akan menyerang pengonsumsi. Ditandai dengan gejala diare.
(Foto: Freepik jcomp)
Bunga Tabebuya bermekaran di sepanjang pinggir jalan protokol Kota Surabaya
Baca SelengkapnyaCara Pemkot Surabaya tekan angka pernikahan dini layak dicontoh daerah lain.
Baca SelengkapnyaInspiratif! Warga Kota Surabaya kompak tanam sayur dan buah untuk bangun kampung.
Baca SelengkapnyaIni Penyebab Jalan Pasar Kembang di Surabaya Meletus
Baca SelengkapnyaDua petugas Satpol PP Surabaya yang berniat membantu warga, justru babak belur diamuk oknum buruh
Baca SelengkapnyaWarga Surabaya berkesempatan nikah mewah murah. Begini caranya
Baca SelengkapnyaGanjar bersama istri bersilaturahmi ke Pondok Pesantren (Ponpes) KH. Ustman, Surabaya.
Baca SelengkapnyaBerkah kampanye Pemilu dirasakan pengusaha percetakan sejak 1,5 bulan terakhir
Baca SelengkapnyaPenjual nasi goreng di Surabaya yang masih setia memasang petromaks di gerobaknya mencuri perhatian.
Baca Selengkapnya