Tensi Geopolitik Masih Panas, OJK Minta Sektor Jasa Keuangan Waspada
Tensi geopolitik global masih melanjutkan peningkatan seiring berlanjutnya konflik di Timur Tengah.
Tensi geopolitik global masih melanjutkan peningkatan seiring berlanjutnya konflik di Timur Tengah.
Tensi Geopolitik Masih Panas, OJK Minta Sektor Jasa Keuangan Waspada
OJK Minta Sektor Jasa Keuangan Waspada
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong lembaga jasa keuangan untuk terus memonitor potensi resiko tetap terjaga di tengah meningkatnya tensi geopolitik global yang masih terus berlanjut.
Termasuk untuk mencegah dampak ekspektasi tingkat suku bunga melandai dan volatilitas harga komoditas pangan yang dapat mempengaruhi perekonomian dan sektor keuangan.
Beberapa langkah yang bisa diambil antara lain melakukan uji coba atau stress test ketahanan terhadap gejolak pasar.
Selain itu melakukan strategi mitigasi risiko dalam rangka menjaga ketahanan permodalan dan likuiditas.
"Sehingga sektor jasa keuangan dapat terjaga stabil dan dapat berkontribusi optimal bagi perekonomian nasional," kata Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar dalam RDK Bulanan November 2023 secara virtual, Senin (4/12).
Mahendra melaporkan saat ini stabilitas sektor jasa keuangan nasional masih tetap terjaga yang didukung permodalan solid dan likuiditas memadai.
Sehingga dinilai mampu menghadapi berlanjutnya penurunan pertumbuhan ekonomi dunia dan tingkat ketidakpastian global yang tinggi.
"Sektor jasa keuangan terjaga didukung oleh permodalan yang kuat dan likuiditas yang memadai," kata Mahendra.
Tensi geopolitik global masih melanjutkan peningkatan seiring berlanjutnya konflik di Timur Tengah.
Kondisi ini juga dipengaruhi beberapa perkembangan pemilihan umum politik di negara-negara maju yang menunjukkan kemenangan dari partai-partai politik beraliran sayap kanan.
"Namun demikian, dampaknya terhadap harga minyak dan energi terlihat masih terbatas terutama mengingat masih berlanjutnya tren pelemahan permintaan," kata Mahendra.
Namun demikian, perkembangan tersebut mendorong penguatan pasar keuangan global dan juga penurunan volatilitas baik di pasar saham, surat utang maupun nilai tukar.
"Investor non residen juga mulai masuk ke pasar keuangan dari negara-negara emerging termasuk ke Indonesia, setelah dalam 3 bulan sebelumnya melakukan share off yang signifikan," kata dia.
Lebih lanjut, Mahendra menyoroti pertumbuhan ekonomi di dalam negeri. Tercatat pertumbuhan PDB Kuartal III-2023 tercatat 4,94 persen secara tahunan.
"Hal itu didukung oleh tingginya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi bangunan," ujar Mahendra.
Disisi lain, tingkat inflasi juga terjaga rendah di level 2,56 persen secara tahunan.
Sementara itu, ekspor masih terkontraksi atau minus 4,26 persen secara tahunan.
"Secara umum leading indicators perekonomian nasional masih cukup positif, diantaranya ditunjukkan oleh neraca perdagangan yang masih surplus, konsumsi semen domestik yang meningkat, dan PMI manufaktur yang ekspansif," kata dia.
Stabilitas Jasa Keuangan Indonesia Terjaga
Sejauh ini, Mahendra, melaporkan, stabilitas sektor jasa keuangan nasional tetap terjaga, yang didukung permodalan solid dan likuiditas memadai.
Sehingga dinilai mampu menghadapi berlanjutnya penurunan pertumbuhan ekonomi dunia dan tingkat ketidakpastian global yang tinggi
Indikator ekonomi terkini di tingkat global menunjukkan ketidakpastian pergerakan ekonomi. Ini terjadi ditengah membaiknya tingkat inflasi menuju level pra pandemi, khususnya pada negara-negara maju.
Sementara itu, sentimen di pasar keuangan cenderung positif. Didukung peningkatan ekspektasi berakhirnya siklus kenaikan suku bunga global, setelah rilis data Ketenagakerjaan Amerika Serikat serta berlanjutnya penurunan tingkat inflasi.
Selanjutnya, optimisme juga turut dipengaruhi oleh peluncuran insentif fiskal, moneter dan sektor keuangan di China untuk menahan penurunan kinerja perekonomiannya termasuk dalam mengatasi permasalahan di sektor properti.