Ternyata Ini Alasan Pemerintah Beri Golden Visa Pertama ke CEO ChatGPT
Silmi menekankan pentingnya penguasaan AI agar Indonesia jadi negara yang semakin produktif.
Sam Altman, CEO OpenAI yang merupakan perusahaan dibalik ChatGPT jadi WNA pertama yang mendapatkan Golden Visa.
Ternyata Ini Alasan Pemerintah Beri Golden Visa Pertama ke CEO ChatGPT
Ternyata Ini Alasan Pemerintah Beri Golden Visa Pertama ke CEO ChatGPT
Direktur Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham), Silmy Karim terus mempromosikan produk Golden Visa kepada calon investor yang berminat menanamkan modalnya di Indonesia.
Sam Altman, CEO OpenAI yang merupakan perusahaan dibalik ChatGPT jadi WNA pertama yang mendapatkan Golden Visa sejak aturan itu diundangkan pada akhir Agustus 2023.
Silmy mengatakan, kebijakan itu dikeluarkan pemerintah karena ingin membangun ekosistem bisnis yang ditopang teknologi artificial intelligent (AI). Itu selaras dengan target masa depan Indonesia, menjadi negara kekuatan ekonomi terbesar keempat di dunia pada 2050.
"Itu kita berikan kepada founder ChatGPT. Kenapa kita berikan, karena kita ingin environment, ekosistem di AI masuk ke Indonesia. Untuk mewujudkan Indonesia jadi nomor 4 kekuatan ekonomi dunia tahun 2050, itu membutuhkan teknologi AI," kata Silmy Karim dalam acara Digi-Fest Talk di Ritz Carlton Mega Kuningan Hotel, Jakarta, Rabu (13/9).
Silmi juga menyoroti kelompok Gen Z yang akan jadi pemimpin Indonesia di 2050. Namun, Silmy tak ingin terlena dengan prediksi itu sehingga hanya menjadi cita-cita semu.
"Gen Z juga perlu mempersiapkan diri, anggaplah kita ini sebagai sebuah produk. Harus memiliki daya saing. Daya saing yang dimiliki ini adalah bukan hanya terhadap warga negara Indonesia," tegas Silmi.
"Juga terhadap warga negara asing. Karena dengan adanya globalisasi, kemajuan teknologi komunikasi, semua ya g jauh menjadi dekat. Semua yang lama menjadi cepat," ujar dia.
Oleh karenanya, Silmi menekankan pentingnya penguasaan AI agar Indonesia jadi negara yang semakin produktif. Di sisi lain, Silmy pun tak ingin masyarakat justru terlena dengan kemudahan yang ditawarkan teknologi digital tersebut.
"Banyak sekali pertanyaan apakah AI bisa mengalahkan manusia. Saya jawab, untuk hal-hal tertentu iya. Tetapi AI itu tidak bisa melakukan hubungan relationship. Kemudian mereka juga tidak bisa menggantikan pejerjaan-pekerjaan," ungkap Silmy.
"Seperti misalnya pekerjaan dalam hal menjual, marketing, dan masih banyak hal lain. Sehingga lakukan kolaborasi dengan yang namanya teknologi. AI bukan lawan, tetapi adalah alat untuk melengkapi kita menjadi lebih produktif," tutup Silmy.Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6.com