Waduh, 3 Komoditas Penyumbang Inflasi Justru Tak Disukai Petani
Inflasi November 2023 naik akibat lonjakan berbagai harga pangan, salah satunya cabai.
Inflasi November 2023 naik akibat lonjakan berbagai harga pangan, salah satunya cabai.
Waduh, 3 Komoditas Penyumbang Inflasi Justru Tak Disukai Petani
Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan, komoditas yang paling tinggi menyumbang inflasi terbesar pada November 2023 adalah cabai merah, cabai rawit dan bawang merah.
Kendati begitu Amalia menyebut bahwa ketiga komoditas tersebut bukan termasuk 10 komoditas paling banyak diusahakan oleh usaha pertanian perorangan berdasarkan statistik tani (ST) 2023.
"Komoditas beri andil inflasi terbesar yaitu cabai merah, cabe rawit dan bawang merah tapi ketiga komoditas itu bukan termasuk 10 komoditas paling banyak diusahakan oleh usaha pertanian perorangan," ujar Amalia dalam acara Diseminasi Hasil Sensu Pertanian 2023 Tahap I, Jakarta, Senin (4/12).
Merdeka.com
Amalia membeberkan 10 komoditas yang paling banyak diusahakan pertanian perorangan antara lain, padi sawah inbrida 32,08 persen, ayam kampung biasa 18,51 persen, sapi potong 13,91 persen, kelapa 10,64 persen.Kemudian jagung hibrida 10,34 persen, kambing potong 9,31 persen, kelapa sawit 8,58 persen, ubi kayu 6,97 persen, dan karet 6,64 persen, serta padi sawah hibrida 6,03 persen.
Maka dari itu, Amalia menilai 3 komoditas harus di dorong dalam usaha pertanian baik perorangan maupun lainnya. Ia berharap para pelaku usaha pertanian untuk menanam ketiga komoditas tersebut.
"Ke depan tentunya kita perlu mendorong Bagaimana usaha pertanian baik perorangan maupun yang lainnya dapat juga melakukan usaha atau menanam cabai merah cabai rawit dan bawang merah menjadi bagian yang diusahakan untuk kemudian memberikan kontribusi atau meminimalkan tekanan inflasi dari ketiga komoditas ini," pungkasnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada November 2023 mencapai 0,38 persen secara bulanan (month to month/mtm). Sementara secara tahunan (year on year/yoy), inflasi bulan lalu mencapai 2,86 persen.
"Pada November 2023 terjadi inflasi sebesar 0,38 persen secara bulanan, atau terjadi peningkatan indeks harga konsumen dari 115,64 pada Oktober 2023 menjadi 116,08 pada November 2023," ujar Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh Edy Mahmud dalam acara konferensi pers di Jakarta, Jumat (1/12).
Edy menyebut, inflasi pada November 2023 lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya akibat lonjakan berbagai harga pangan. Tercatat, tingkat inflasi pada Oktober 2023 hanya sebesar 0,17 persen secara month to month (m-to-m) dan inflasi sebesar 2,56 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Dia mencatat, kelompok pengeluaran penyumbang inflasi terbesar pada November 2023 adalah makanan, minuman, dan tembakau dengan 1,23 persen. Sementara andil inflasi 0,38 persen.
Adapun komoditas utama penyumbang Inflasi November 2023 adalah cabai merah dengan andil inflasi 0,16 persen. Disusul, cabai rawit dengan andil inflasi 0,08 persen, bawang merah andil inflasi 0,03 persen, beras andil inflasi 0,02 persen, dan gula pasir serta telur ayam ras dengan andil inflasi masing masing sebesar 0,01 persen.
Merdeka.com