Kisah Bisnis Budak Jadi Usaha Menguntungkan, Lahirkan Banyak Konglomerat
Dengan bisnis ini, banyak terlahir konglomerat, dan jumlahnya lebih banyak dibandingkan di negara yang ada di dunia.
Dengan bisnis ini, banyak terlahir konglomerat, dan jumlahnya lebih banyak dibandingkan di negara yang ada di dunia.
Pada abad ke-16, perbudakan menjadi bisnis sangat menguntungkan bagi masyarakat Amerika.
Dengan bisnis ini, banyak terlahir konglomerat, dan jumlahnya lebih banyak dibandingkan di negara yang ada di dunia.
Konglomerat Amerika menjadikan tenaga budak-budak yang berasal dari beberapa negara Eropa dan Afrika, sebagai bahan bakar untuk menghasilkan keuntungan melimpah dari sektor pertanian berupa tembakau, kapas, dan tebu,
Mengutip History, perekonomian budak sangat bermanfaat bagi kemakmuran Amerika. Pada awal perang, negara-negara Amerika bagian selatan memproduksi 75 persen kapas dunia dan menciptakan lebih banyak jutawan.
Sebagai imbalan atas pekerjaan budak, mereka menerima makanan dan tempat tinggal, pendidikan dasar dan sesekali diberi kesempatan untuk perdagangan.
Pada tahun 1680, perekonomian Inggris membaik dan lebih banyak lapangan kerja tersedia di Inggris. Pada masa ini, pekerja Eropa yang diperbudak di Amerika memutuskan kembali ke Inggris. Dampaknya, Amerika kekurangan budak.
Namun, kondisi itu tidak berlangsung lama. Orang-orang Afrika kemudian "menjadi alternatif" budak bagi Amerika.
Seiring sektor pertanian yang mengalami pertumbuhan cukup signifikan, para jutawan Amerika bahkan membangun "pasar budak" untuk melelang tenaga kerja Afrika yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sektor pertanian.
Pasar budak, di mana manusia diperiksa seperti binatang dan diperjualbelikan kepada penawar tertinggi, terbukti menjadi usaha yang semakin menguntungkan.
Pada pertengahan abad ke-17, seorang budak yang terampil dan berbadan sehat bisa mendapatkan hingga USD2.000. Kerja paksa telah begitu mengakar sehingga tidak ada sesuatu pun yang dapat menghilangkannya.
Hingga akhir abad ke-17, terdapat hampir 700.000 orang yang diperbudak yang tinggal di Amerika Serikat, yang nilainya mencapai jutaan dolar jika dikonversi dengan nilai mata uang saat ini.
Tren perbudakan di Amerika kemudian berhenti di abad ke-18. Pada 18 Desember 1865, Amandemen ke-13 diadopsi sebagai bagian dari Konstitusi Amerika Serikat.
Amandemen tersebut secara resmi menghapuskan perbudakan, dan segera membebaskan lebih dari 100.000 orang yang diperbudak, dari Kentucky hingga Delaware.
Jutaan orang Amerika Serikat berlomba memiliki paspor dari negara lain demi menyelamatkan harta kekayaan mereka.
Baca SelengkapnyaSetelah lulus sarjana dari Amerika, pria asal Makassar ini kembali ke Tanah Air dan mendirikan perusahaan IT
Baca SelengkapnyaBerikut prajurit TNI yang bikin keok petarung asal Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaProses ekspor tersebut dikawal langsung Bea Cukai Yogyakarta
Baca SelengkapnyaSetidaknya, ada 969 orang kaya yang berada di China. Angka ini jauh melampaui jumlah miliarder di Amerika yang berjumlah 691 miliarder.
Baca SelengkapnyaDuta Besar RI untuk Inggris Desra Percaya terus mendorong optimalisasi peran diaspora Indonesia dalam membangun ekonomi berbasisinovasi.
Baca SelengkapnyaSaat pertama kali berkenalan, keduanya sama-sama memiliki latar belakang ekonomi yang sulit.
Baca SelengkapnyaKonsumen Amerika disebut akan menghadapi kesulitan berbelanja saat generasi Milenial dan Z di Asia enggan bekerja di sektor manufaktur.
Baca SelengkapnyaBudi menjelaskan, hal ini terjadi sebelum nama Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI) berubah menjadi BAKTI.
Baca Selengkapnya