100 Orang Terkaya Dunia Minta Ditagih Pajak Lebih Banyak, Tujuannya Mulia Sekali
"Sebagian besar dari kami bisa mengatakan, di saat dunia tengah sangat menderita selama dua tahun terakhir, kami justru mengalami peningkatan kekayaan di masa pandemi--tapi hanya sedikit dari kami yang membayar pajak dengan semestinya," kata para miliuner.
Sebanyak lebih dari 100 orang terkaya di berbagai belahan dunia menyerukan pemerintah di berbagai negara untuk menagih mereka pajak lebih banyak.
Kelompok bernama Patriotic Millionaires, Millionaires for Humanity, dan TaxMeNow itu mengatakan orang-orang super kaya selama ini tidak diminta membayar pajak untuk pemulihan ekonomi global akibat pandemi Covid-19.
-
Kenapa orang berpura-pura kaya? Perilaku ini umumnya dilakukan untuk menyembunyikan keterbatasan keuangan mereka.
-
Bagaimana cara orang kaya ini dimakamkan? Makam ini menyimpan kerangka empat anggota keluarga kaya 'tuan tanah' yang dikremasi dan dikubur bersama dengan lima kereta kencana dan lima kuda.
-
Apa yang menjadi ciri khas orang yang gemar berpura-pura kaya? Satu hal yang membedakan orang-orang ini adalah kecenderungan mereka untuk membahas cita rasa dan gaya hidup yang dianggap elite.
-
Bagaimana orang kaya menabung? Orang kaya sangat bijak dalam pengelolaan uang. Mereka selalu mencari cara untuk menghemat.
-
Apa yang ditemukan di dalam makam orang kaya Romawi tersebut? Makam ini dipastikan milik orang-orang kaya dan berkuasa Romawi. Buktinya, kerangka masih memakai perhiasan emas dan sepatu kulit mahal.
-
Kenapa orang kaya dimaklumi saat bertengkar? Jika orang kaya bertengkar, orang masih bisa memaklumi. Semua yang mereka inginkan dapat dibeli. Biarkan mereka bertengkar, karena mereka bisa membeli kebahagiaan dengan kekayaan yang mereka miliki," ujar Das'ad dalam ceramahnya.
"Sebagai miliuner, kami tahu sistem pajak saat ini tidak adil," kata mereka dalam sebuah surat terbuka yang dirilis daring kemarin, seperti dilansir laman BBC, Kamis (20/1).
Surat terbuka itu salah satunya ditandatangani oleh pewaris Disney Abigail Disney dan Nick Hanauer.
Hanauer adalah pengusaha Amerika Serikat dan investor di situs retail daring Amazon.
"Sebagian besar dari kami bisa mengatakan, di saat dunia tengah sangat menderita selama dua tahun terakhir, kami justru mengalami peningkatan kekayaan di masa pandemi--tapi hanya sedikit dari kami yang membayar pajak dengan semestinya," kata para penandatangan surat itu dalam acara Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss yang digelar secara virtual tahun ini.
"Dunia--semua negara di dalamnya--harus meminta orang kaya membayar pajak mereka," tulis para orang kaya itu yang di antaranya berasal dari AS, Inggris, Jerman, Kanada, Denmark, Austria, Belanda, Norwegia, dan Iran.
Lembaga Oxfam kemarin juga merilis laporan yang menjelaskan bagaimana pandemi telah memperbesar jurang ketimpangan di seluruh dunia. Menurut laporan itu, pandemi telah membuat 160 juta orang jatuh dalam jurang kemiskinan sementara 10 orang terkaya justru kekayaannya berlipat ganda.
"Kekayaan masih terus terkonsentrasi di tangan segelintir orang dan ini makin membuat masalah sosial," kata miliuner Inggris Gemma McGough, pengusaha dan anggota Patriotic Millionaires kepada France24.
Pajak tahunan kepada orang terkaya dunia bisa mencapai USD 2.52 triliun, menurut analisis Fight Inequality Alliance, Institute for Policy Studies, Oxfam, dan Patriotic Millionaires. Pajak 2 persen untuk kekayaan lebih dari USD 5 juta; 3 persen untuk kekayaan lebih USD 50 juta; 5 persen untuk kekayaan lebih dari USD 1 miliar.
Dana hasil pengumpulan pajak itu diperkirakan cukup untuk membuat vaksin bagi seluruh dunia dan kebutuhan fasilitas kesehatan serta perlindungan sosial bagi 3,6 miliar penduduk Bumi yang berada di negara miskin dan berpendapatan menengah ke bawah.
"Jika kita tidak mengatasi ketimpangan besar ini, kekuasaan serta kekayaan yang dimiliki para miliuner, kita tidak bisa menangani perubahan iklim, gerakan feminis atau gerakan HAM. Ini menjadi kepentingan kita semua untuk membuat masa depan dunia yang berbeda," kata Jenny Ricks dari Fight Inequality Alliance kepada France24.
McGough menambahkan, "99 persen orang di dunia mengalami pendapatan yang merosot selama pandemi dan biaya hidup makin tinggi. Kalau Anda berada di 1 persen, lalu melihat situasi Anda sendiri dan tidak mengalami hal yang sama--itu tidak benar. Itu tidak adil. Kita tahu kita berada di posisi untuk menanggung beban itu."
(mdk/pan)