5 cerita perlawanan paling heroik membalas kekejaman ISIS
Ini kumpulan kisah gagah berani tentara dan warga sipil melawan militan ISIS yang bertindak lalim
Dunia tidak diam atas kekejian dan kesewenang-wenangan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS). Berbagai perlawanan, baik perorangan maupun pasukan, disiapkan untuk membasmi gerakan esktremis ini.
Dengan gagah berani para tentara dan orang-orang ini menyerbu, membumihanguskan dan membantai para pengikut ISIS. Jihadis ISIS dibuat bergidik ngeri.
Apalagi para penyerang ISIS tidak cuma modal nekat, mereka menyerang ISIS penuh perhitungan disertai kemampuan mumpuni. Siapa saja mereka? Berikut adalah 5 cerita perlawanan paling heroik basmi ISIS.
-
Siapa saja yang diarak di Jakarta? Pawai Emas Timnas Indonesia Diarak Keliling Jakarta Lautan suporter mulai dari Kemenpora hingga Bundaran Hotel Indonesia. Mereka antusias mengikuti arak-arakan pemain Timnas
-
Apa yang menjadi ciri khas lift tertua di Indonesia? Pintu lift kuno itu seperti teralis, sehingga penggunanya bisa melihat proses saat lift itu naik maupun turun.
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Apa yang dilakukan Mies van Bekkum di Jakarta? Pada zaman dahulu, Mies van Bekkum datang ke tempat itu untuk menyatukan kembali keluarga Belanda yang terpisah akibat ditawan Jepang.
-
Apa yang menjadi polutan utama di udara Jakarta saat ini? "Konsentrasi PM2.5 di Jakarta saat ini 11.9 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO," demikian keterangan situs IQAir tersebut.
-
Apa yang menjadi salah satu solusi untuk kemacetan di Jakarta? Wacana Pembagian Jam Kerja Salah satu ide yang diusulkan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono adalah pembagian jam masuk kerja para pekerja di Jakarta. Menurutnya, cara itu bisa mengurangi kemacetan hingga 30 persen.
Pasukan Mesir
Presiden Mesir Abdul Fatah al-Sisi dalam pidato di televisi bersumpah menghancurkan ISIS cabang Afrika Utara yang baru terbentuk tahun lalu itu.
Serangan difokuskan ke kawasan Derna. Di sana bercokol markas, gudang senjata, serta tempat latihan para militan bekas Al Qaidah yang berbaiat pada ISIS.
Pemerintah Libya mempersilakan jet tempur Mesir masuk wilayahnya menghabisi para pejuang khilafah. "Sudah delapan serangan udara dilakukan sejak 12 jam terakhir. Diperkirakan lebih dari 50 militan tewas," kata juru bicara pemerintah Libya, Muhammad Azazza.
Presiden al-Sisi menetapkan masa berkabung nasional tujuh hari untuk umat Kristen yang dibantai ISIS. Walau umat Kristen Koptik cuma warga minoritas di Mesir, dia menilai ulah para militan yang menculik para korban di perbatasan sangat keterlaluan. Bila dibiarkan, stabilitas Afrika Utara bisa kacau balau.
"Kami akan menghabisi para kriminal yang tidak beradab itu," kata al-Sisi.
Selain membuka pintu bagi Mesir menggelar operasi militer, pasukan Libya juga ikut terlibat menyapu wilayah darat. Negeri Piramida itu sebelumnya tidak terlalu terlibat konfrontasi dengan ISIS.
Penembak jitu dari SAS
Satu keluarga penganut Syiah di utara Suriah berhasil selamat dari maut, jelang beberapa detik akan dieksekusi oleh algojo Negara Islam Irak dan Syam. Keluarga terdiri dari ayah dan anak itu sudah pasrah berdiri di atas panggung ditonton warga satu kota, karena dianggap kafir setelah menolak berbaiat pada khilafah gaya baru.
Keduanya diseret dengan penutup mata. Mirror melaporkan, Selasa (11/8), sebelum memenggal keduanya, algojo memberi khotbah pada warga. Sang algojo ISIS sudah bersiap menebas kepala para korban, mendadak ambruk bersimbah darah. Kepala sang militan itu pecah dihantam peluru.
Dari laporan yang diterima mirror, sang algojo itu dihabisi penembak jitu dari Pasukan Khusus Inggris (SAS) yang berada kurang lebih 1 kilometer dari lokasi eksekusi.
Sumber militer Inggris mengakui ada operasi tim SAS yang digelar di perbatasan Suriah-Turki. "Sniper yang bertugas saat itu sekaligus menembak mati dua prajurit ISIS lainnya," kata perwira menolak disebut namanya ini.
Sniper yang bertugas itu menggunakan senapan kaliber 50 berperedam suara. Awalnya, tim SAS yang memantau hendak memanggil bantuan drone. Tapi serangan udara dikhawatirkan bisa menimbulkan korban sipil di kawasan tersebut, karena warga berkerumun dekat lokasi eksekusi.
Perwira SAS ini mengaku ketika pasukannya mengintai dari jauh, beberapa orang terlanjur dieksekusi mati. "Ada beberapa mayat bergelimpangan sebelum penembak kami melancarkan serangan," tuturnya.
Gara-gara aksi heroik sang penembak jitu, pasukan ISIS itu tunggang langgang. Para pejuang khilafah terdiam beberapa saat karena tiga kawan mereka tiba-tiba tak bernyawa, sebelum akhirnya kabur dari desa tersebut.
Ayah dan anak penganut Syiah itu akhirnya selamat dari maut. Beberapa warga memberanikan diri maju ke panggung, membebaskan keduanya.
Selama setahun terakhir, beberapa personel SAS telah diterjunkan ke area konflik melalui perbatasan Turki. Tugas tentara khusus Inggris ini memasok kebutuhan pejuang Kurdi untuk menghambat lajut pasukan darat ISIS yang berambisi membangun pos sedekat mungkin dari Eropa.
Pasukan AS dan sekutu
Pasukan militer AS dan negara sekutu terus melancarkan serangan udara terhadap pasukan Negara Islam (ISIS) di Suriah dan Irak. Serangan tersebut digelar nyaris tanpa henti dua hari terakhir.
Pesawat tempur dan pembom melancarkan sebanyak 11 serangan udara di Suriah dan 27 serangan udara di Irak, kata Departemen Pertahanan AS.
Serangan udara di Al-Hasakah dan Kobani di Suriah menghancurkan satu pasukan taktis ISIS, sembilan posisi tempur ISIS, tiga perahu ISIS, satu perangkat peledak rakitan ISIS dan satu posisi mortir ISIS, kata pernyataan itu sebagaimana diberitakan Xinhua, Senin (27/4).
Sementara itu, serangan udara di Bayji, Mosul, Sinjia, Kirkuk, Fallujah dan Ramadi di Irak menghancurkan lebih dari 15 satuan taktis dan 10 posisi tempur ISIS, 13 kendaraan ISIS, tujuh senapan mesin berat ISIS dan lima gedung ISIS, tambahnya.
Negara koalisi yang melancarkan serangan udara di Irak meliputi Amerika Serikat, Australia, Belgia, Kanada, Denmark, Prancis, Belanda dan Inggris. Negara koalisi yang melancarkan serangan udara di Suriah terdiri atas Amerika Serikat, Bahrain, Jordania, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Raja Abdullah II
Raja Abdullah II, sang penguasa Yordania, marah besar karena Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) membunuh pilot tempurnya dua hari lalu. Hari ini, Kamis (5/2), media-media Timur Tengah ramai mengabarkan bahwa raja ikut terjun menggempur markas ISIS di perbatasan Yordania-Suriah.
Surat kabar An Nahar memastikan Raja Abdullah II ikut berperang. Pada masa mudanya, pemimpin Yordania ini adalah perwira Angkatan Udara, memiliki kemampuan menerbangkan jet tempur.
Sementara Stasiun Televisi Fox News, melaporkan bahwa sang raja kemarin memangkas jadwal lawatan di Amerika Serikat awal pekan ini, setelah dipastikan sandera ISIS asal Yordania dibakar hidup-hidup.
Saat kabar itu dia terima, Abdullah II memutuskan segera pulang ke Ibu Kota Amman. Tiga tahanan teroris yang terkait dengan ISIS dieksekusi mati kemarin subuh.
"Raja Abdullah sangat marah, dia mengatakan siap memerangi ISIS sampai mereka kehabisan minyak dan peluru," ujar satu sumber dekat dengan istana Amman.
Keberanian Raja Abdullah jadi obrolan ramai warga AS. Mereka membandingkannya dengan Presiden Barack Obama yang tak punya strategi jelas mengatasi situasi panas di Timur Tengah.
"Raja Abdullah jelas lebih bernyali dibanding Obama," kata Senator Duncan Hunter, dari Partai Republik yang berseberangan dengan Gedung Putih.
Para militan ISIS akhir Januari mengontak Yordania, menuntut pertukaran tahanan Al Qaidah bernama Sajida al-Rishawi dengan pilot jet tempur Yordania Muath al-Kasaesbeh yang mereka sandera.
Jet tempur Muath mengalami kerusakan mesin di atas Kota Raqqa, pada Desember 2014, sehingga dia terpaksa menggunakan kursi pelontar. Nahas, sang pilot langsung ditangkap oleh para militan pendukung khilafah.
Karena Yordania dianggap tidak merespon tuntutan ISIS, Muath dibakar hidup-hidup di dalam bui. Video pembantaian itu lantas diunggah ke Internet. Warga Yordania marah besar. Dua hari terakhir unjuk rasa meluas, menuntut tentara membuka perbatasan agar mereka bisa langsung menghabisi ISIS.
Seorang ayah dari Irak
Basil Ramadhan (60 tahun) asal Kota Tikrit, Irak, awal pekan ini menembak mati tujuh anggota Negara Islam Irak dan Syam (ISIS). Dia nekat menyerbu markas para militan seorang diri untuk menuntut balas kematian putranya.
Seperti dilansir the Daily Mail, Senin (2/2), Basil turut tewas dalam serbuan itu. Berbekal senapan AK-47, pria sepuh ini memberondong belasan militan sedang berjaga di pos pemeriksaan batas kota Tikrit. Beberapa militan berhasil melawan balik, lalu menghabisi Basil.
Dendam membara itu muncul lantaran putra kandung Basil, Ahmad Ramadan (18 tahun) dieksekusi ISIS bulan lalu. Dia bersama beberapa polisi pimpinan Kapten Hossam Bnosh dianggap sengaja menyusup ke organisasi pendukung khilafah tersebut.
Delapan pria, termasuk Ahmad, pura-pura membelot ke ISIS akhir tahun lalu. Tapi belakangan mereka aktif membocorkan kediaman petinggi ISIS kepada intelijen Barat dan pemerintah Irak.
Video eksekusi mereka dipublikasikan situs ISIS. Para tahanan mengenakan seragam oranye lalu ditembak satu per satu di bawah jembatan. Munculnya rekaman itulah yang diduga memicu kemarahan Basil hingga nekat menyerang balik pejuang khilafah dalam misi bunuh diri