Begini Reaksi Netanyahu Usai Mahkamah Internasional Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Dirinya
Mahkamah Pidana INternasional (ICC) kemarin mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant.
Pengadilan Pidana Internasional (ICC) kemarin mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Pengadilan juga mengeluarkan surat perintah untuk menangkap Mohammed Deif, pimpinan Hamas dengan tuduhan yang sama. Israel mengklaim mereka telah membunuh Deif pada bulan Juli lalu. Namun sejauh ini belum ada konfirmasi dari pihak Hamas.
- Netanyahu Pecat Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, Terungkap Karena Hal Ini
- PM Israel Benjamin Netanyahu Pecat Menhan Yoav Gallant Kedua Kalinya, Disebut Tak Lagi Bisa Dipercaya
- Intelijen Israel Mata-matai Mahkamah Internasional, Perintah Penangkapan Netanyahu Belum Dibuat Zionis Sudah Mengutuk Duluan
- Israel Langsung 'Kebakaran Jenggot', Jaksa Mahkamah Internasional Ajukan Surat Penangkapan Netanyahu
Netanyahu dan Gallant dituduh melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang yang dilakukan setidaknya sejak 7 Oktober 2023 dan yang terkait dengan penggunaan kelaparan dan penargetan fasilitas medis secara sengaja, menurut pernyataan pengadilan pada hari.
Anti-semit dan tuduhan tak berdasar
Kantor Netanyahu dalam pernyataannya menyebut keputusan ICC itu antisemit.
"Israel sepenuhnya menolak tuduhan palsu dan tidak masuk akal dari pengadilan pidana internasional, sebuah badan politik yang bias dan diskriminatif," kata kantor perdana menteri Israel dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan, "tidak ada perang yang lebih adil daripada perang yang dilancarkan Israel di Gaza".
Dalam sebuah video, Netanyahu menanggapi kabar itu.
“Ini adalah tindakan anti-semit untuk menghalangi saya dan kita (warga Israel untuk membela diri melawan musuh," kata dia.
Netanyahu berdalih tuduhan dirinya dan Israel tengah melakukan “genosida” adalah hal sebaliknya.
"Tidak ada keputusan anti-Israel yang akan menghalangi kami untuk terus membela negara kami dengan segala cara. Kami tidak akan menyerah pada tekanan," lanjutnya.
Sejak serangan Israel pada 7 Oktober 2024 sampai hari ini sedikitnya 43.972 orang telah tewas terbunuh dan jutaan orang telah terusir secara paksa dari rumah mereka.
Seorang pakar politik dari Universitas Queen Mary London sekaligus wakil presiden Masyarakat Inggris untuk Studi Timur Tengah Neve Gordon, mengatakan kepada Aljazeera, “Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata di Jalur Gaza selama hampir 20 tahun."
Sedikitnya 36 rumah sakit di Jalur Gaza telah menjadi sasaran, imbuhnya, dan ambulans serta petugas kesehatan terkena serangan bom yang hampir tak henti-hentinya di Jalur Gaza.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti