Beijing dilaporkan kirim rudal canggih ke Laut China Selatan
Kehadiran peluru kendali itu tertangkap citra satelit Taiwan, dipasang di pulau sengketa
Militer Republik Rakyat China diketahui telah mengirim misil udara canggih di salah satu pulau di Laut China Selatan, berdasarkan dokumen citra satelit milik Taiwan. Manuver terungkap berselang sehari setelah Amerika Serikat mengajak ASEAN bersikap tegas menghadapi sengketa wilayah di perairan kaya sumber daya alam itu.
Perusahaan ImageSat International, yang memperoleh data pergerakan rudal itu melalui satelit, menunjukkan keberadaan dua baterai dari delapan permukaan peluncur misil udara.
-
Siapa saja yang terlibat dalam konflik Laut China Selatan? Tiongkok menggambarkan tuduhan tersebut "hanya kebohongan belaka", dan mengatakan bahwa pihaknya tidak akan menutup mata terhadap "provokasi dan pelecehan" yang berulang kali dilakukan oleh Filipina.
-
Bagaimana tanggapan Taiwan terhadap tuduhan China? Dalam pernyataannya kepada wartawan di parlemen, yang dikutip oleh Reuters pada Rabu (25/9), Menteri Pertahanan Taiwan Wellington Koo menyatakan bahwa China merupakan peretas utama di dunia. "China adalah negara yang pertama kali melancarkan serangan siber setiap hari, yang ditujukan kepada Taiwan dan negara-negara lain yang memiliki aspirasi demokrasi serupa. Mereka adalah pelaku utama," ujarnya.
-
Mengapa China menuduh Taiwan sebagai pelaku serangan siber? Taiwan, yang memiliki sistem pemerintahan demokratis, di klaim oleh China sebagai bagian dari wilayahnya, sering melaporkan bahwa mereka menjadi korban peretasan dan disinformasi dari China. Namun, jarang terjadi Beijing membalikkan situasi dengan melontarkan tuduhan kepada Taipei.
-
Apa tujuan serangan siber yang dituduhkan China kepada Taiwan? Kementerian Keamanan Nasional China menuduh kelompok hacker yang diduga didukung oleh militer Taiwan, yaitu Anonymous 64, melakukan serangan siber dengan tujuan sabotase antipropaganda terhadap sejumlah target di China.
-
Kenapa Presiden Jokowi membahas konflik Laut China Selatan dengan Presiden Marcos? Jokowi mengatakan dirinya akan membahas upaya meredakan ketegangan di Laut China Selatan. "Ya salah satunya (membahas Laut China Selatan)," jelas Jokowi sebelum bertolak ke Filipina melalui Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma Jakarta, Selasa (9/1/2024).
-
Apa yang ditemukan di China selatan? Sebuah fosil buaya yang telah punah ditemukan dengan kondisi terpenggal di China selatan.
Benda tersebut berfungsi sebagai sistem radar di Pulau Woody, bagian dari rantai Pulau Paracel, Laut China Selatan. Misil tersebut tiba di Pulau Woody beberapa minggu lalu.
Menurut citra satelit, pantai di pulau masih terlihat kosong pada 3 Februari, tetapi pada tanggal 14 kemarin misil tersebut sudah terlihat, seperti dikutip dari laman SBS, Rabu (17/2).
Pulau Woody termasuk pulau yang jadi bahan sengketa, karena diklaim oleh China, Taiwan, dan Vietnam sebagai wilayah sah masing-masing. Pihak pertahanan Amerika Serikat menilai adanya rudal tersebut adalah usaha nyata China dalam aksi mereka memiliterisasi Laut China Selatan.
Diketahui laporan tim pertahanan AS datang seiring agenda Presiden Barack Obama bersama para pemimpin negara Asia Tenggara di KTT AS-ASEAN di Sunnylands, California.
Dalam pidatonya, Obama mengatakan bila sudah seharusnya AS dan para pemimpin ASEAN mendiskusikan tentang hal ini guna menghilangkan ketegangan di Laut China Selatan. Presiden Obama juga setuju bila segala hal yang menyangkut batas teritorial haruslah diselesaikan dengan damai dan melalui jalur hukum yang sah.
Bulan lalu, Pentagon mengirim kapal perang penghancur ke 12 mil dari batas laut Pulau Triton. Kapal perang ini difungsikan untuk meredam ketegangan klaim wilayah di antara ke tiga negara, China, Vietnam dan Taiwan. Namun, China mengutuk aksi AS sebagai tindakan provokatif.
Baca juga:
AS membujuk ASEAN jadi sekutu dalam isu Laut China Selatan
China ngotot di Laut China Selatan, Filipina bakal demo sebulan
Melihat lebih dekat bandara baru China di pulau buatan
Menlu Retno tegaskan China tidak klaim Natuna
Jepang bangun pulau buatan senilai Rp 1,4 T di Samudra Pasifik