Di Video Ini Yahya Sinwar Jelaskan Mengapa Hamas Memilih Perang Ketimbang Diplomasi
Yahya Sinwar syahid di garda depan saat bertempur dengan pasukan Israel pada Rabu (16/10) di Gaza selatan.
Pemimpin Hamas, Yahya Sinwar dikabarkan syahid setelah bertempur dengan pasukan Israel di Rafah, Gaza selatan. Terbunuhnya Sinwar ini diumumkan Israel, namun belum ada pernyataan maupun konfirmasi resmi dari Hamas.
Sinwar menjadi buruan Israel karena diduga menjadi otak di balik Operasi Badai Al-Aqsa yang dilancarkan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu. Dia diangkat menjadi pemimpin Hamas yang baru pada Agustus setelah Ismail Haniyeh dibunuh Israel di Teheran, Iran.
- Sumber Hamas: Yahya Sinwar Bertempur di Garis Depan Selama 18 Hari Sebelum Gugur
- Hamas Konfirmasi Kematian Yahya Sinwar, Tegas Tak Akan Bebaskan Tawanan Israel Kecuali Dengan Syarat Ini
- Yahya Sinwar Wafat, ini Pasukan Israel yang Membunuhnya
- Video Detik-Detik Terakhir Perlawanan Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Hingga Syahid Dibunuh Israel
Dalam wawancara eksklusifnya dengan VICE pada 2021 lalu, Sinwar menjelaskan mengapa Hamas memilih jalur perang ketimbang diplomasi dengan Israel, yang telah menjajah dan mencaplok wilayah Palestina sejak 1948. Sinwar mengatakan pihaknya juga selalu siap untuk gencatan senjata asalkan Israel menjauh dari Masjidil Aqsa, Yerusalem, dan lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem timur.
Namun, Israel terus menerus melanggar hukum internasional dan resolusi di Yerusalem dan Tepi Barat dengan membangun permukiman ilegal, merampok tanah rakyat Palestina, dan melanjutkan blokadenya di Gaza. Selain itu, Israel juga terus melanjutkan kebijakan apartheid dan diskriminasi rasialnya terhadap rakyat Palestina sejak 1948.
"Pertempuran antara kami dan penjajah yang menduduki tanah air kami, mengusir rakyat kami, dan masih membunuh dan menggsur rakyat Palestina, mencaplok lahan dan menyerang tempat-tempat suci, adalah sebuah pertempuran terbuka," jelasnya.
Tak Ingin Perang
Sinwar mengatakan mereka sebenarnya tidak ingin perang dan bertempur karena dapat memakan jatuhnya banyak korban jiwa. Rakyat Palestina, lanjutnya, layak mendapatkan kedamaian.
"Dalam jangka waktu yang lama, kami telah berusaha melakukan perlawanan damai. Sayangnya, kami berharap komunitas internasional, masyarakat merdeka, dan organisasi internasional dapat menghentikan penjajah melakukan kejahatan dan membantai rakyat kami. Sayangnya, dunia tak bergeming dan menonton ketika mesin perang penjajah membunuh para pemuda kami," jelasnya.
Sinwar juga merespons pertanyaan yang mengatakan Hamas juga menyerang Israel dengan roket-roket yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa, kendati skalanya lebih kecil daripada yang dilakukan Israel di Gaza. Hal itu juga membuat Hamas dituduh melakukan kejahatan perang.
Senjata Primitif
"Israel, yang memiliki persenjataan lengkap, negara dengan peralatan canggih dan jet tempur, sengaja mengebom dan membunuh anak-anak kami dan para perempuan. Dan mereka sengaja melakukan itu. Anda tidak bisa membandingkan itu dengan mereka yang melawan dan membela diri mereka dengan senjata yang terlihat primitif jika dibandingkan," cetusnya.
"Jika kami punya kemampuan untuk meluncurkan rudal presisi, yang menargetkan target-target militer, kami tidak akan menggunakan roket yang pernah kami gunakan," sambungnya.
"Kami terpaksa membela rakyat kami dengan apa yang kami punya, dan inilah yang kami punya."
"Apa yang seharusnya kami lakukan? Haruskah kami mengibarkan bendera putih? Itu tidak akan terjadi."
"Apakah dunia berharap kami korban harus bersikap baik ketika kami dibunuh? Kami dibantai tanpa harus bersuara? Itu mustahil."
Kami, tegas Sinwar, memutuskan untuk membela rakyat Palestina dengan senjata apapun yang mereka miliki.
Tonton video wawancara Yahya Sinwar di link di bawah ini: