Diduga Terlibat Terorisme, 3 TKI Ditahan di Singapura
Mereka mulai berkenalan di tahun 2018, ketika terlibat dalam kelompok radikal. Ketiganya telah bekerja sebagai asisten rumah tangga di Negeri Singa selama enam dan 13 tahun.
Tiga tenaga kerja wanita asal Indonesia ditahan di Singapura, karena diduga terkait pendanaan terorisme.
Ketiga TKI tersebut adalah Anindia Afiyantari (33), Retno Hernayani (36), dan Turmini (31). Surat perintah penahanan ketiga TKI itu dikeluarkan pemerintah Singapura bulan ini.
-
Dimana serangan teroris terjadi? Serangan tersebut terjadi di gedung teater Crocus City Hall yang berlokasi di Krasnogorsk, sebuah kota yang terletak di barat ibu kota Rusia, Moskow.
-
Bagaimana Singapura mendapatkan skor keselamatannya? Studi ini juga menganalisis risiko keamanan digital, yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan internet secara bebas tanpa takut akan serangan daring atau pelanggaran privasi.
-
Apa tujuan utama misi pengeboman TNI AU di Singapura? Direncanakan 50 persen bom yang dijatuhkan dari pesawat itu akan mampu menghancurkan landasan sekaligus mencegah musuh melakukannya," kata Pedet.
-
Bagaimana cara mencegah tindakan terorisme? Cara mencegah terorisme yang pertama adalah memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Pengetahuan tentang ilmu yang baik dan benar ini harus ditekankan kepada siapa saja, terutama generasi muda.
-
Kenapa TPA Suwung terbakar? Sementara, untuk fokus pemadaman di TPA Suwung berada di sebelah barat yang merupakan titik api pertama. Saat ini titik api sudah merembet ke sebelah timur.
-
Apa yang diekspor ke Singapura? Sebanyak 557.280 butir telur ayam konsumsi diekspor ke Singapura dengan nilai SGD 101.730 atau setara Rp 1,15 M.
Dilansir dari laman CNA, Senin (23/9), mereka mulai berkenalan di tahun 2018, ketika terlibat dalam kelompok radikal. Ketiganya telah bekerja sebagai asisten rumah tangga di Negeri Singa selama enam dan 13 tahun.
Anindia dan Retno pertama kali bertemu di sebuah perkumpulan sosial, selama hari libur. Keduanya mengenal Turmini melalui media sosial.
"Seiring waktu, mereka mengembangkan jaringan daring yang pro-militan asing, termasuk terhubung dengan 'pacar daring' yang membagikan ideologi pro-ISIS kepada mereka," jelas Kementerian Dalam Negeri Singapura.
Anindia dan Retno juga diketahui telah merencanakan pergi ke Suriah dan bergabung dengan ISIS. Keduanya siap mengangkat senjata untuk membela kelompok teror Suriah, termasuk menjadi aktor bom bunuh diri.
Retno bahkan disebut bercita-cita untuk menetap bersama anggota ISIS lain di Suriah. Ia rela terlibat dalam konflik di sana.
Hubungan daring yang dijalani Retno dan Anindia, mendorong keduanya untuk bermigrasi ke Filipina Selatan, Afghanistan, atau Afrika. Di tiga kawasan itulah, dua TKI ini akan bergabung dengan kelompok ISIS.
Retno meyakini, umat Islam berkewajiban untuk terjun ke zona konflik seperti Palestina dan Kashmir, demi berperang melawan pihak-pihak yang dianggap sebagai musuh Islam.
Dikabarkan, baik Retno, Anindia, dan Turmini gencar menunjukkan dukungan mereka pada ISIS. Ketiganya secara konsisten mengunggah materi pro-ISIS di akun media sosial.
Tidak cukup sampai di situ, ketiganya juga disebut menyumbangkan dana kepada kelompok terorisme. Termasuk pula kelompok teroris yang berbasis di Indonesia, Jemaah Anshorut Daulah (JAD). Kelompok itu dikatakan berafiliasi dengan ISIS.
Menurut Turmini, sumbangan yang ia berikan pada kelompok teroris itu akan membawanya ke surga.
Mengenal paham radikal dari internet
Anindia, Retno, dan Tumini "dibaiat" kelompok radikal sejak tahun lalu. Proses ini bermula ketika ketiganya menemukan materi terkait ISIS di dunia maya.
"Fakta bahwa ketiga individu dalam kasus ini diradikalisasi pada tahun 2018, pada saat wilayah fisik ISIS telah berkurang secara signifikan, menyoroti daya tarik abadi ideologi kekerasan ISIS," kata Kementerian Dalam Negeri.
Penyelidikan menyebutkan, ketiga TKI itu juga terpapar paham radikal dari khutbah yang diaksesnya di Internet. Khutbah yang diakses ketiganya disampaikan oleh penceramah radikal asal Indonesia.
Tercatat, sejak 2015 setidaknya ada 19 asisten rumah tangga asal Indonesia yang terpapar paham radikal, termasuk Anindia, Retno, dan Turmini. Dikabarkan, 16 TKI sebelumnya dideportasi setelah menjalani proses investigasi.
Dari belasan TKI yang ditangkap, tidak ada satu pun dari mereka yang diketahui memiliki rencana untuk melakukan tindakan kekerasan di Singapura. Meski demikian pemerintah Singapura menilai, hubungan mereka dengan jaringan terorisme asing tetap menjadi ancaman bagi keamanan negara.
Reporter Magang: Anindya Wahyu Paramita
Baca juga:false
Hilang 9 Tahun di Suriah, TKW Sukabumi Akhirnya Pulang Kampung
Berkat Facebook, TKW Asal NTB Ditemukan Setelah 11 Tahun Hilang Kontak di Suriah
Ombudsman Minta Polisi dan Pemerintah Serius Tangani TKW Korban Perdagangan Orang
Iis Nurhayani, TKW Asal Karawang Hilang Kontak 11 Tahun di Malaysia
Bunuh Bayi yang Baru Dilahirkan, TKI di Malaysia Terancam Hukuman Mati
11 Tahun Ditinggal Istri Jadi TKW di Arab Saudi, Munajat Putuskan Menikah Lagi