Empat militan perempuan paling sadis sedunia
Mereka tidak kalah kejam dari militan laki-laki.
Para militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) kini dikenal sebagai kelompok ekstremis paling ganas di muka bumi. Kelakuan mereka yang sangat sadis dan barbar membuat dunia internasional mengecam dan menghujat mereka.
Sudah tidak terhitung lagi berapa banyak berita mengenai kekejaman militan ISIS berseliweran di media internasional. Pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat sudah berusaha menggempur mereka dengan serangan udara untuk melemahkan ISIS. Belakangan, sejak September lalu pasukan Rusia juga ikut membantu menyerang kelompok pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi ini.
-
Bagaimana Israel melancarkan serangan ke Irak? Delapan pesawat tempur F-16 yang masing-masing membawa bom seberat nyaris satu ton. Ditambah enam pesawat tempur F-15 yang bertugas memberikan perlindungan udara bagi pesawat F-16 tersebut. Misi mereka menghancurkan fasilitas nuklir Irak yang disebut Osirak di kompleks El Tuwaitha, tak jauh dari Baghdad.
-
Bagaimana Saddam Hussein dibunuh? Hukuman mati dilaksanakan pada tanggal 30 Desember 2006 dengan digantung di sebuah fasilitas militer di dekat Baghdad.
-
Kapan Saddam Hussein dibunuh? Tepatnya pada 30 Desember 2006, Saddam Hussein dibunuh karena terbukti bersalah atas kejahatan kemanusiaan yang dilakukan.
-
Apa yang dilakukan Hamas dalam persiapan serangan? Dokumen tersebut menjelaskan tujuan Hamas dan menggambarkan secara rinci serangkaian latihan yang dilakukan oleh unit-unit elit kelompok perlawanan Palestina tersebut.
-
Kenapa Saddam Hussein dihukum mati? Pada 5 November 2006, Saddam Hussein dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman mati oleh penggantinya, Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki. Hukuman mati dilaksanakan pada tanggal 30 Desember 2006 dengan digantung di sebuah fasilitas militer di dekat Baghdad.
-
Dimana pembunuhan sadis itu terjadi? Diberitakan sebelumnya, seorang ibu muda berinisial MSD (24) tewas digorok oleh NKW (24), suaminya sendiri di dalam rumah kontrakan Jalan Cikedokan RT01 RW04, Kampung Cikedokan, Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi.
Ternyata tidak hanya anggota militan ISIS laki-laki yang sanggup berbuat kejam, seperti tindakan mutilasi, menebar teror, hingga merekrut jihadis. Militan wanita ISIS juga diberitakan siap melakukan aksi serupa tanpa ragu-ragu.
Berikut aksi kejam wanita militan ISIS yang dirangkum merdeka.com dari berbagai sumber
Wanita ini disebut sebagai tokoh polisi syariah ISIS
Jihadis perempuan asal Inggris dikabarkan mengoperasikan pasukan polisi syariah yang akan menghukum kaum wanita melakukan tindakan tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Brigade al-Khanssaa adalah satu-satunya milisi perempuan dibentuk Negara Islam, dulu dikenal sebagai ISIS, di Raqqa, Suriah, dengan tokoh kuncinya diyakini sebagai Aqsa Mahmood, 20 tahun, dari Glasgow, Skotlandia, yang melarikan diri ke negara itu pada tahun lalu, seperti dilansir surat kabar the Daily Mail, Senin (8/9/2014).
Akademisi dari King College London telah mengidentifikasi tiga wanita Inggris lainnya sebagai anggota kelompok itu, dan mengatakan ada sekitar 60 wanita asal Inggris telah pergi ke Suriah untuk berjihad.
Sebagian besar perempuan ini, termasuk wanita berpendidikan Aqsa Mahmood, berusia antara 18 sampai 24 tahun, di mana Al-Khanssaa dikatakan mencari orang yang terlibat dalam budaya Barat di Raqqa.
Diyakini bahwa jurnalis asal Amerika Serikat James Foley dan Steven Sotloff keduanya dipenggal di padang pasir dekat Raqqa, dan karena itu wanita asal Inggris di Brigade al-Khanssaa bisa tahu siapa yang membunuh mereka.
Melanie Smith, seorang peneliti dari Pusat Internasional untuk Penelitian Radikalisasi di King College, mengatakan kepada wartawan Robert Mendick dan Robert Verkaik dari koran the Sunday Telegraph, "Al-Khanssaa adalah brigade polisi hukum syariah. Ini adalah penegak hukum ISIS dari kaum perempuan."
"Kami pikir kelompok itu terdiri dari campuran wanita asal Inggris dan Prancis tapi akun media sosialnya dijalankan oleh warga Inggris dan ditulis dalam bahasa Inggris," jelas dia.
"Mengingat betapa kecil jaringan komunitas mereka, yang kita tahu ada sekitar 500 jihadis laki-laki asal Inggris di luar sana, bukan tak mungkin wanita ini bergerak dalam lingkaran yang sama sebagai pembunuh Foley dan Sotloff," lanjut Melanie.
Kebingungan memuncak terkait identitas algojo ISIS pembunuh jurnalis AS dikenal sebagai 'John si Jihadis', setelah pakar keamanan pekan lalu tampaknya menyatakan dia bukanlah mantan penyanyi rap dari London yang sebelumnya dituduhkan.
Pria bertopeng itu, yang berbicara dengan aksen London, pada awalnya dikatakan sebagai penyanyi rap asal London bernama Abdul Majid Abdul Bary, tetapi sekarang diketahui sebagai orang lain.
Wanita Inggris dilaporkan diberi peran utama dalam Brigade Al-Khanssaa karena pemimpin Negara Islam melihat mereka sebagai perempuan asing yang paling berkomitmen terhadap jihad
Perempuan militan ini pimpin penyanderaan di Kenya
Pihak berwenang Kenya September 2013 lalu mengatakan serangan di pusat perbelanjaan Westgate di Ibu Kota Nairobi yang menewaskan 68 orang dipimpin oleh seorang janda kulit putih asal Buckinghamshire, Inggris, bernama Samantha Lewthwaite.
Samantha yang dijuluki Janda Putih itu merupakan istri dari pengebom bunuh diri Jermaine Lindsay pada peristiwa bom bunuh diri di kereta bawah tanah di Ibu Kota London, Inggris, 7 Juli 2005.
Pada Maret 2012 Samantha, 29, dilaporkan menyeberang dari perbatasan Kenya ke Somalia. Dia masuk Islam pada usia 15 tahun kemudian menikahi Lindsay pada 2002.
Surat kabar the Daily Mail melaporkan, senin (23/9), seorang tentara mengatakan seorang perempuan kulit putih berjilbab berteriak-teriak memerintahkan pria bersenjata dalam bahasa Arab di tengah penyerbuan mal itu.
Kelompok al-Shabaab yang menyandera pengunjung mal itu mengatakan dalan akun Twitter mereka yang telah ditutup, dua warga Inggris dari London, Liban Adam, 23, dan Ahmad nasir Shirdoon, 24, berada di antara pejuang suci dalam penyerangan itu.
Kelompok itu dilaporkan sangat teroganisir, membawa amunisi dalam jumlah banyak, dan dilengkapi peralatan tempur malam hari. Mereka juga sudah menghancurkan sejumlah kamera pengintai (CCTV) di dalam mal.
Seorang pelaku serangan Teror Paris diketahui perempuan
Hasna Ait Boulahcen, 26 tahun, salah satu pelaku Teror Paris tewas dalam penggerebekan Rabu kemarin. Hasna rupanya sepupu otak pelaku teror Paris Abdul Hamid Abu Aud.
Namun, fakta mengejutkan terungkap mengenai Hasna dari saudara kandungnya sendiri, Youssouf Ait Boulahcen. Meski mereka anggota militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) rupanya perempuan yang awalnya diduga kekasih Abdul Hamid ini tidak pernah membaca kitab suci Alquran.
"Dia tidak tertarik dengan agama, tidak pernah membaca Alquran, dan baru mulai mengenakan hijab sebulan lalu," ujar sang kakak, seperti dilansir dari Daily Mail, Jumat (20/11).
Hasna tewas dalam drama baku tembak dengan para tersangka pelaku teror Paris di Saint Denis. Dia tewas dengan meledakkan diri menggunakan rompi bom.
Sebelum meledakkan dirinya, dia sempat meminta tolong.
Dalam baku tembak yang berlangsung lebih dari dua jam itu, polisi menggunakan granat dan memuntahkan 5.000 peluru. Selain Hasna, Abdul Hami Abu Aud juga tewas dalam serangan itu.
Sementara itu, tujuh orang lainnya ditangkap oleh otoritas keamanan setempat.
Militan perempuan ini mutilasi ibu menyusui di luar rumah
Al-Khansa, militan perempuan kelompok teror Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) tak kalah kejam dari rekan prianya. Dengan tega kelompok wanita ISIS ini menghabisi nyawa ibu menyusui anaknya, bahkan sampai memutilasinya.
Ceritanya bermula dari sang ibu yang menyusui anak laki-lakinya lalu dianggap melanggar syariat karena melakukannya di luar rumah. Wanita itu tidak diampuni walaupun menutupi bayinya yang sedang menyusui dengan cadar yang digunakan. Seorang anggota Al-Khansa yang melihat menganggap yang dilakukan si wanita itu perbuatan dosa dan menjatuhkan hukuman barbar baginya.
Ibu malang ini terpaksa harus meregang nyawa di tangan para 'polisi Islami' kelompok teror itu.
"Polisi wanita ISIS mengambil bayinya dan memberikannya pada wanita lain. Mereka kemudian membunuh si ibu," ucap seorang saksi mata, Aisha, seperti dilansir dari Tabloid Mirror, Selasa (29/12).
Al-Khansa dikenal sangat kejam. Para wanita muda yang menurut warga Irak sudah 'dicuci otak' ini tanpa kenal ampun membunuh mereka yang dianggap melanggar kaidah Islam menurut ISIS.
Diduga sebanyak 60 wanita Inggris yang hilang dan bergabung dengan ISIS menjadi anggota Al-Khansa. Mereka memproklamirkan diri dan beroperasi di Kota Raqqa.
Bagi mereka, semua wanita di daerah tersebut tidak boleh keluar rumah tanpa didampingi pria. Dosa besar jika mereka melihat wanita berada di jalan tanpa suaminya atau saudara laki-laki.
Para brigade wanita ini menggunakan jubah panjang warna hitam, lengkap dengan penutup kepala dan cadar. Tak satupun bagian tubuh mereka terekspos.