Hamas Tawan 30 Jenderal dan Perwira Israel di Gaza, Netanyahu Takut Informasi Ini Bocor
Pemerintah pendudukan Israel menyembunyikan informasi ini dari warganya.
Pemerintah pendudukan Israel menyembunyikan informasi ini dari warganya.
- Bertentangan dengan Keinginan Netanyahu, Pejabat Tinggi Israel Akui Mustahil Lenyapkan Hamas
- Tak Tersisa Tempat Aman di Gaza, Israel Bom Kota Rafah Setelah Hamas Setujui Perjanjian Gencatan Senjata
- Israel Tak Mau Akhiri Perang di Gaza, Perundingan Gencatan Senjata dengan Hamas Gagal
- Puluhan Komandan Militer Israel Terbunuh di Gaza, Kalah Lawan Hamas Saat Operasi Darat
Hamas Tawan 30 Jenderal dan Perwira Israel di Gaza, Netanyahu Takut Informasi Ini Bocor
Sebuah sumber dalam gerakan perlawanan Palestina Hamas mengungkapkan kepada Al-Araby Al-Jadeed, mereka menawan sekitar 30 jenderal tentara Israel dan perwira dari dinas keamanan Shin Bet di Jalur Gaza.
Sumber ini mengungkapkan, para petinggi militer Israel ini ditangkap pada 7 Oktober 2023 dari dari unit-unit militer dan beberapa lokasi militer yang sangat sensitif, seperti dikutip dari The Cradle, Kamis (25/4).
"Orang-orang ini khususnya berada di tempat-tempat yang sangat aman, jauh dari jangkauan penjajah, dan tidak mungkin untuk menjangkau mereka dalam situasi apa pun,” jelas sumber tersebut.
Sumber ini juga mengungkapkan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan pemerintahnya menyembunyikan informasi terkait penawanan para jenderal dan perwira ini.
Pemerintah pendudukan takut rakyatnya mengetahui informasi ini dan mereka juga menyembunyikan “identitas beberapa tahanan.”
Informasi ini ditutup rapat-rapat sebagai upaya “untuk menghindari memancing kemarahan di antara jajaran pasukan tempur.”
Sumber ini menambahkan, perwakilan militer dalam tim negosiasi tawanan Israel, Nitzan Alon, merasa frustrasi dengan “kelambanan” Netanyahu dalam menangani masalah ini.
Pemerintah Israel mengatakan 129 tahanan Israel masih ditahan di Gaza.
Menurut sumber tersebut, Israel tidak benar-benar mengetahui jumlah pasti tahanan yang masih tersisa di Gaza setelah pertukaran tahanan pada akhir November lalu. Tel Aviv, lanjut sumber ini, tidak menyebutkan jumlah pejabat militer yang dipenjara, sebagai bagian dari strategi “untuk mengklasifikasikan beberapa tentara atau perwira, sebagai warga sipil, untuk mengurangi harga negosiasi bagi mereka selama perundingan.”
Sumber tersebut juga membantah laporan media Israel yang menyebutkan hanya 20 tahanan yang masih hidup dan bahwa Hamas hanya mengusulkan pembebasan 20 orang, dan bukannya 40 orang, dalam putaran terakhir pembicaraan gencatan senjata di Kairo, Mesir.
Perundingan gencatan senjata masih menemui jalan buntu akibat penolakan Israel yang berulang kali terhadap syarat-syarat utama Hamas, yang terus dipegang teguh oleh kelompok perlawanan tersebut. Syarat-syarat tersebut termasuk mengakhiri perang dan gencatan senjata permanen, penarikan semua pasukan dari Gaza, kembalinya para pengungsi ke rumah-rumah mereka, dan rekonstruksi wilayah Gaza.
“Satu-satunya cara (bagi Israel) untuk membebaskan para tahanan pendudukan adalah melalui negosiasi yang serius yang diikuti dengan komitmen penuh terhadap gencatan senjata dan rekonstruksi,” katanya.
Ia juga menegaskan Hamas masih dalam pertempuran, dan belum terkalahkan.
“Perlawanan masih baik-baik saja, dan masih terkendali secara disiplin dalam struktur yang terintegrasi di lapangan operasi.”
Israel telah berulang kali mengklaim kota Rafah di bagian selatan merupakan benteng terakhir Hamas, dan merencanakan operasi terhadap kota yang sangat padat itu, yang menimbulkan ancaman bencana kemanusiaan yang parah.
Sumber tersebut juga mengonfirmasi pemimpin tertinggi Hamas, Yahya Sinwar, “tidak terisolasi dari kenyataan” atau bersembunyi di dalam terowongan-terowongan di Gaza, seperti yang diklaim oleh beberapa pihak.
Menurut sumber tersebut, Sinwar telah bertemu dengan beberapa pejuang sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, “menginspeksi” beberapa daerah di mana bentrokan terjadi, dan “menjalankan tugasnya sebagai pemimpin gerakan di lapangan.”