Hampir Rata dengan Tanah, Tak Ada yang Tertinggal di Kota Mariupol Ukraina
Butuh dua hari bagi saudara kembar Hanna dan Anastasiya Hrechkina mencari tumpangan untuk ke luar dari Mariupol saat kota itu terus dibombardir pasukan Rusia.
Butuh dua hari bagi saudara kembar Hanna dan Anastasiya Hrechkina mencari tumpangan untuk ke luar dari Mariupol saat kota itu terus dibombardir pasukan Rusia.
"Saya kehilangan harapan karena orang-orang tidak mau berhenti," kata Anastasiya (22), mahasiswa psikologi, dikutip dari Reuters, Jumat (25/3).
-
Bagaimana Bule Rusia tersebut diamankan? Bule tersebut, diketahui linglung di Lapangan Puputan, Badung, Kota Denpasar, pada Rabu (30/8) kemarin sekitar pukul 20:39 WITA.
-
Apa yang terjadi pada Bule Rusia tersebut? Bule tersebut, saat diamankan di Kantor Satpol PP Kota Denpasar, Bali, sempat membuka pakaian dan celananya hingga telanjang dan sempat memanjat pintu sel. "Mungkin dia depresi. Iya (Telanjang) saat baru di ruangan karena depresi ngamuk-ngamuk buka baju itu mungkin, di ruangan binaannya," kata Kepala Satpol PP Kota Denpasar, AA Ngurah Bawa Nendra saat dikonfirmasi, Kamis (31/8).
-
Mengapa dunia khawatir dengan Rusia? Namun, perhatian dunia saat ini sepenuhnya tertuju pada Rusia seiring dengan invasinya ke Ukraina.
-
Kenapa Bule Rusia tersebut diamankan? Seorang perempuan warga Negara Asing (WNA) asal Rusia bernama Xenia (25) diamankan oleh Satpol PP Kota Denpasar, diduga depresi dan mengalami gangguan jiwa.
-
Bagaimana Putin menanggapi kritik Biden terhadap perang di Ukraina? Meski banyak memuji Biden, Putin juga menyebut kecaman presiden AS itu atas perang di Ukraina "sangat menyakitkan dan keliru".
-
Apa yang terjadi pada pertandingan Vietnam melawan Rusia? Dalam pertandingan melawan Rusia di Stadion My Dinh, Vietnam memutuskan untuk menurunkan Dang Van Lam sebagai kiper sejak awal laga. Kiper berusia 31 tahun ini membuat Filip Nguyen harus puas berada di bangku cadangan. Namun, pada menit ke-61, terjadi insiden konyol di pertahanan Vietnam. Mereka sebenarnya memiliki kesempatan untuk memblokir serangan Rusia, tetapi sebuah umpan kembali dari Vu Van Thanh menjadi malapetaka ketika Dang Van Lam tidak berhasil menyentuh bola. Ia hanya menendang udara, dan bola pun meluncur perlahan menuju gawang Vietnam, menciptakan gol bunuh diri. Ini adalah gol kedua dari total tiga gol yang menandai kemenangan Rusia.
Bersama ibu dan bibi mereka, seorang sepupu dan teman, saudara kembar itu mengatakan mereka memutuskan meninggalkan Mariupol setelah dua pekan lebih dikepung pasukan Rusia.
Anastasiya menuturkan, pada hari pertama mereka berusaha melarikan diri, pertempuran sangat intens di mana setiap lima sampai 10 menit mereka harus meninggalkan barang-barang mereka di pinggir jalan dan lari untuk menyelamatkan diri.
Akhirnya, mereka menyerah dan kembali ke rumah.
Lalu pada hari kedua, seorang pria yang melarikan diri bersama keluarganya menggunakan empat kendaraan setuju untuk memberi tumpangan pada saudara kembar itu dan keluarganya.
Walaupun hanya ada kursi tambahan untuk empat penumpang, enam orang itu rela berdesakan di kendaraan yang disebut Hanna "momen paling membahagiakan hari itu."
Mariupol, kota yang populasinya berjumlah 400.000 orang, hampir rata dengan tanah karena gempuran Rusia yang bertujuan untuk menghancurkan kelompok perlawanan di kota itu.
Ratusan ribu orang bersembunyi di ruang bawah tanah tanpa air mengalir, makanan, obat-obatan maupun listrik, tidak bisa keluar dari tempat tersebut. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy mengatakan "tak ada yang tertinggal" di kota itu.
Kementerian Pertahanan Rusia menyalahkan "nasionalis Ukraina" atas apa yang disebut "bencana kemanusiaan" di Mariupol.
Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi khusus" untuk menghancurkan kemampuan militer negara tetangganya itu dan menangkap apa yang disebutnya nasionalis berbahaya. Rusia membantah menargetkan warga sipil.
Saudara kembar Hrechkina dan keluarganya mencoba bertahan pada pekan pertama pengepungan, walaupun ketika kondisi semakin memburuk dan pertempuran semakin mendekat.
"Kami tidak ingin pergi. Kami berharap itu akan berhenti," kata Hanna.
Saya tidak ingin mati di jalan
Anastasiya mengatakan mereka kekurangan makanan, hanya memakan dua kali dalam sehari. Tanpa persediaan gas, mereka mengatakan para penduduk membuat api di luar rumah untuk memanaskan makanan mereka, beberapa merusak bangku atau menebang pohon.
Dengan jaringan seluler yang terputus dan tidak ada listrik untuk mengisi daya ponsel, saudara kembar itu terputus dari dunia luar.
"Kami pikir mungkin kalau tidak ada yang datang menolong kami, mungkin dunia tidak tahu tentang situasinya," kata Anastasiya.
Ketika gempuran semakin intensif mereka tidak bisa lagi mengambil air dari sumur terdekat, mereka tahu itulah saatnya mereka harus pergi.
Ketika empat kendaraan itu mereka temukan di jalan, dua bersaudara itu tak bertanya lagi kemana tujuan mereka.
"Saya tidak tahu kemana kami pergi, saya tidak tahu butuh waktu berapa lama tapi saya bahagia saya ada di dalam mobil, kami semua bersama keluarga kami," kata Hanna.
Tapi kemudian mereka mengetahui tidak semua mobil menuju destinasi yang sama, takut mereka dipisahkan dengan ibu mereka.
Mobil itu membawa mereka ke Berdiansk, dari sana mereka naik bus yang disiapkan Palang Merah Ukraina yang akan membawa mereka ke Zaporizhzhia, di mana mereka berharap berkumpul kembali dengan ibu mereka.
Namun, gempuran sengit memaksa bus itu berhenti sekitar 50 kilometer dari kota itu.
"Saya diserang panik di sana, saya pikir setelah kami melarikan diri dari Mariupol, saya tidak ingin mati di jalan," kata Anastasiya.
Akhirnya mereka bertemu dengan ibu mereka. Dari Zaporizhzhia, kerabatnya membawa dua bersaudara itu ke Kryvyi Rih, 400 kilometer barat laut Mariupol.
"Saya ingin di Ukraina dan saya ingin kembali ke Ukraina, tapi saat ini saya merasa perlu ada di tempat yang lebih aman daripada apa yang ada di Ukraina sekarang," kata Hanna.
"Selalu ada ancaman untuk dikepung lagi. Saya tidak ingin melalui itu," pungkas Anastasiya.
(mdk/pan)