Ilmuwan Ungkap Mengapa Kucing Liar Punya Mata Warna-Warni, Beda dengan Nenek Moyang Mereka
Kucing liar seperti macan tutul, harimau, dan citah memiliki warna mata yang beragam dan memukau.
Kucing hitam bernama Clementine menjadi viral di TikTok karena netizen terpesona oleh matanya yang langka. Mata kucing tersebut berwarna oranye cerah seperti buah labu. Warna mata yang unik dan menarik tidak hanya dimiliki oleh kucing peliharaan seperti Clementine, tetapi juga oleh berbagai jenis kucing liar.
Beragam warna mata, mulai dari kilauan emas pada mata citah, biru terang milik macan tutul salju, hingga hijau menyala pada mata macan tutul, semuanya dapat ditelusuri kembali ke satu nenek moyang. Nenek moyang kucing ini, yang mirip dengan oselot, hidup di Bumi lebih dari 30 juta tahun yang lalu.
-
Kenapa kucing muntah cacing? Penyebab kucing muntah cacing, biasanya terjadi karena infeksi jenis cacing parasit di dalam tubuhnya. Seperti cacing gelang, cacing, tambang, cacing pita, atau cacing hati. Dari beberapa jenis ini, yang paling umum menyebabkan infeksi adalah cacing gelang.
-
Apa ciri khas Kucing Merah? Kucing Merah memiliki karakteristik bulu berwarna oranye kemerahan dengan corak huruf M di dahinya. Bentuk tubuhnya juga lebih berotot dibanding sesamanya.
-
Bagaimana kucing berkeringat? Kucing memiliki kelenjar keringat terletak di bagian bawah bantalan kakinya. Kelenjar ini berbeda dari manusia yang memiliki kelenjar keringat di seluruh tubuh.
-
Apa fungsi kumis pada kucing? Rambut khusus ini membantu penglihatan dan membantu kucing menavigasi lingkungannya, memberikan masukan sensorik tambahan, seperti antena pada serangga.
-
Apa saja ciri-ciri kucing cacingan? Ciri-ciri kucing cacingan dapat bervariasi tergantung pada jenis cacing dan tingkat infeksi. Namun, ada beberapa tanda yang harus perhatikan: 1. Tidak Selera Makan: Kucing cacingan umumnya tidak memiliki selera makan yang baik. Kandungan cacing dalam perut kucing dapat membuatnya tidak nyaman dan bahkan menyebabkan sakit perut atau radang selaput usus. 2. Berat Badan Turun: Meskipun kucing mungkin makan dengan lahap, Moms mungkin melihat bahwa berat badannya turun. Ini bisa terjadi karena cacing mencuri nutrisi dari makanan kucing. 3. Sering Haus: Jika kucing terlihat sering minum tapi tidak mau makan, ini bisa menjadi gejala kucing cacingan. 4. Gusi Memutih: Gusi kucing yang memutih adalah tanda kurangnya nutrisi yang masuk ke dalam tubuh karena dimakan oleh cacing. 5. Ada Cacing pada Feses: Jika kotoran kucing berwarna gelap dan terdapat cacing, itu menandakan kehilangan darah di dinding usus kucing. 6. Muntah-Muntah: Kucing yang mengalami muntah-muntah dan perut buncit dapat menunjukkan adanya cacing di saluran pencernaan. 7. Menyeret Pantat: Perilaku kucing menyeret pantatnya di sepanjang lantai dapat menjadi tanda iritasi dalam pencernaan akibat cacing. 12. Diare: Kucing cacingan dapat mengalami diare, yang seringkali disertai perubahan pada feses. 13. Kotoran Berubah Gelap: Diare pada kucing yang disebabkan oleh cacing bisa mengakibatkan perubahan warna feses menjadi gelap.
-
Apa itu kitab kuning? Merujuk pada Undang-undang No. 18 Tahun 2019 tentang Pesantren, kitab kuning adalah kitab keislaman berbahasa Arab atau kitab keislaman berbahasa lainnya yang menjadi rujukan tradisi keilmuan Islam di pesantren.
Dilansir laman Earth, Senin (7/10), para peneliti dari Universitas Harvard berpendapat bahwa populasi kucing purba ini kemungkinan besar memiliki mata berwarna cokelat dan abu-abu. Kucing purba bermata abu-abu inilah yang menjadi cikal bakal berbagai warna iris yang terlihat pada spesies kucing saat ini.
Penelitian ini menunjukkan bahwa munculnya kucing bermata abu-abu membuka jalan bagi evolusi warna lain, termasuk hijau, kuning, dan biru. Mata abu-abu ini merupakan transisi antara mata cokelat asli dan perkembangan warna baru.
"Mata biru membutuhkan tingkat pigmen rendah yang seimbang dan kemungkinan besar bersifat resesif pada kucing. Populasi liar mungkin tidak akan mampu mempertahankan mata biru dalam populasi dengan hanya satu individu bermata biru di antara sekumpulan mata cokelat," jelas Julius Tabin, penulis utama penelitian ini dan mahasiswa di Griffin Graduate School of Arts and Sciences, Departemen Biologi Organisme dan Evolusi Harvard.
"Kemungkinan Anda membutuhkan sesuatu yang lebih terang dari cokelat, tapi tidak secerah biru, untuk menjadi penengah. Dan itulah yang Anda lihat: Pada setiap spesies kucing yang memiliki mata biru, mereka juga memiliki mata abu-abu."
Warna Mata
Sebagian besar penelitian sebelumnya lebih menitikberatkan pada distribusi warna mata dalam spesies tertentu atau gen yang berperan dalam menentukan warna mata manusia dan hewan peliharaan. Penelitian mengenai warna mata pada populasi hewan liar masih jarang dilakukan, disebabkan tantangan dalam pelestarian dan dominasi warna cokelat pada sebagian besar hewan.
Meskipun warna mata manusia dapat dipengaruhi oleh seleksi seksual dan pada hewan peliharaan oleh seleksi buatan, keragaman warna mata pada kucing liar tetap menjadi misteri. Tabin berkeinginan untuk menyelidiki alasan di balik fenomena ini.
"Ketika saya memulai penelitian ini, saya bertanya, 'Apa yang kita ketahui tentang warna mata? Dan kenyataannya, sangat sedikit, karena pada dasarnya hampir tidak ada studi evolusi filogenetik tentang warna mata," ungkap Tabin.
Karena kurangnya bukti fosil, Tabin dan rekan penulisnya, Katherine Chiasson, seorang kandidat Ph.D. di Universitas Johns Hopkins, menerapkan pendekatan kreatif. Mereka menganalisis gambar digital dari basis data online untuk mengklasifikasikan dan meneliti warna mata dari 52 spesies kucing liar. Tabin dan Chiasson menggunakan algoritma untuk memetakan warna-warna tersebut ke dalam pohon filogenetik famili Felidae.
"Kami menemukan banyak variabilitas warna antar spesies, tetapi yang mengejutkan, kami juga menemukan banyak variabilitas intraspesifik," jelas Tabin.
"Sebagian besar spesies memiliki warna mata tunggal tanpa variasi. Jadi, sangat mengejutkan bahwa begitu Anda mempelajari kucing - singa, harimau, macan kumbang, dan lain-lain - kita melihat berbagai macam warna mata yang berbeda. Sebenarnya hanya ada sedikit spesies Felidae yang hanya memiliki satu warna mata dalam populasinya."
Dengan hasil penelitian yang terpetakan pada silsilah keluarga, para peneliti mulai merekonstruksi warna mata nenek moyang spesies kucing purba. Mereka menemukan, garis keturunan pra-felid, termasuk nenek moyang kucing modern dan kerabat terdekatnya (linsang), hanya memiliki mata berwarna cokelat. Namun, setelah linsang terpisah dari garis keturunan tersebut, kucing dengan mata abu-abu muncul bersamaan dengan kucing bermata cokelat.
"Kemungkinan hal ini terjadi karena mutasi genetik yang secara drastis mengurangi pigmen pada mata," jelas Tabin.
Melanin, pigmen yang menentukan warna, dapat berupa eumelanin (berwarna cokelat) atau pheomelanin (berwarna kuning). Penurunan eumelanin dapat menghasilkan mata yang tidak sepenuhnya berwarna cokelat atau abu-abu, tetapi merupakan campuran keduanya. Temuan ini diungkapkan oleh para peneliti dalam analisis mereka. Selain itu, mereka juga menemukan bahwa mata cokelat dan kuning jarang ditemukan dalam spesies yang sama. Mereka mengamati korelasi yang mengejutkan antara mata kuning dan pupil bulat, serta hubungan negatif antara mata cokelat dan pupil bulat.
Prospek Penelitian
Para peneliti tidak menemukan hubungan signifikan antara warna mata dan faktor-faktor seperti pola aktivitas, habitat, atau wilayah geografis, meskipun terdapat korelasi yang menarik. Pertanyaan mengenai alasan di balik variasi warna mata pada kucing liar masih terbuka untuk penelitian di masa depan. Tim peneliti berhasil merekonstruksi jenis warna mata secara umum untuk setiap nenek moyang dan juga memprediksi warna mata kucing purba. \
"Mampu merekonstruksi warna secara kuantitatif adalah salah satu kekuatan terbesar dari penelitian ini, karena itu berarti kita adalah makhluk pertama yang melihat warna mata kucing-kucing ini sejak kucing-kucing ini hidup jutaan tahun yang lalu," ujar Tabin.
Chiasson menyoroto salah satu daya tarik penelitian ini terletak pada penggunaan sumber daya publik untuk keperluan penelitian.
"Kenyataan bahwa penelitian yang ketat seperti penelitian kami dapat dilakukan oleh siapa saja yang memiliki koneksi internet dan rasa ingin tahu, merupakan indikasi revolusi di bidang ini yang meningkatkan aksesibilitas ilmu pengetahuan di seluruh dunia," tambahnya.
Tabin berharap studi ini akan memicu penelitian lebih lanjut mengenai evolusi mata abu-abu dan pola evolusi warna mata pada populasi alami.
"Saya masih merasakan kegembiraan saat mengetahui bahwa nenek moyang felid (kucing) memiliki mata cokelat dan abu-abu, karena itu adalah sesuatu yang tidak saya duga atau bahkan saya pikirkan sebelumnya," kata Tabin.
Penelitian ini membuka jalan baru untuk memahami asal usul warna mata kucing liar yang menarik, menambah lapisan misteri dan daya tarik pada makhluk menakjubkan ini.