Ini Daftar Nama yang Berpeluang Masuk Kabinet Donald Trump, Ada CEO Tesla Elon Musk
Berdasarkan informasi dari AFP, terdapat sejumlah nama yang berpeluang untuk mengisi posisi dalam kabinet Donald Trump.
Donald Trump yang berhasil meraih kemenangan dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) kini mulai menargetkan individu-individu yang akan mengisi posisi-posisi strategis di kabinetnya serta ribuan jabatan federal. Proses seleksi awal direncanakan berlangsung dalam beberapa hari dan minggu ke depan, seperti yang diinformasikan oleh tim transisinya pada Kamis (7/11/2024). Linda McMahon, mantan CEO World Wrestling Entertainment, bersama Howard Lutnick, pendiri perusahaan pialang Cantor Fitzgerald, akan memimpin proses ini. "Ada beberapa orang yang akan kembali (dari masa jabatan pertama Trump)," ungkap Asisten Senior Donald Trump, Jason Miller, kepada Fox Business. "Dan akan ada beberapa orang baru yang bergabung."
Menurut informasi dari AFP, terdapat beberapa nama yang berpotensi masuk dalam kabinet Donald Trump.
- Elon Musk Dapat Jatah Kursi di Pemerintahan Donald Trump, Ini Posisinya
- Apa yang Elon Musk Harapkan dengan Mendukung Donald Trump Menjadi Presiden? Ini Analisisnya
- Kenapa Donald Trump Tetap Keras Kepala Soal Mobil Listrik Meski Bersahabat dengan Elon Musk?
- Daftar Pertanyaan Elon Musk saat Wawancara Kandidat Karyawan
1. Kepala Staf
Donald Trump pernah menyatakan keinginannya untuk mengangkat manajer kampanyenya, Susie Wiles, sebagai kepala staf Gedung Putih. Wiles pernah dipanggil ke panggung oleh Trump saat pidato kemenangannya dan dianggap sebagai kandidat utama untuk menjaga Gedung Putih. "Susie suka berada di belakang layar," puji Trump mengenai wanita asal Florida yang berusia 67 tahun tersebut.
2. Jaksa Agung
Mengingat agenda ambisius Trump terkait deportasi massal imigran ilegal serta berbagai masalah hukum yang dihadapinya, posisi jaksa agung akan menjadi salah satu jabatan yang paling sensitif dan penuh tantangan. Beberapa nama yang dilaporkan oleh The Washington Post pada Rabu (6/11) sedang dipertimbangkan untuk posisi ini antara lain Senator Republik Mike Lee, Eric Schmitt, dan John Ratcliffe, mantan direktur intelijen nasional Trump.
Menteri Luar Negeri adalah pejabat yang bertanggung jawab atas hubungan internasional suatu negara
Seorang diplomat akan dipilih untuk menjalankan peran penting dalam pelaksanaan kebijakan luar negeri Donald Trump yang lebih mengutamakan kepentingan Amerika Serikat. Trump menginginkan individu ini dapat membawa perubahan signifikan dalam hubungan aliansi AS dan mendorong Ukraina untuk melakukan negosiasi dengan Rusia. Richard Grenell, yang sebelumnya menjabat sebagai duta besar AS untuk Jerman dan juga sebagai penjabat direktur intelijen nasional di era Trump, dianggap sebagai kandidat yang kuat untuk posisi ini. Dalam episode podcast "Self Centered", ia menyatakan, "Jika Anda ingin menghindari perang, lebih baik Anda memiliki 'bajingan' sebagai menteri luar negeri."
Menteri Pertahanan dan Direktur CIA
Para sekutu internasional Amerika Serikat akan memperhatikan dengan cermat proses nominasi untuk dua jabatan penting ini. Kash Patel, seorang imigran asal India, dikabarkan sebagai salah satu calon untuk posisi kepala CIA, bersamaan dengan Senator Texas, John Ratcliffe. Selain itu, nama mantan menteri luar negeri dan direktur CIA, Mike Pompeo, juga muncul dalam pembicaraan yang diungkapkan oleh Trump pada salah satu acara publik terakhirnya.
Menteri Keuangan
Scott Bessent, seorang miliarder sekaligus manajer dana lindung, dianggap sebagai kandidat terdepan untuk mengisi posisi menteri keuangan yang baru, yang akan bertanggung jawab dalam mendorong agenda ekonomi Trump. Di sisi lain, John Paulson, yang juga merupakan manajer dana lindung dan penasihat miliarder lainnya, turut masuk dalam daftar calon untuk membantu mengelola perekonomian Amerika Serikat.
Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE)
Bos Tesla, Elon Musk, direncanakan untuk memimpin Department of Government Efficiency (DOGE). Tujuan utama dari inisiatif ini adalah untuk mengurangi anggaran pemerintah federal yang mencapai USD 7 triliun dengan target pemotongan sebesar USD 2 triliun. Namun, hingga saat ini belum ada penjelasan yang jelas mengenai cara pemotongan anggaran yang signifikan ini akan dilaksanakan. Elon Musk juga pernah mengungkapkan komitmennya untuk menerapkan gaya manajemen "keras" yang ia kenal di Washington D.C., sambil berjanji untuk memberikan transisi yang adil dan manusiawi bagi para pekerja federal yang mungkin terkena pemecatan.