'Iran Lumpuhkan Israel Tanpa Berbuat Apa-Apa', Serangan Balasan Tak Kunjung Terjadi
Iran dan Hizbullah berjanji akan melancarkan serangan ke Israel tapi serangan itu tak kunjung terjadi hingga membuat warga Israel merasa tertekan.
Media Israel melaporkan ancaman Hizbullah dan serangan balasan Iran yang tak kunjung tiba membuat warga Negeri Bintang Daud merasa tertekan.
"Kami tidak tahan dengan ketidakpastian ini. Rasa cemas karena mengetahui kami akan disetrum listrik jauh lebih baik ketimbang tidak tahu kapan itu akan terjadi," kata pemukim Israel, seperti dikutip media Israel dan dilansir Almayadeen, Senin (19/8).
- Pemimpin Pemberontak Sebut Suriah Tidak Akan Berperang Lawan Israel, Ini Alasannya
- Israel dan Hizbullah Sepakati Langkah Genjatan Senjata, Berusaha Hindari Korban Jiwa Lagi
- Israel Umumkan Negara dalam Keadaan Darurat Setelah Serangan Hizbullah, Warga Panik dan Penumpang Menumpuk di Bandara
- Israel Habiskan Rp20 Triliun Untuk Tangkis Rudal Iran, 10 Kali Lipat Lebih Besar dari Biaya Serangan Iran
Harian Israel Yehdioth Ahronoth mengatakan Hizbullah benar-benar akan melancarkan serangan balasan dan mereka sedang menunggu waktu yang tepat.
Koran itu juga menyoroti nasib warga Israel yang ditawan di Gaza dan para pemukim yang terpaksa mengungsi dari kawasan pendudukan selain situasi di luar bayangan mereka karena cemas menunggu serangan balasan.
Merasa dikepung
Laporan itu menekankan satu-satunya hal yang lebih buruk daripada bencana adalah ketakutan akan datangnya bencana—ketidakpastian seputar kapan, bagaimana, dan seberapa besar dampaknya.
Laporan itu mencatat, “Kecemasan dipicu oleh penantian yang berkepanjangan dalam kondisi ketidakpastian.”
Israel hingga kini masih dalam kondisi siaga penuh dari ancaman serangan balasan Iran dan Hizbullah setelah pembunuhan komandan Hizbullah Fouad Shokor di Beirut dan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran pada akhir Juli lalu.
Media Haaretz Rabu lalu melaporkan, Israel kini merasa dikepung, terutama di sektor penerbangan karena berbagai maskapai penerbangan domestik mengalami penurunan jumlah penumpang dan maskapai asing enggan mendarat di Tel Aviv.
"Kini banyak para pemukim yang tidak mau jauh-jauh dari ruang bunker karena takut potensi serangan," kata Haaretz.