Tidak Ada Cukup Iron Dome untuk Hadapi 100.000 Roket, Israel Kekurangan Amunisi untuk Perang dengan Iran dan Hizbullah
Israel kini tengah menghadapi ancaman serangan balasan dari Iran dan Hizbullah.
Israel kini dalam kondisi kekurangan amunisi dan kemampuannya diragukan untuk menghadapi serangan dari Iran dan Hizbullah.
Demikian menurut pengamat dari Program Keamanan Timur Tengah di Center for a New American Security Jonathan Lord dalam artikel yang diterbitkan Politico.
Setelah Israel membunuh pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran, Iran dan Fouad Shokor di Beirut, Libanon, kini Negeri Bintang Daud itu mendapat ancaman serangan balasan dari Iran dan Hizbullah.
"Ada semacam kelelahan dan saya membayangkan ada semacam kekesalan karena kita berada dalam situasi sekarang lantaran pembunuhan Haniyeh dan Shokor," kata Lord mengomentari situasi Timur Tengah saat ini, seperti dilansir Al Mayadeen, Rabu (7/8).
Hizbullah kini tampaknya akan membalas kematian Shokor dengan mengerahkan rudal berpemandu presisi untuk menyerang wilayah selatan daerah pendudukan Israel di Palestina.
Dalam konteks saat ini, Bloomberg menyoroti ancaman yang kini dihadapi Israel terkait sistem pertahanan udaranya untuk menghadapi serangan udara dari Iran, Hizbullah, dan Yaman.
Bloomberg mengatakan sistem pertahanan senilai miliaran dolar itu kini tengah diuji, terutama setelah kian gencarnya Hizbullah dan kelompok Houthi Yaman mengerahkan serangan drone kamikaze yang terbukti cukup efektif dalam menghindari sistem pertahanan udara Israel ketimbang rudal dan roket.
Iran diyakini memiliki banyak stok rudal balistik dan jelajah serta drone yang murah seperti yang mereka gunakan ketika membalas serangan Israel April lalu.
Terkait Hizbullah, Bloomber mengatakan kelompok perlawanan dari Libanon itu diyakini memiliki lebih dari 150.000 rudal, termasuk yang berdaya jelajah tinggi dan berpresisi.
Netanyahu tidak terarik gencatan senjata
Tom Karako, direktur Proyek Pertahanan Rudal di Pusat Studi Strategis dan Internasional, mengatakan pertahanan Israel kini dalam tekanan. Iran dan proksinya bisa memanfaatkan kelemahan sistem pertahanan ini pada waktu dan tempat tertentu, mengingat menipisnya rudal Iron Dome Israel.
"Ini soal kapasitas inventaris Iron Dome. Tidak ada cukup Iron Dome di dunia untuk menghadapi 100.000 roket dan itu bukan salahnya Iron Dome atau sistem lainnya. Ini persoalan aritmatika sederhana," ujar Karako.
Lord memperkirakan meski mengalami frustrasi, para pemimpin Arab kemungkinan tidak mau lagi bergabung untuk mengadang serangan Hizbullah dan Iran.Amerika Serikat berharap mendapat dukungan dari sekutu Arabnya tapi seorang mantan diplomat AS mengatakan kurangnya dukungan itu disebabkan kebijakan Netanyahu sendiri.
Sesuai dengan apa yang dikatakan John Sawer, kepala Badan Inteijen Inggris M16 dan duta besar Inggris untuk PBB, di Financial Times awal pekan ini, pembunuhan Haniyeh dan Shokor mengungkap prioritas dan strategi Netanyahu sebenarnya.
"Netanyahu siap untuk memperpanas situasi di kawasan ketimbang membuatnya lebih tenang," kata Sawer.Sawer menuturkan pembunuhan Haniyeh membuktikan Netanyahu tidak tertarik dengan gencatan senjata di Gaza dan pertukaran tawanan dengan Hamas.
Drone kamikaze
Dalam konteks saat ini, Bloomberg menyoroti ancaman yang kini dihadapi Israel terkait sistem pertahanan udaranya untuk menghadapi serangan udara dari Iran, Hizbullah, dan Yaman.
Bloomberg mengatakan sistem pertahanan senilai miliaran dolar itu kini tengah diuji, terutama setelah kian gencarnya Hizbullah dan kelompok Houthi Yaman mengerahkan serangan drone kamikaze yang terbukti cukup efektif dalam menghindari sistem pertahanan udara Israel ketimbang rudal dan roket.
Iran diyakini memiliki banyak stok rudal balistik dan jelajah serta drone yang murah seperti yang mereka gunakan ketika membalas serangan Israel April lalu.
Terkait Hizbullah, Bloomber mengatakan kelompok perlawanan dari Libanon itu diyakini memiliki lebih dari 150.000 rudal, termasuk yang berdaya jelajah tinggi dan berpresisi.