Israel Bunuh Satu Anak Palestina Setiap 30 Menit di Gaza
PBB menyebut Gaza merupakan tempat yang paling tidak aman bagi anak-anak akibat kekejaman Israel.
Sejak 7 Oktober 2023, tentara penjajah Israel telah membunuh sedikitnya 44.282 warga Palestina dan melukai sedikitnya 104.880 lainnya, termasuk 17.492 anak-anak, menurut pejabat di Gaza.
Dari besarnya angka kematian tersebut, artinya satu anak tewas terbunuh setiap 30 menit sekali, seperti dikutip dari Al Jazeera, Jumat (29/11).
- Israel Lakukan Pembersihan Etnis di Jalur Gaza, Usir 100.000 Warga Palestina dalam 24 Jam
- Israel Sahkan Undang-Undang yang Bisa Penjarakan Bocah Palestina di Bawah Umur 14 Tahun
- PBB Ungkap Berapa Banyak Warga Gaza Masih Terkubur di Bawah Puing Bangunan
- Pakar PBB Ungkap Kekejaman Tentara Israel ke Perempuan & Anak Palestina, Dibunuh Tanpa Alasan Hingga Diperkosa di Penjara
Sementara itu, anak-anak yang selamat banyak di antara mereka yang menanggung dampak traumatis atau kehilangan anggota badannya akibat reruntuhan bangunan atau ledakan serangan tentara Israel.
Tak hanya akibat serangan udara dan darat oleh tentara Israel, anak-anak juga terbunuh akibat dampak tak langsung dari perang seperti kelaparan, dehidrasi, dan terinfeksi penyakit akibat tinggal di lingkungan kumuh dan sempit di kamp-kamp pengungsian.
Tentara Israel sampai saat ini terus memblokir setiap bantuan kemanusian yang dikirim oleh UNRWA, badan PBB untuk bantuan kemanusiaan di Palestina. Menurut data dari pejabat UNRWA sedikitnya 250 ribu truk bantuan UNRWA telah gagal masuk ke Jalur Gaza.
Sejak tentara penjajah Israel menyerang Gaza tidak ada tempat yang aman bagi anak-anak. Semua anak di Gaza telah mengalami pengalaman traumatis akibat perang, yang konsekuensinya akan berlangsung seumur hidup.
Juru bicara United Nations Children’s Fund (UNICEF), James Elder menyebut Jalur Gaza sebagai tempat paling berbahaya di dunia bagi anak-anak.
"Jalur Gaza adalah tempat paling berbahaya di dunia bagi anak-anak. Dan hari demi hari, kebrutalan yang nyata itu semakin ganas," kata Elder.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti