Israel Rakit Pompa Air Sepanjang 1,6 Kilometer untuk Banjiri Terowongan Hamas di Gaza
Rencana peluncuran pompa air ini bagian dari upaya mengusir Hamas.
Rencana peluncuran pompa air ini bagian dari upaya mengusir Hamas.
- Israel Bunuh Lebih dari 700 Warga Gaza Dalam 24 Jam
- Israel Kembali Bom Gaza Hanya Beberapa Menit Setelah Gencatan Senjata Berakhir, Sejumlah Warga Palestina Terbunuh
- Israel-Hamas Sepakat Gencatan Senjata Empat Hari, Ini Poin-Poin Kesepakatannya
- Militer Israel Akui Tentaranya Tewas Dirudal Hamas dalam Serangan Darat ke Gaza
Israel Rakit Pompa Air Sepanjang 1,6 Kilometer untuk Banjiri Terowongan Hamas di Gaza
Israel merakit sistem pompa besar yang mungkin bakal digunakan untuk membanjiri terowongan Hamas di bawah Jalur Gaza, Palestina. Rencana peluncuran pompa air ini bagian dari upaya mengusir para pejuang, demikian dilaporkan Wall Street Journal pada hari Senin, mengutip pejabat AS.
Pada pertengahan November, tentara Israel menyelesaikan pemasangan setidaknya lima pompa sepanjang sekitar 1,6 kilometer di utara kamp pengungsi Al-Shati. Pompa air ini diyakini dapat mengalirkan ribuan meter kubik air per jam, yang diperkirakan akan membanjiri terowongan dalam beberapa minggu, menurut laporan tersebut, seperti dilansir Al Arabiya.
Belum jelas apakah Israel akan mempertimbangkan menggunakan pompa tersebut sebelum semua sandera dibebaskan. Hamas sebelumnya mengatakan mereka menyembunyikan tawanan di "tempat aman dan terowongan."
Ketika ditanya tentang rencana tersebut, seorang pejabat AS mengatakan itu masuk akal bagi Israel untuk membuat terowongan menjadi tidak berfungsi. Pejabat ini menambahkan, negara zionis itu sedang menjelajahi berbagai cara untuk melakukannya.
Namun, Kementerian Pertahanan Israel belum menanggapi permintaan komentar terkait hal ini.
Wall Street Journal mengatakan seorang pejabat Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menolak berkomentar tentang rencana itu.
"IDF sedang beroperasi untuk membongkar kemampuan militan Hamas dengan berbagai cara, menggunakan berbagai alat militer dan teknologi yang berbeda."
Menurut Wall Street Journal, Israel pertama kali memberitahu Amerika Serikat tentang opsi ini bulan lalu, melaporkan bahwa pejabat tidak tahu seberapa dekat pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk melaksanakan rencana itu.
Israel belum membuat keputusan final untuk melanjutkannya atau menolaknya, menurut pejabat tersebut.
Sumber: Al Arabiya