Temukan Fakta Sesungguhnya soal Israel, Dokter Yahudi Mantan Zionis Langsung Tobat Kini Dukung Palestina
Kisah seorang Dokter Yahudi mantan zionis sadar akan kejahatan Israel, kini pilih berpihak pada Palestina. Begini kisahnya.
Kisah seorang Dokter Yahudi mantan zionis sadar akan kejahatan Israel, kini pilih berpihak pada Palestina. Begini kisahnya.
Temukan Fakta Sesungguhnya soal Israel, Dokter Yahudi Mantan Zionis Langsung Tobat Kini Dukung Palestina
dr. Gabor Mate seorang dokter spesialis perkembangan anak dan trauma asal Kanada menceritakan sikap tegasnya pada permasalahan Israel dan Palestina.
Dahulu ia adalah seorang zionis keras dan merupakan penyintas tragedi Holocaust terhadap kaum Yahudi di Jerman.
"Saya dulunya adalah seorang zionis, sebagaimana yang anda sebutkan. Saya adalah penyintas Holocaust. Zionisme (dulu) sangat penting bagi saya sebagaimana keselamatan bagi orang Yahudi," kata Gabor Mate.
Gabor Mate dulu bermimpi kembalinya kejayaan bangsa Yahudi sehingga sejak lama ia mendukung segala upaya dari Israel untuk merebut tanah Palestina.
Namun seketika pikirannya berubah setelah mengetahui fakta sejarah yang terjadi di balik beragam peristiwa yang terjadi antara Israel dan Palestina.
"Hingga saya temukan bahwa negara itu (Israel) didirikan di atas pemusnahan, pengusiran, dan banyak pembantaian terhadap penduduk lokal, dan itu tidak perlu diperdebatkan secara historis," kata Gabor Mate.
Menolak Anggapan Israel dan Palestina Berdampingan
Melansir dari akun X @cordova_media dalam sesi wawancara, Gabor Mate dengan tegas menepis persepsi banyak orang bila Israel dan Palestina hidup berdampingan.
Baginya, definisi berdampingan seakan berbanding terbalik dengan banyaknya kekerasan dan penindasan yang dilakukan oleh Israel ke warga Palestina selama puluhan tahun.
"Tidak ada yang namanya hidup berdampingan, yang ada penindasan, pembantaian secara berkala, pendudukan tanah di Tepi Barat, pengusiran terus-terusan terhadap penduduk dari rumah mereka," lanjutnya.
Pandangan Berubah karena Fakta Sejarah
Gabor Mate pernah tinggal di Hungaria. Kala itu Kakek neneknya dibunuh di kamp Auschwitz oleh Nazi ketika dia masih berusia 5 bulan.
Ayahnya dijadikan sebagai buruh paksa oleh Nazi. Pada umur 1 tahun, ibunya pernah menitipkannya kepada orang asing supaya dia bisa selamat.
Ketika terjadi revolusi Hungaria melawan Uni Soviet, dia dibawa mengungsi ke Kanada.
Selama di Kanada, ia melihat banyaknya penindasan kaum pribumi oleh pendatang dengan cara yang keji. Hal tersebut yang ia bandingkan dengan apa yang terjadi di Palestina.
"Saya tinggal di Kanada. Negara yang didirikan di atas penindasan dan penghapusan pribumi, dan pengabaian total atas narasi mereka. Di Kanada contohnya ada sekolah asrama (Katolik) di mana pada beberapa dekade yang lalu, anak-anak pribumi yang berbicara dengan bahasa suku mereka, ada jarum yang ditancapkan pada lidah mereka," katanya.
"Saat ini kebanyakan warga Kanada tidak menyadari akan sejarah itu. Kebanyakan warga Israel tidak menyadari akan sejarah tentang apa yang diderita oleh warga Palestina."
"Mereka tidak tahu bahwa pada 1948 terjadi banyak pembantaian terhadap sejumlah besar orang oleh pasukan Israel. Mereka tidak tahu sejarah bagaimana rasanya menjadi warga Palestina. Dan karena ketiadaan pengetahuan akan hal itu, 7 Oktober hanya dianggap mereka sebagai kejadian antisemit mengerikan lainnya," tambahnya.
Lebih lanjut, Gabor Mate mengatakan Israel memiliki hak untuk membela dirinya, sama dengan semua negara di dunia. Namun, Israel tak memiliki hak untuk menjajah Palestina.
"Israel memiliki hak untuk membela dirinya. Setiap negara memiliki hak itu. Tapi Israel tidak memiliki hak untuk memaksakan penjajahan terhadap orang lain."
"Pada umumnya, ketika kita berbicara tentang hak Israel untuk membela diri, kita melihat aksi tertentu yang dilakukan orang Palestina. Tapi kita tidak mengatakan bahwa penduduk ini juga memiliki hak untuk membela diri mereka dari penjajahan," ujar Gabor Mate.
Bukan tentang tragedi 7 Oktober oleh Hamas, namun Gabor Mate mengajak semua rakyat Israel melihat sejarah bahwa Israel sudah melakukan kekerasan dan pembantaian selama 80 tahun.
Hal tersebut jauh lebih keji dari yang terjadi dari 7 Oktober. Bahkan Israel bukan melawan pasukan militer seperti perang pada umumnya, melainkan warga sipil dan anak-anak yang tak bersalah.
"Saya tidak membenarkan peristiwa mengerikan pada 7 Oktober. Saya berbicara tentang ketiadaan kesadaran sejarah. Semua tampaknya melihat Israel sedang membela diri. Tetapi melawan siapa? Melawan penduduk yang dibantai, dengan jumlah ribuan selama 80 tahun yang tanahnya diambil dan rumahnya dihancurkan, yang anak-anaknya dipenjara dan disiksa. Itulah sejarahnya." pungkasnya.