Pesan dalam bir dari tanah suci
Bir Taybeh bukan cuma sekedar alkohol, tetapi juga membawa harapan bagi Palestina.
"Orang-orang pikir saya udah gila. Hidup di tempat yang enggak jelas statusnya (Palestina) terus pakai acara buka pabrik bir," kata Nadim Khoury.
Perkenalkan Nadim. Dia adalah pengusaha di Palestina. Tepatnya di Desa Taybeh, sekitar sepuluh kilometer arah timur laut dari Ramallah, Tepi Barat. Cuma jenis usahanya itu bisa bikin terkejut. Di Palestina di mana konflik bisa meletus kapan saja, peluru dengan mudahnya dilepaskan, batu-batu terlontar, roket hingga bom dijatuhkan, tetapi dia malah santai buka pabrik bir.
Semua dimulai 23 tahun lalu. Ketika itu Nadim nekat mendirikan Perusahaan Bir Taybeh. Ini bisnis keluarga Nadim. Mulanya dikerjakan berdua dengan saudaranya, David, dibantu sang ayah. Tadinya itu cuma usaha kecil-kecilan. Enggak terbayang bakal jadi sebesar sekarang. Mereka kini dalam setahun bisa bikin 600 ribu liter bir.
Racikan antara Hops dan Malt mereka olah sendiri di pabrik mereka di Taybeh. Karena melihat ada celah pasar, Nadim kemudian memutuskan juga membikin anggur. Bahan bakunya mereka ambil dari Kota Birzeit.
"Bikin bir di Palestina tidak sama dengan bikin bir di tempat lain," ujar Nadim, seperti dilansir dari laman Al Jazeera, Rabu (21/6).
Demi meluaskan bisnisnya, Nadim dibantu ketiga anaknya Dua anak perempuannya, Madees (31) dan Raneen, dipercaya berkutat di urusan pabrik. Madees mengurus pengolahan bir dibantu Raneen, yang sedang belajar menjadi advokat. Sedangkan Canaan menangani ekspor.
Iya diekspor. Bir buatan Desa Taybeh itu mencoba menerobos pasar di luar Palestina dan Timur Tengah. Tepatnya Boston, Massachussets, Amerika Serikat.
"Kami senang bisa menjual bir ke Boston. Bapak gue pernah tinggal 15 tahun di sana. Bayangin, kawan-kawannya di sana sudah nungguin buat mencicipi bir itu dari 1994," kata Canaan.
Madees punya kebanggaan tersendiri. Bisa dibilang dia adalah salah satu, atau malah satu-satunya, perempuan yang bekerja meracik bir di Timur Tengah. Dia sudah sepuluh tahun berkecimpung dalam hal itu. Namun, kini pekerjaannya bertambah dengan mengurus soal distribusi.
-
Apa yang dialami pria Palestina selama ditahan di penjara Israel? Pria itu dibebaskan oleh Otoritas Zionis Yahudi Israel dengan kondisi memprihatinkan akibat kelaparan dan penyiksaan yang dilakukan kepadanya.
-
Apa bentuk penyiksaan yang dialami tahanan Palestina di penjara Israel? Salah satu tahanan, Fadi Bakr, seorang mahasiswa hukum dari Kota Gaza, menggambarkan interogasi selama empat hari sebagai "empat hari terburuk dalam hidupnya". Sebelum diinterogasi, dia dibawa ke "ruang disko". Di ruang itu musik diputar dengan volume keras hingga telinganya mengeluarkan darah.Tahanan lain bersaksi bahwa selama diinterogasi dia dipaksa duduk di atas tongkat logam yang menembus duburnya. Pernyataannya sangat mirip dengan laporan Unrwa yang mengutip seorang tahanan yang bersaksi bahwa para interogator "membuat saya duduk di atas sesuatu seperti tongkat logam panas dan rasanya seperti api".
-
Apa yang dirindukan Palestina dalam puisi ini? Negeri ini merindukan kedamaian yang tak tergoyahkan.
-
Apa yang ditemukan oleh tentara Israel di perbatasan Mesir? Tentara penjajah Israel menemukan sistem terowongan Hamas bertingkat yang rumit di sepanjang perbatasan Mesir di Jalur Gaza selatan.
-
Apa yang ditemukan oleh para tentara Israel di perbatasan Gaza? Dua tentara cadangan Israel baru-baru ini menemukan sebuah lampu minyak kuno dari zaman Bizantium yang berumur 1.500 tahun di perbatasan Gaza.
-
Bagaimana militer Israel menyerang sekolah di Gaza? Dalam sebuah postingan di X, militer Israel mengatakan sebuah jet tempur Israel telah menggunakan “senjata presisi” untuk menyerang seorang pejuang Hamas, yang terlibat pada tanggal 7 Oktober.
"Karena ayah dan paman saya bertambah tua, maka anak-anaknya kini mengambil alih bisnis itu, dan mereka lebih senang ngobrol dengan saya ketimbang dengan ayah. Jadi segalanya berubah dan membuat saya merasa lebih baik," kata Madees.
Sebagai orang Palestina, jalan mesti ditempuh Nadim dan anak-anaknya buat memasarkan bir racikannya ke luar negeri sangat berliku. Namun, karena itu sudah menjadi impiannya, tak peduli sesulit apapun dia mesti melaluinya.
"Dari pabrik kami di desa harus dibawa melewati wilayah pendudukan ke pelabuhan lokal, yang kami enggak pernah punya. Terus susah banget buat mendapatkan bahan baku, ada tembok pemisah, sebutin aja deh. Kamu bisa bikin buku kok dari soal ini saja," ujar Canaan.
Canaan mengeluhkan dampak kebijakan Israel terhadap pengusaha seperti mereka. Apalagi dengan cap sebagai orang Palestina gerak mereka semakin tak leluasa. Ongkos mesti dikeluarkan buat pengiriman membengkak. Apalagi kalau mereka barang mereka ditahan di pos pemeriksaan negeri Zionis itu.
"Jadinya susah buat bersaing di pasar Amerika Serikat. Pernah kontainer kami dua kali dipulangkan gara-gara enggak boleh lewat di pos pemeriksaan Israel. Akhirnya gue harus turun tangan buat meyakinkan dan akhirnya lolos. Yang kaya begini ini bikin ongkos nambah dan menyusahkan kami," ucap Canaan.
Nadim bahkan memperlihatkan beberapa tong bir miliknya sampai dibelah dua oleh aparat keamanan Israel. Maka dari itu, Nadim sampai harus mengawal proses pengiriman hingga Pelabuhan Ashdod di Israel cuma buat memastikan kalau dia hanya membawa bir dan bukan benda berbahaya.
Rintangan rupanya belum berakhir. Setelah 40 ribu botol bir dan anggur mereka mendarat di AS muncul masalah baru. Biro Perdagangan dan Pajak Alkohol serta Tembakau menolak mengizinkan produk bir Nadim dijual di pasar Negeri Abang Sam. Alasannya sederhana, cuma gara-gara ada tulisan 'Produk Palestina' di label bir. Nadim lagi-lagi dibikin pusing.
"Kami harus mengganti kata Palestina. Akhirnya mereka setuju setelah kami menggantinya dengan 'Produk Tepi Barat'," lanjut Nadim.
Menurut Nadim, kata Palestina di label bir mereka selama ini tidak pernah dipermasalahkan. Malah mereka bebas menjualnya dengan label itu di Israel. Pemasukan perusahaan sekitar 60 persen ditopang dari penjualan bir di Tepi Barat dan wilayah pendudukan Israel. Namun, jangan berharap bisa menemukan Bir Taybeh di Jalur Gaza yang dikendalikan oleh Hamas.
"Kami tetap bisa kok mengekspor bir ke beberapa negara lain dengan tetap mencantumkan kata 'Produk Palestina' di label. Misalnya ke Denmark, Italia, Swiss, Swedia, Jepang, Belgia, dan Inggris," ucap Nadim.
Setelah bermacam hambatan, akhirnya Bir dan Anggur Taybeh bisa mejeng di toko-toko minuman di Boston. Setara dengan merek miras ternama lainnya.
Toko Foley's Liquor di Kota Brookline, Massachussets, memajang anggur Taybeh Cabernet Sauvignon. Dalam promosinya mereka menulis, 'Digagas di Boston, dibuat di Tanah Suci, dan sampai di AS'.
Produk Taybeh juga dipajang di The Brighton Gourmet dan Wine Cellar di Kota Brighton, Massachussets. Mereka bahkan membolehkan pembeli mencicipi terlebih dulu. Setelah kabar merebak, laman Facebook Bir Taybeh kebanjiran pujian dan permintaan pasokan dari beberapa kota di AS.
Warga Boston, Nicholas Croce mengatakan pernah mencicipi Bir Taybeh ketika melancong ke Israel dan Wilayah Pendudukan Tepi Barat. Setelah dia mendengar bir buatan Nadim dijual di Boston, dia langsung pergi membelinya.
"Saya udah nunggu banget sejak saya pindah ke Boston beberapa tahun lalu. Saya buru-buru bilang ke teman-teman yang punya kenalan di Israel dan Palestina di sini Bir Taybeh sudah dijual," kata Croce.
"Saya harap bir ini (Taybeh) bisa populer di AS. Mungkin hal ini bisa jadi jembatan dialog. Saya pikir perdamaian bisa terwujud kalau kita mengenal satu sama lain lebih lama. Dan kalau sebuah bir bisa melakukan hal itu, saya mendukung Taybeh," lanjut Croce.
Hal ini mungkin sejalan dengan apa yang ada di benak Madees.
"Dengan Taybeh kita punya produk berkualitas dan berasal dari Palestina. Hal ini bisa mengubah pandangan terhadap Palestina. Lewat ini kami memupuk harapan dan membulatkan tekad meraih kesuksesan, bukan cuma buat kami, tapi buat Palestina seluruhnya," tutup Madees.
Baca juga:
Melantunkan ayat suci Alquran di Masjid Al Aqsa
Ramadan di kota suci Yerusalem
Mahmud Abbas: Palestina negara paling lama dijajah dalam sejarah
Meratapi masjid bersejarah di Gaza yang dihancurkan Israel
Situs bersejarah dari Ramla kembali ditemukan di Israel
Israel ajarkan bahasa dan sejarah Yahudi di sekolah Palestina
10 Perempuan paling berpengaruh dalam sejarah versi TIME