Kabar Baik, Peneliti China Temukan Bahan untuk Melawan dan Membunuh Virus Covid-19
Bahan nano itu mampu menghambat infeksi dari semua varian seperti Alpha, Beta, Delta, dan Omicron.
Sebuah nanomaterial (bahan nano) yang mampu menemukan virus Sars-CoV-2 (Covid-19) di dalam sel hidup dan membunuhnya berhasil dikembangkan oleh tim peneliti asal China.
Dikutip dari laman South China Morning Post, Jumat (2/9), temuan ini “bisa menjadi terapi yang menjanjikan untuk melawan pandemi di masa depan” ujar seorang peneliti yang tidak menyebutkan namanya.
-
Apa yang ditemukan oleh ilmuwan di China? Ilmuwan menemukan fosil larva cacing yang hidup sekitar 500 juta tahun lalu.
-
Apa yang baru saja ditemukan oleh ilmuwan China? Ilmuwan dari China telah menciptakan desain baterai berbasis air terbaru yang lebih aman dan lebih efisien dalam menyimpan energi dibandingkan dengan baterai ion litium (Li-ion) yang saat ini banyak digunakan oleh manusia.
-
Bagaimana Pertempuran Wuhan berakhir? Pada 25 Oktober 1938, pasukan Jepang berhasil memasuki Wuhan setelah mengalahkan pertahanan Tiongkok.
-
Apa yang ditemukan di China selatan? Sebuah fosil buaya yang telah punah ditemukan dengan kondisi terpenggal di China selatan.
-
Kenapa Covid Pirola mendapat perhatian khusus? Namun, para pemerhati kesehatan dan ahli virus memberi perhatian lebih terhadap subvarian ini lantaran kemampuan Pirola dalam melakukan breakthrough infections lebih tinggi dibandingkan varian lainnya. Ketika sebuah varian atau subvarian virus COVID memiliki kemampuan breakthrough infections yang tinggi maka akan menyebabkan kasus re-infeksi semakin tinggi.
-
Apa yang ditemukan di China baru-baru ini? Spesies Baru Titanosaurus Ditemukan di China, Hidup di Zaman Kapur Ahli paleontologi di Tiongkok menemukan fragmen fosil dari genus dan spesies baru dinosaurus sauropoda titanosaurian yang hidup di Bumi selama periode Kapur.
Ini karena bahan nano itu mampu menghambat infeksi dari semua varian seperti Alpha, Beta, Delta, dan Omicron sehingga berbeda dengan obat-obat Covid-19 lainnya.
CIPS, bahan nano itu mendapatkan namanya dari bahan-bahan yang membentuknya, yaitu Copper (tembaga), Indium, Phosphurs (fosfor), dan Sulphur (sulfur).
Bahan nano adalah benda yang sangat kecil, bahkan satu nanometer adalah sepersejuta meter. CIPS juga berukuran kecil, yaitu sekitar 200 nanometer.
Ukuran CIPS membuatnya mampu untuk memerangkap dan mengikat virus Covid-19 sehingga proses infeksi menjadi terhambat. Setelah terikat maka sel darah putih akan melawan virus itu.
Studi itu menyatakan “eksperimen menunjukkan CIPS efektif menghambat infeksi pada sel, organoid (struktur sederhana dari organ) dan tikus, serta efektif meredakan radang paru-paru pada tikus akibat infeksi Sars-CoV-2”.
Selain efektif, CIPS sendiri terbuat dari bahan biodegradabilitas (dapat terurai) sehingga tidak merusak organ tubuh.
“Tikus menghirup CIPS melalui tetes hidung dan setelah tujuh hari menunjukkan hampir seluruh penghapusan CIPS dari paru-paru tikus” lanjut pernyataan studi itu.
Meski telah diuji pada tikus, namun pengujian lain harus dilakukan.
“Penilaian keamanan obat anti-Covid-19 meliputi uji toksisitas (tingkat rusak) terhadap organ dan sistem kekebalan tubuh. Prosesnya lama dan mahal, biasanya dilakukan oleh perusahaan farmasi” ujar tim peneliti.
Sebab itu, CIPS harus melewati uji klinis sebelum diuji pada tubuh manusia.
Kabar baiknya, CIPS ini relatif cukup muruh untuk diproduksi massal dan penggunaan lebih luas.
Reporter Magang: Theofilus Jose Setiawan
(mdk/pan)