Kalah Pemilu, Mantan Presiden Ini Dituduh Terlibat Kudeta Pemerintahan Baru
Sebanyak 37 orang diidentifikasi polisi terlibat dalam upaya kudeta ini.
Mantan Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, beserta sejumlah sekutu terdekatnya, termasuk dalam daftar puluhan orang yang secara resmi dituduh oleh kepolisian federal terkait konspirasi kriminal yang bertujuan merongrong sistem demokrasi Brasil melalui kudeta sayap kanan.
Pada Kamis (21/11), kepolisian federal mengumumkan mereka telah menyelesaikan penyelidikan panjang mengenai upaya terkoordinasi untuk secara paksa menghancurkan negara konstitusi Brasil. Dalam pernyataannya, polisi menyatakan laporan tersebut, yang telah disampaikan kepada Mahkamah Agung, secara resmi menuduh 37 individu dengan berbagai kejahatan, termasuk percobaan kudeta, pembentukan organisasi kriminal, dan usaha untuk merusak salah satu demokrasi terbesar di dunia.
Di antara para terdakwa terdapat Bolsonaro, yang menjabat sebagai presiden dari 2018 hingga akhir 2022, serta beberapa tokoh penting dalam pemerintahan sayap kanannya. Mereka yang dituduh mencakup mantan Kepala Intelijen Alexandre Ramagem, mantan Menteri Pertahanan Jenderal Walter Braga Netto, Jenderal Paulo Sergio Nogueira de Oliveira, mantan Menteri Keadilan Anderson Torres, mantan Menteri Keamanan Institusional Jenderal Augusto Heleno, dan mantan Komandan Angkatan Laut Adm Almir Garnier Santos. Selain itu, Presiden Partai Sosial Liberal (PSL) Valdemar Costa Neto juga termasuk dalam daftar tersebut, bersama dengan penasihat utama kebijakan luar negeri Bolsonaro, Filipe Martins. Seorang blogger sayap kanan yang merupakan cucu Jenderal Joao Baptista Figueiredo, salah satu pemimpin militer selama kediktatoran Brasil 1964-1985, juga terlibat dalam kasus ini.
Menariknya, terdapat satu nama non-Brasil dalam daftar tersebut, yaitu Fernando Cerimedo, seorang ahli pemasaran digital asal Argentina yang bertanggung jawab atas komunikasi dalam kampanye Presiden Javier Milei pada pemilu 2023 di Argentina. Cerimedo, yang tinggal di Buenos Aires, memiliki hubungan erat dengan Bolsonaro dan anak-anak politiknya.
Kesimpulan dari penyelidikan ini muncul beberapa hari setelah penangkapan lima orang yang diduga terlibat dalam rencana pembunuhan terhadap penerus Bolsonaro, Luiz Inacio Lula da Silva, Wakil Presiden Geraldo Alckmin, dan Hakim Mahkamah Agung Alexandre de Moraes. Sebelum pengumuman penyelidikan selesai, Presiden Lula mengungkapkan rasa syukurnya karena upaya untuk meracuni dirinya tidak berhasil.
"Saya masih hidup," ungkap Lula dalam pidatonya, seperti dilansir The Guardian, Jumat (22/11).
Bolsonaro sebelumnya membantah terlibat dalam upaya menggulingkan hasil Pemilihan Presiden Brasil 2022 yang dimenangkan oleh Lula. Setelah namanya disebut dalam laporan polisi, ia menyatakan akan menunggu pengacara untuk mempelajari isi penyelidikan tersebut.
Setelah kalah dalam pemilu, Bolsonaro memilih untuk pergi ke pengasingan sementara di Amerika Serikat, sementara ribuan pendukungnya berkumpul di luar pangkalan militer di Brasil untuk menuntut intervensi militer yang tidak pernah terjadi. Upaya gagal untuk membalikkan kemenangan Lula mencapai puncaknya dalam kerusuhan 8 Januari 2023 di Brasilia, ketika para pendukung radikal Bolsonarista merusak istana kepresidenan, kongres, dan mahkamah agung. Hampir dua tahun setelah Lula berkuasa, ancaman dari sayap kanan masih tetap ada. Rabu malam, seorang anggota partai Bolsonaro dilaporkan tewas setelah diduga meledakkan diri dengan bahan peledak rakitan saat menyerang Mahkamah Agung.
Menteri Komunikasi Brasil, Paulo Pimenta, menyatakan pemerintah sangat terkejut dan marah Bolsonaro dan mantan anggota militer diduga berencana untuk meruntuhkan demokrasi Brasil dengan cara yang hampir tidak terbayangkan.
"Ini adalah kejahatan yang sangat serius," tegas Pimenta.
Ia juga menambahkan, pemerintah Lula kini menunggu keputusan kejaksaan untuk menentukan siapa di antara 37 orang yang akan diadili.
"Yang terbukti bersalah harus membayar atas kejahatan mereka terhadap demokrasi, konstitusi, dan rakyat Brasil. Bolsonaro di penjara," imbuh Pimenta.