Kesaksian Mengerikan Para Korban Perbudakan Seks ISIS
Para wanita yang masuk ISIS merasa terjebak. Mereka mengeluh dengan kondisi saat ini
Anggota Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) terbilang kejam. Banyak anggota yang tertipu dengan modus ISIS saat merekrut. Jika sudah masuk perangkap ISIS, maka mereka akan terjebak. Salah satu korban ISIS adalah wanita. Banyak wanita yang disandera ISIS dan dijadikan budak seks.
Banyak wanita yang mengeluh setelah terjebak dengan hasutan anggota ISIS. Berikut kesaksian para wanita yang disandera ISIS:
-
Kenapa Strategi Nol Bersih IKN Nusantara dibentuk? Strategi ini berfungsi sebagai "kompas" bagi Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) dalam merencanakan, mengembangkan, dan mengelola kota untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2045.
-
Kapan Iswadi Idris menjadi Kapten Timnas Indonesia? Berkat karakternya itu, Iswadi dipercaya menjadi kapten Timnas Indonesia dari tahun 1970 hingga tahun 1980.
-
Bagaimana cara orang tersebut pamit dari grup WA Islami? Asalamualaikum. Halo teman-teman, dengan ini saya mengajukan izin untuk keluar dari grup. Mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan, baik itu disengaja maupun tidak. Semoga sukses selalu untuk kalian semua! Wasalamu'alaikum.
-
Bagaimana prajurit TNI ini bertemu dengan calon istrinya? Lebih lanjut ia menceritakan bahwa awal perkenalan keduanya bermula dari media sosial. Menariknya selama berpacaran 3 tahun mereka hanya bertemu satu kali saja di kehidupan nyata.
-
Kapan Wibowo Wirjodiprodjo meninggal? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Mengapa Strategi Nol Bersih IKN Nusantara penting? Strategi ini tidak hanya menyajikan aksi nyata yang mewujudkan visi Indonesia yang modern dan berkelanjutan, namun juga mewakili upaya nyata Indonesia dalam memerangi perubahan iklim, dan berkontribusi pada aksi iklim yang lebih luas di Asia dan Pasifik," ungkap Winfried Wicklein.
Ingin Dipukuli Sampai Mati
Seorang gadis Irak berusia 17 tahun mengisahkan bagaimana dia ditangkap dan jadi budak seks kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Dia dibolehkan berbicara ke publik lewat koran Italia La Republica melalui telepon selulernya karena para penangkapnya ingin kisah gadis itu diketahui dunia.
Gadis malang itu merupakan salah satu dari 40 perempuan Yazidi ditangkap ISIS ketika kelompok militan itu menyerbu kota tempat tinggal mereka.
Dia mengatakan apa yang dialaminya sangat mengerikan sehingga dia berharap dipukuli sampai mati. "Ada bagian dari diri saya menyatakan ingin mati saja. Tapi di bagian lain saya masih berharap bisa memeluk orangtua saya sekali lagi," katanya.
Menurut gadis itu, para penangkapnya menganggap mereka orang tak yang bisa dikalahkan. "Kami meminta mereka menembak mati kami tapi kami terlalu berharga buat mereka." ungkapnya.
Alami Trauma Hingga Tak Bisa Bicara
Selain gadis itu, ada gadis lain berusia 13 tahun yang mengalami trauma hingga tak bisa bicara akibat mengalami penyiksaan dari militan ISIS. Menurut dia, para perempuan ditangkap ISIS itu ditahan di sebuah bangunan yang dijaga para militan di sebuah desa di selatan Kota Mosul.
Semua kaum perempuan Yazidi itu ditangkap ketika ISIS menyerang Kota Sinjar pada 3 Agustus 2014 lalu. Ribuan warga terpaksa mengungsi ke pegunungan Sinjar buat menyelamatkan diri.
Berpisah dengan Anak Laki-lakinya
Seorang wanita bernama Jovan (nama samaran) asal Yazidi ini rela meninggalkan anak laki-lakinya saat bergabung dengan ISIS. Ia melahirkan anaknya saat menjadi budak seks ISIS.
"Saya ingin sekali membesarkan anak saya, tapi tidak bisa. Masyarakat di sini tidak akan menerima dia. ISIS melakukan tindakan kejam. Mereka menculik dan membunuh banyak anggota komunitas," kata Jovan.
Karena tak ingin melukai perasaan masyarakat Yazidi dengan kehadiran anaknya itu. Apalagi masyarakat Yazidi sangat menjaga kemurnian keturunan mereka.
Anak Jovan pernah ditampung di salah satu panti asuhan anak yatim di Mosul, di Irak utara. Tempat ini menampung anak-anak yang kehilangan orang tua yang bertempur melawan ISIS.
"Saya menerima banyak anak-anak, Kristen, dari etnik Turk, Shabak... Tapi tak ada yang membuat pilu seperti melihat anak-anak yang dilahirkan perempuan Yazidi," kata Sakineh Muhammed Ali, pengelola panti asuhan.
(mdk/has)