Krisis Covid-19 India Guncang Citra Kekuatan Narendra Modi
Krisis yang berkembang di seluruh India menodai aura kebal politik Modi, yang dimenangkannya dengan mengendalikan oposisi dan dengan memanfaatkan karisma pribadinya untuk menjadi politisi paling kuat di India dalam beberapa dekade.
Gugus tugas Covid-19-nya tidak rapat selama berbulan-bulan. Pada Maret, menteri kesehatannya meyakinkan masyarakat India telah mencapai “endgame” pandemi.Beberapa pekan sebelum itu, Perdana Menteri Narendra Modi membanggakan diri di hadapan para pemimpin dunia bahwa negaranya telah menang melawan virus corona.
India “menyelamatkan kemanusiaan dari bencana besar dengan menghentikan corona secara efektif,” kata Modi dalam pertemuan virtual Forum Ekonomi Dunia pada akhir Januari lalu, bendera triwarna India ditampilkan di latar belakang.
-
Apa yang dilakukan rakyat Indonesia untuk membantu India? Pernah ada momen di mana rakyat Indonesia dengan suka rela iuran beras untuk India. Beras-beras dari persawahan daerah pedalaman diangkut dengan cikar menuju titik kumpul.
-
Siapa yang meluncurkan Startup20 selama kepemimpinan G20 India? Bahkan, saat kepemimpinan G20 India, sebuah Startup20 diluncurkan. "Ini yang juga memberikan dorongan besar bagi kewirausahaan dengan menyatukan para pemangku kepentingan global," ucap Sahasranamam.
-
Kapan Nursyah mulai menari ala India? Nursyah sendiri sebelumnya telah sering membagikan video dirinya menari ala India di media sosial.
-
Apa yang dilakukan pemerintah India terkait larangan sekolah madrasah? Pemerintah negara bagian juga harus memastikan anak-anak berusia antara 6 hingga 14 tahun tidak dibiarkan masuk tanpa izin ke lembaga-lembaga yang diakui,” tulis Hakim Subhash Vidyarthi dan Vivek Chaudhary dalam perintah mereka, yang dibuat berdasarkan permohonan banding dari pengacara Anshuman Singh Rathore.
-
Apa yang terjadi di bawah permukaan Bumi India? Sebuah studi mengungkapkan bahwa India mulai mengalami perubahan drastis di bawah permukaan Bumi. Para ilmuwan mengklaim bahwa perubahan terjadi secara horizontal dan lempeng tersebut terbelah menjadi lapisan-lapisan terpisah.
-
Apa yang terjadi pada kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Kasus Covid-19 meningkat di Ibu Kota menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Sekarang, gelombang kedua telah menjadikan India sebagai negara paling terdampak buruk di dunia.
Infeksi baru mencapai sekitar 400.000 dalam sehari. Vaksin semakin menipis. Rumah sakit penuh. Oksigen habis. Setiap hari, tempat kremasi membakar ribuan mayat, meluncurkan debu abu tanpa henti yang membuat langit berubah abu di sejumlah kota besar di India.
Kebalikan yang sangat tajam, dari menyatakan kemenangan menjadi keadaan darurat paling parah dalam beberapa dekade, telah memaksa perhitungan nasional, di mana Modi sebagai pusatnya.
Para ahli di seluruh dunia pernah mengagumi bagaimana negara itu tampaknya telah lolos dari pandemi terburuk. Namun sekarang, bahkan pendukung Modi sendiri mengatakan India telah dilanda fenomena global dan dibutuhkan lebih banyak waktu untuk melacak penyebab gelombang kedua.
Tetapi para ahli kesehatan dan pengamat politik independen mengatakan, Modi yang terlalu percaya diri dan gaya kepemimpinannya yang dominan memikul tanggung jawab yang besar. Para kritikus mengatakan pemerintahannya bertekad untuk memberikan citra India kembali ke jalurnya dan terbuka untuk bisnis meskipun risiko masih ada. Pada satu titik, pejabat menolak peringatan para ilmuwan bahwa populasi India tetap rentan dan belum mencapai "kekebalan kawanan" seperti yang disarankan beberapa orang dalam pemerintahannya, kata orang-orang yang mengetahui percakapan tersebut.
Krisis yang berkembang di seluruh India menodai aura kebal politik Modi, yang dimenangkannya dengan mengendalikan oposisi dan dengan memanfaatkan karisma pribadinya untuk menjadi politisi paling kuat di India dalam beberapa dekade. Para pemimpin oposisi sedang melancarkan serangan, dan pusat kekuasaannya semakin membuatnya menjadi sasaran kritik pedas di dunia maya.
Dengan pemilihan anggota parlemen yang masih tiga tahun lagi dan tidak ada tanda-tanda pembelotan dari pemerintahannya, kekuasaan Modi tampaknya aman. Pemerintahnya telah meningkatkan upaya untuk mendapatkan pasokan bagi pasien yang putus asa dan memperluas vaksinasi ke lebih banyak kelompok usia. Namun, para pengamat mengatakan dominasinya berarti lebih banyak orang akan menganggapnya secara pribadi bertanggung jawab atas penyakit ini dan kematian yang meledak di seluruh negeri.
“Sebagian besar kesalahan terletak pada gaya pemerintahan Modi, di mana menteri dipilih karena kesetiaan daripada keahlian, di mana kerahasiaan dan pengelolaan citra diutamakan daripada transparansi,” jelas Asim Ali, seorang peneliti di Pusat Penelitian Kebijakan di New Delhi, dikutip dari The New York Times, Senin (3/5).
“Dalam kerangka tata kelola seperti itu,” tambahnya, “ketika Modi menjatuhkan bola, seperti yang dia lakukan di Covid, bisa ada konsekuensi yang menghancurkan.”
Asal bapak senang
Di berbagai titik dalam beberapa bulan terakhir, para pejabat membuat keputusan yang kembali menghantui India.
Meskipun India adalah salah satu pusat produksi vaksin, memproduksi vaksin untuk melindungi dunia, India tidak membeli cukup dosis untuk melindungi diri sendiri. Sebaliknya, sementara tingkat vaksinasi tetap rendah di dalam negeri, New Delhi mengekspor lebih dari 60 juta suntikan untuk memperkuat posisinya di panggung dunia.
Bahkan ketika infeksi meningkat, Modi memutuskan untuk membiarkan kerumunan besar berkumpul untuk membantu Partai Bharatiya Janata atau BJP yang berkuasa dan memoles identitas nasionalis Hindu-nya. Pemerintahnya mengizinkan festival Hindu yang dihadiri jutaan peziarah. Dia berkampanye dalam pemilu negara bagian tanpa masker dan dihadiri jutaan pendukung yang juga datang tanpa memakai masker.
Menurut para pengamat, Modi mengelilingi dirinya dengan sekutu daripada ahli. Para pejabat merasa terlalu terintimidasi untuk menunjukkan kesalahan atau untuk meragukan klaimnya bahwa pandemi telah berakhir. Partainya dan sekutunya juga telah bergerak untuk membungkam kritik, memerintahkan Facebook, Instagram, dan Twitter untuk menghapus unggahan kritis dan mengancam akan menangkap orang biasa yang meminta oksigen.
Partai Modi yaitu BJP dan pemerintah menolak menjawab pertanyaan spesifik tetapi menyebutkan tindakan yang telah diambil pemerintah, termasuk Modi menggelar belasan rapat pada April dengan petugas Angkatan Udara, eksekutif farmasi, dan pihak lainnya.
Dalam sebuah pernyataan, pemerintah mengatakan “mempertahankan kecepatan koordinasi dan konsultasi yang stabil untuk menyiapkan penanganan yang memadai.” Disebutkan juga bahwa pemerintah pada Februari telah “menyarankan negara bagian untuk meningkatkan kewaspadaan” dan “tidak lengah”.
Penanganan gelombang pertama
Pengamat mengatakan Modi tampil jauh lebih baik selama wabah gelombang pertama. Sejak awal pandemi, Modi kerap memakai masker dan menjaga jarak sosial.
Pada 24 Maret 2020, ketika India mencatat kurang dari 600 kasus infeksi, Modi menerapkan penguncian paling ketat di dunia dengan pemberitahuan empat jam sebelumnya. Warga dengan patuh tinggal di dalam rumah. Ketika Modi meminta warga untuk berdiri di balkon dan memukulkan panci dan wajan sebagai solidaritas untuk petugas kesehatan, jutaan orang melakukannya.
Para ahli memuji penguncian itu karena memperlambat penyebaran. Tetapi pembatasan tersebut menghancurkan secara ekonomi, membuat puluhan juta orang kehilangan pekerjaan dan membahayakan sejumlah ambisi termegah Modi, termasuk mengubah India menjadi kekuatan global. Dia takut memberlakukan penguncian kembali.
Setelah melonggarkan sejumlah pembatasan, infeksi meningkat, mencapai hampir 100.000 per hari pada September, tetapi sistem perawatan kesehatan tetap bertahan. Pada awal 2021, ketika infeksi menurun dan ekonomi mulai berjalan terhuyung-huyung, Modi dan timnya melakukan upaya bersama untuk memberi sinyal bahwa India telah kembali normal.
Banyak orang India melepaskan masker. Mereka kembali ke pasar dan bersosialisasi. Bahkan semakin banyak pembatasan dicabut. Pusat Covid-19 yang didirikan selama gelombang pertama dibongkar.
Pada Februari, pimpinan partainya menyatakan India telah "mengalahkan Covid di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Shri Narendra Modi yang mampu, sensitif, berkomitmen, dan visioner." Pada awal Maret, Harsh Vardhan, menteri kesehatan India, mengumukan India “berada di ujung pandemi Covid-19”.
Satuan tugas Covid-19 India, yang mencakup sekitar 20 profesional kesehatan, rapat setidaknya dua kali sebulan. Namun antara 11 Januari dan 15 April, gugus tugas itu tidak pernah rapat sama sekali, menurut tiga orang sumber. Dua orang mengatakan pemerintah yakin ancaman telah berlalu.
Beberapa ilmuwan prihatin dengan pernyataan resmi bahwa India, negara berpenduduk 1,4 miliar, mendekati kekebalan kawanan, atau titik di mana cukup banyak orang dalam populasi yang kebal - baik melalui vaksinasi atau melalui infeksi sebelumnya - bahwa virus tidak dapat lagi menyebar dengan mudah.
Para ilmuwan yang bersangkutan mundur, menurut ketiga sumber itu. Mereka mengatakan studi serologis tidak selalu mendukung gagasan itu. Dua orang yang akrab dengan penelitian tersebut mengatakan hasil yang dipilih pemerintah yang menyarankan gerakan menuju kekebalan kawanan.
Program vaksinasi kehilangan tenaga karena rasa puas diri mulai muncul. Pemerintahan Modi mulai mengekspor vaksin buatan India untuk mendapatkan dukungan dari tetangga yang mungkin tergoda untuk mengambil vaksin dari China, saingan regional New Delhi. Pemerintah hanya menyetujui dua vaksin untuk digunakan, keduanya dibuat di India. Kurang dari 2 persen populasi telah menerima dua dosis vaksin.
Juru bicara BJP, Rajeev Chandrasekhar mengatakan tidak ada kekurangan ketika pemerintah mengekspor vaksin dan "pemerintah secara proaktif telah memperluas produksi dan pengadaan dari sumber alternatif."
Kampanye tanpa masker
Saat vaksinasi tersendat, Modi mulai melakukan kampanye. Beberapa negara bagian mengadakan pemilihan, dan Modi secara khusus fokus pada West Bengal negara bagian yang dikuasai partai oposisi. Sampai pertengahan April, Modi dan Amit Shah, menteri dalam negeri, berkampanye tanpa henti, menarik ribuan massa, banyak yang tidak mengenakan masker dan berdesakan.
Meskipun pakar kesehatan memperingatkan adanya risiko, Modi, seorang juru kampanye yang energik, tampaknya mendapatkan kekuatan dari aksi unjuk rasa. Dia mengatakan pada pertengahan April, ketika India mencapai 200.000 kasus infeksi harian baru, betapa bahagianya dia "hanya melihat rakyat dan rakyat dan tidak ada yang lain."
Laboratorium di West Bengal sekarang melaporkan tingkat infeksi Covid yang mengejutkan sebesar 50 persen, yang berarti setengah dari orang yang diuji telah terinfeksi. Negara bagian lain yang mengadakan pemilu juga melaporkan lonjakan kasus.
Banyak orang yang menyalahkan pemilu sebagai salah satu pemicu lonjakan kasus. Dalam sidang baru-baru ini, seorang hakim mengatakan kepada pengacara KPU India bahwa "petugas Anda harus didakwa atas tuduhan pembunuhan."
Dalam sidang pengadilan lainnya di Delhi, setelah pengacara yang mewakili pemerintah daerah mengeluh pemerintahan Modi tidak berbuat cukup banyak untuk membantu mengatasi kekurangan oksigen yang akut.
Modi kemungkinan akan mempertahankan kekuasaan, berkat oposisi yang lemah dan kemampuannya untuk menyalakan basis nasionalis Hindu-nya. Bahkan citranya telah berubah; Modi telah kehilangan topi bisbol dan kacamata hitam yang dia kenakan setahun yang lalu dan kini rambut dan janggutnya tumbuh lebih panjang, mengingatkan pada beberapa orang bijak Hindu.
“Dia hanyalah hewan politik yang unik,” kata Milan Vaishnav, direktur program Asia Selatan di Carnegie Endowment for International Peace.
“Dia memiliki karisma, daya pikat, daya tarik, kisah pribadi yang sangat menarik, dan dia memiliki kredibilitas pribadi yang sangat besar dengan pemilih rata-rata.”
Bahkan sekarang, lanjut Vaishnav, "orang-orang menyukai Modi dan mereka akan menemukan cara untuk membenarkannya."
Kalah dalam pemilu
Partai kepala menteri negara bagian West Bengal mengalahkan BJP dalam pemilihan negara bagian. West Bengla, medan pertempuran utama, tidak pernah dikuasai BJP, meskipun dilakukan kampanye agresif dan besar-besaran.
Mamata Banerjee (66) ditetapkan menjadi kepala menteri West Bengla untuk ketiga kalinya setelah partai Kongres Trinamool (TMC) memenangkan mayoritas dua pertiga, mengambil lebih dari 200 kursi di majelis negara bagian dengan 294 kursi, kata pejabat KPU, dikutip dari CNN, Senin (3/5).
Penghitungan akhir untuk beberapa kursi masih berlangsung.
Banerjee sekarang adalah satu-satunya kepala menteri perempuandi India.
Kendati kalah, BJP memperoleh keuntungan besar dan menjadi partai oposisi utama. Hasil penghitungan suara di badan legislatif negara bagian mencapai hampir 80 kursi, dibandingkan dengan hanya tiga kursi yang dimenangkan dalam pemilihan negara bagian terakhir pada tahun 2016.
Hasilnya dilihat sebagai ujian apakah gelombang kedua Covid-19 berdampak pada dukungan untuk Modi dan BJP sayap kanan.
(mdk/pan)