Lima fakta tenggelamnya kapal Korsel di Rusia
Diperlukan koordinasi baik untuk bisa menemukan para korban hilang.
Warga Negara Indonesia (WNI) di luar negeri kembali menjadi korban dan kali ini penyebabnya lantaran kapal tenggelam di wilayah dengan suhu berbanding terbalik dari negeri ini, Rusia. Sekitar 35 WNI bekerja sebagai Anak Buah Kapal (ABK) di kapal pukat Oryong 501 milik Korea Selatan tenggelam ditelan arus laut dahsyat di Semenanjung Chutkotka, Laut Bering.
Peristiwa ini tentu saja menjadi perhatian serius Indonesia sebab menyangkut nyawa warganya. Dengan berkoordinasi pihak kementerian luar negeri bekerja sama dengan otoritas Ibu Kota Seoul dan Moskow mencoba mencari korban masih hilang. Seluruh dunia berharap mereka baik-baik saja.
Ada lima fakta penting tenggelamnya pukat Oryong 501 di Laut Bering. Apa saja? Berikut ulasannya.
-
Siapa yang menjadi korban tenggelamnya kapal di Korea Selatan? Ketujuh PMI tersebut antara lain bernama Abdul Majid, El Ari Permana, Muhammad Mansur, Muhammad Syamsuddin Syah, Saifuddin, Sartono, Muhammad Mukamimal.
-
Kapan kapal itu tenggelam? Kapal yang berpenumpang 37 orang dan bermuatan ikan ini dikabarkan terbalik saat mengalami cuaca buruk di Perairan Selayar," ujarnya melalui keterangan tertulisnya, Selasa (12/3).
-
Kapan kapal-kapal itu tenggelam? Kapal ini berasal dari pertengahan Dinasti Ming (1368-1644).
-
Kapan bangkai kapal tersebut tenggelam? Para arkeolog mengatakan, temuan unik ini berasal dari periode Romawi dan Mamluk sekitar 1.700 dan 600 tahun lalu.
-
Kapan kapal Uluburun tenggelam? Dengan usia sekitar 3.300 tahun, Uluburun tidak hanya menjadi contoh keterampilan teknik pembangunan kapal pada zamannya, tetapi juga menyimpan rahasia jaringan perdagangan global yang mengagumkan.
-
Kapan kapal Dinasti Ming tenggelam? Para arkeolog meyakini bangkai kedua kapal ini berasal dari periode yang berbeda dari Dinasti Ming, sekitar tahun 1368-1664.
Pukat Oryong 501 sudah tua
Kapal pukat Oryong 501 merupakan kapal pengekspor makanan olahan hasil laut terutama ikan tuna dan makarel dalam kemasan kaleng yang dioperasikan oleh Sajo Industries di Seoul. Kapal ini memasuki Rusia lewat jalur Laut Pasifik hingga perairan paling timur, Bering.
Pukat Oryong 501 memiliki berat yakni 1.753 ton namun sudah berusia hampir empat dekade. Menurut pihak Sajo kapal itu masih layak digunakan meski asosiasi transportasi perairan internasional mengatakan sekurang-kurangnya harus diganti atau diperbaiki setelah 30 tahun.
Laut Bering, salah satu perairan angker sejagat
Perairan yang menjadi rute kapal pukat Oryong 501 bukan lautan sembarangan. Wilayah ini punya kondisi geografis dan gelombang dahsyat lantaran ada cekungan air dalam lalu naik melalui lereng sempit ke air dangkal. Kondisi cuaca di sana juga tak pernah menentu, tergantung dari Kutub Utara dan perubahannya.
Saat peristiwa tenggelamnya Oryong 501 cuaca di Bering tengah badai besar dan ombak perairan itu mencapai enam meter. Kapal itu disinyalir terbalik meski demikian pihak perusahaan mengoperasikan Oryong yakni Sajo Industries meyakini seluruh awaknya mengenakan jaket pelampung dan sudah melindungi diri.
Cuaca buruk dan kedinginan tidak masuk akal
Cuaca buruk yakni badai besar dari Laut Pasifik bergerak menuju Laut Bering dan menyebabkan ekstremnya cuaca di sana. Ombak setinggi enam meter tentu amat berbahaya bagi pelayaran.
Selai itu kondisi dingin tidak bisa ditoleransi tubuh manusia juga terjadi di Bering. Suhu dalam air mencapai minus 14 derajat celsius sementara di bagian permukaan lebih parah yakni hingga minus 20 derajat celsius.
Tanggap cepat Rusia
Mendengar tenggelamnya kapal Korea Selatan pihak Rusia segera tanggap dan mengirimkan regu penyelamat (SAR). Pencarian mereka awal berbuah, sekitar delapan orang bisa selamat yakni tiga warga Indonesia, tiga warga Filipina, satu warga Rusia, dan satu warga Korea Selatan. Meski salah seorang dari mereka akhirnya meninggal sebab hipotermia (suhu tubuh yang tiba-tiba menurun).
Korea Selatan juga mengirimkan tim penyelamatnya tengah dalam perjalanan menuju lokasi. Hingga kini nama-nama korban selamat belum bisa dilansir, demikian juga korban hilang, belum ditemukan.
Kerjasama Rusia-AS
Ada hal menarik dari peristiwa tenggelamnya kapal Oryong 501 milik Korea Selatan di Laut Bering. Semenangjung Chutkotka yang juga menjadi perairan memisahkan Rusia dan Amerika Serikat, namun kejadian ini membuat kedua negara bahu membahu menolong korban.
Amerika sendiri menurunkan tim penyelamat mereka dan kini tengah mencari para korban. Sebelah barat Laut Bering yakni Negara Bagian Alaska.