Lima polisi China tewas ditusuk militan Uighur
Ini serangan pisau kesekian kalinya dari etnis mayoritas muslim itudi kawasan pertambangan Xinjiang
Lima polisi ditusuk pisau hingga tewas oleh kelompok bersenjata di kawasan Xinjiang, China. Insiden itu terjadi di area Tambang batu bara Sogan, Kota Aksu, akhir pekan lalu.
Juru bicara polisi setempat menyatakan penyerangan rekan mereka sudah direncakaan sejak lama oleh para pelaku. "Kelompok separatis sudah mempersiapkan serangan skala besar pada polisi yang berjaga di kawasan tambang," kata jubir seperti dikutip Radio Free Asia, Rabu (23/9).
-
Apa yang terjadi pada warga Uighur di China yang membuat mereka terpisah dari keluarga? Abdul mengaku mendapat telepon dari kerabat di Shanghai pada September 2017. Menurut Abdul, kerabatnya itu mengabarkan bahwa adiknya diambil dari kamp konsentrasi warga Uighur di China. "Dan kemudian mereka tidak tahu tentang orang tuaku. Itu terakhir kali aku mendengar kabar dari mereka," ujar Abdul ketika menjadi narasumber pada agenda konferensi pers dan dialog publik bertemakan 'Plight of Uyghur and Current Updates' diselenggarakan oleh OIC Youth Indonesia di Marrakesh Inn Hotel, Jakarta Pusat, Selasa (19/12).
-
Mengapa warga Uighur merasa diperlakukan tidak adil di China? Abdul mengatakan, saat ini terdapat ratusan tempat pengungsian konsentrasi yang mengelilingi pemukiman warga Uighur. Kamp konsentrasi ini diperkenalkan kepada dunia internasional sebagai pusat pendidikan. Namun kenyataannya kamp konsentrasi tersebut ditujukan untuk menghapuskan identitas agama dan bangsa Uighur serta membuat mereka lupa seorang muslim."Penerintah komunis China mengkriminalisasi praktek Islam yang normal," kata Abdul.
-
Apa yang ditemukan di desa Pingyan, China? Penemuan jejak kaki raksasa menghebohkan desa Pingyan, provinsi Guizhou, di bagian barat daya China.
-
Siapa yang menganggap pelanggaran HAM di China terhadap warga Uighur sebagai tindakan pelanggaran HAM? Presiden Organization of Islamic Conference (OIC) Youth Indonesia, Astrid Nadya Rizqita menilai banyak dugaan pelanggaran HAM dalam persoalan warga Uighur."Kalau merujuk pada HAM, kebebasan beragama, itu banyak sekali hal-hal yang melanggar HAM," kata Astrid saat menyampaikan pidato pembukaan di konferensi pers dan dialog publik bertemakan 'Plight of Uyghur and Current Updates' di Marrakesh Inn Hotel, Jakarta Pusat, Selasa (19/12).
-
Bagaimana cara Indonesia bisa membantu warga Uighur di China? Menurutnya, Indonesia sebagai negara yang menganut prinsip non-intervensi juga bukan berarti hanya bisa diam, tetapi dapat menerapkan mekanisme dialog ataupun diplomasi untuk ikut bersuara dalam permasalahan dunia. "Ini bukan berarti kita diam atau memalingkan kepala. Namun, bukan berarti indonesia juga langsung lantas berangkat ke sana, tapi kita dapat menggunakan mekanisme dialog dan diskusi," ujar Astrid.
-
Apa yang dilakukan polisi China terhadap pedagang buah di pinggir jalan? Dia diberi imbauan agar tak berjualan di lokasi. Sebab, hal tersebut diungkap sang polisi dapat memicu kecelakaan bagi diri sendiri dan pengguna jalan raya lainnya. "Anda tidak bisa berjualan semangka di sini. Ini bisa mengganggu lalu lintas," terangnya.
Pemerintah Xinjiang tidak menyebut secara detail jumlah penyerang. Namun penggunaan frasa 'separatis' menunjukkan kelompok muslim Uighur kembali disalahkan atas kekerasan di provinsi paling barat Negeri Tirai Bambu itu.
Ini adalah serangan pisau kesekian kalinya di Xinjiang. Pada Juni lalu, 18 orang tewas ketika belasan warga Uighur menyerang pos polisi di pos pemeriksaan Kota Kashgar.
Selama lima tahun terakhir, selalu terjadi kekerasan skala ringan hingga berat antara aparat dan warga Uighur. Bagi penduduk mayoritas muslim itu, perjuangan bersenjata diperlukan karena pemerintah pusat menekan mereka, berusaha menghapus budaya Uighur, serta memberi kemudahan fasilitas buat etnis Han.
Kecurigaaan Beijing terhadap etnis mayoritas muslim Uighur berakar sejak dua abad lalu. Wilayah Xinjiang (dalam bahasa Mandarin artinya 'daerah kekuasaan baru') baru tunduk pada ekspedisi militer Dinasti Qin pada 1750.
Selama berabad-abad mereka hidup mandiri tanpa tunduk pada kekuasaan manapun. Warga Uighur punya fisik kulit putih, serta secara budaya lebih dekat dengan ras Turkistan.
Ketika pecah perang dunia, warga Xinjiang berusaha bergabung dengan Soviet. Upaya itu berakhir, ketika pasukan nasionalis kiriman Beijing akhirnya kembali memaksa warga Uighur bertahan dalam wilayah kedaulatan RRC pada 1949.
Sejak itu, cap warga Uighur punya kecenderungan 'memberontak' selalu disematkan oleh petinggi di Beijing.
Baca juga:
China bantah isu penindasan dan larangan puasa bagi muslim Uighur
Mahasiswa Uighur dilarang puasa dan dipaksa makan siang hari
Menengok kehidupan muslim Uighur terasingkan hingga ke Shanghai
Ini alasan pemerintah China membenci muslim Uighur
China minta bantuan AS perangi 'militan Islam' Uighur
China penjarakan 45 warga Uighur, dituduh punya niat 'perang suci'