Makhluk Mungil Ini Ditemukan Masih Hidup Setelah 2 Miliar Tahun, Berkembang dan Tersembunyi di Dalam Batu
Temuan ini mendorong batas-batas pemahaman kita tentang ketahanan dan umur panjang.
Ilmuwan menemukan mikroba berusia masih hidup dan berkembang di dalam retakan batu berusia 2 miliar tahun. Temuan ini mendorong batas-batas pemahaman kita tentang ketahanan dan umur panjang.
Organisme mungil ini ditemukan ketika para tim ilmuwan menganalisis serpihan batu. Di dalamnya ditemukan sel-sel mikroba padat dalam retakan-retakan kecil.
-
Kapan fosil gajah purba ditemukan? Hasilnya, mereka menemukan fosil utuh gajah purba yang diperkirakan usianya mencapai jutaan tahun. Di samping itu, mereka juga menemukan fosil kerbau dalam penggalian itu.
-
Di mana fosil gajah purba ditemukan? Kedua fosil itu ditemukan di dua tempat yang berbeda, yaitu di Luwehan dan Bukit Srumpit.
-
Di mana fosil paus purba tersebut ditemukan? Rayanesis mengacu pada Daerah Terlindung Wadi El-Rayan di Fayoum, di mana fosil ini ditemukan.
-
Apa yang ditemukan di Situs Sangiran selain fosil manusia purba? Selain fosil manusia purba, situs Sangiran juga menyimpan fosil-fosil hewan dan tumbuhan purba, yang memberikan gambaran tentang lingkungan hidup manusia purba tersebut.
-
Di mana fosil manusia purba ditemukan? Fosil ini ditemukan di gua Heaning Wook Bone di Cumbria, Inggris.
-
Apa yang ditemukan di hutan purba tersebut? Ratusan fosil batang pohon dan bagian lain dari pohon ditemukan di hutan purba ini.
Retakan tersebut ditutup dengan tanah liat, menciptakan sistem tertutup di mana mikroba dapat bertahan hidup tanpa campur tangan pihak luar. Sel-sel tersebut tampaknya menjalani kehidupan dalam gerakan lambat, hampir tidak berevolusi selama jutaan tahun.
Untuk memastikan mikroba tersebut berasal dari batuan dan bukan kontaminan, para peneliti menggunakan teknik halus yang melibatkan tiga jenis pencitraan: spektroskopi inframerah, mikroskop elektron, dan mikroskop fluoresen.
Dengan mewarnai DNA sel dan memeriksa protein serta tanah liat di sekitarnya, mereka memastikan organisme tersebut hidup dan berasal dari sampel purba.
Peneliti utama dan profesor dari Fakultas Pascasarjana Sains di Universitas Tokyo, Yohey Suzuki, tidak dapat menyembunyikan kegembiraannya atas penemuan ini.
“Kami tidak pernah tahu apakah batuan berumur 2 miliar tahun bisa dihuni,” ujarnya, dikutip dari laman Earth, Jumat (18/10).
- Ilmuwan Temukan Makhluk Bersayap dengan Kuping Membesar, Begini Wujudnya
- Makhluk Laut Berwarna Merah dengan Tubuh Bergelombang Muncul di Jepang, Begini Penampakannya
- Peneliti Temukan Makhluk Misterius di Laut Dalam, Badannya Hitam Legam dengan Mata Kecil dan Mulut Menganga
- 13 Serangga Tertua di Dunia yang Masih Hidup di Bumi Sampai Sekarang
“Sampai saat ini, lapisan geologi tertua tempat ditemukannya mikroorganisme hidup adalah endapan berusia 100 juta tahun di bawah dasar laut, jadi ini merupakan penemuan yang sangat menarik."
Dengan mempelajari DNA dan genom mikroba seperti ini, para ilmuwan mungkin dapat memahami evolusi kehidupan awal di Bumi.
Lingkungan Stabil
Sampel batu yang menyimpan mikroba purba ini digali dari Bushveld Igneous Complex (BIC) di timur laut Afrika Selatan.
BIC yang luasnya sebesar Irlandia ini terkenal dengan cadangan bijihnya yang kaya, termasuk sekitar 70 persen platinum yang ditambang di dunia.
Karena pembentukannya dari magma yang didinginkan perlahan dan perubahan minimal selama ribuan tahun, BIC menyediakan lingkungan yang stabil bagi kehidupan mikroba.
Tim Universitas Tokyo, dengan dukungan International Continental Scientific Drilling Program (ICDP) – sebuah organisasi nirlaba yang mendanai eksplorasi di situs geologi – memperoleh sampel inti sepanjang 30 sentimeter dari sekitar 15 meter di bawah tanah. Ketebalan batu tersebut bervariasi sampai 8 kilometer dan relatif tidak terganggu, menjadikannya habitat ideal bagi organisme untuk bertahan dalam rentang waktu geologis.
Salah satu aspek yang menarik dari temuan ini adalah peran tanah liat dalam mengawetkan mikroba ini. Tanah liat berfungsi sebagai pelindung alamiah, menutup retakan batu dan mencegah apapun masuk atau keluar dari batu tersebut. Inilah yang menciptakan lingkungan mikro yang stabil sehingga organisme tersebut bisa bertahan hidup miliaran tahun.
Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Microbial Ecology.