Mantan Pejabat Amerika Ungkap Demo Bela Palestina Bisa Pengaruhi Jumlah Pemilih dalam Pilpres AS
Saat ini sedang berlangsung demo di berbagai kampus di AS, menentang agresi brutal Israel di Jalur Gaza, Palestina.
Saat ini sedang berlangsung demo di berbagai kampus di AS, menentang agresi brutal Israel di Jalur Gaza, Palestina.
- Israel Mulai Kekurangan Tentara, Sampai Rekrut Warga Berumur 40 Tahun Lebih
- Tentara Israel dan Mesir Baku Tembak di Dekat Rafah, Satu Orang Tewas
- Ahli Politik Amerika: Israel Tak Mampu Kalahkan Hamas, Tujuan Sebenarnya Genosida Rakyat Palestina di Gaza
- Polisi AS Tangkap Ratusan Mahasiswa Sampai Jurnalis karena Demo Bela Palestina di Berbagai Kampus
Mantan Pejabat Amerika Ungkap Demo Bela Palestina Bisa Pengaruhi Jumlah Pemilih dalam Pilpres AS
Saat ini sedang berlangsung demo bela Palestina di berbagai kampus di Amerika Serikat (AS). Para mahasiswa melakukan perkemahan di dalam area kampus, salah satunya menuntut gencatan senjata permanen di Jalur Gaza, Palestina yang hancur akibat agresi brutal Israel.
Maraknya demo bela Palestina di AS ini bakal berdampak terhadap jumlah pemilih dalam pemilihan presiden (pilpres) yang akan berlangsung pada November mendatang. Hal ini disampaikan mantan Dubes AS untuk Indonesia, Robert Blake.
Menurut Blake, perang Israel di Gaza dalam konteks potensi juga berpengaruh dampaknya terhadap jumlah pemilih.
Protes-protes kampus di seluruh AS mencerminkan keprihatinan yang meluas atas jatuhnya korban sipil di Gaza.
Termasuk pengeboman Israel, kurangnya bantuan kemanusiaan, dan kelaparan yang terjadi di Gaza.
Indikator utama dari pengaruh politik termasuk resolusi untuk menghentikan pertempuran, peningkatan bantuan kemanusiaan, dan rencana untuk Gaza pasca-perang, termasuk penarikan Israel dan otonomi Palestina. Isu-isu ini sangat kompleks dan belum terselesaikan, dengan perdebatan yang sedang berlangsung di Israel. Faktor-faktor ini diperkirakan akan secara signifikan mempengaruhi jumlah pemilih.
Hal tersebut dipaparkan Blake dalam forum diskusi yang diselenggarakan Foreign Policy Community Indonesi (FPCI) di Jakarta, Senin (20/5).
Hal tersebut dipaparkan Blake dalam forum diskusi yang diselenggarakan Foreign Policy Community Indonesi (FPCI) di Jakarta, Senin (20/5).
Blake juga menyampaikan, ada dua hal penting yang bisa mempengaruhi pemilu tahun ini, yang pertama adalah inflasi, yang masih tinggi di AS. Jika pemerintahan Joe Biden bisa menurutnkan inflasi ke target 2 persen, maka itu akan menjadi pencapaian yang sangat penting.
Selain inflasi, aborsi juga berpengaruh. Blake menjelaskan, beberapa negara bagian telah memberlakukan undang-undang aborsi yang lebih ketat, seperti membatasi hak aborsi dalam waktu enam minggu setelah kehamilan. Pembatasan ini diperkirakan akan menjadi masalah yang signifikan dalam pemilu mendatang. Partai Demokrat ingin memanfaatkan hal ini untuk memobilisasi pemilih perempuan, yang dalam beberapa pemilu terakhir telah banyak memberikan suara mereka dan cenderung memilih Partai Demokrat karena kekhawatiran mereka terhadap hak-hak aborsi.
Terkait potensi terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden AS, Blake mengatakan Trump saat ini tengah dihadapkan pada empat kasus hukum, salah satunta kasus dugaan campur tangan pemilu Georgia, di mana Trump diduga menekan para pejabat untuk membatalkan hasil pemilu.
Jika terbukti bersalah dalam kasus-kasus ini, hal ini dapat secara signifikan mempengaruhi para pemilih mengambang (swing voter), terlepas dari klaim Trump bahwa kasus-kasus ini bermotif politik. Putusan hukum atas kasus ini menurutnya sangat penting dalam mempengaruhi pemilih.