Militer Israel Krisis Personel, Lebih dari 500 Tentara Pilih Mundur dari Perang Gaza
Media berbahasa Ibrani melaporkan tren mundurnya tentara Israel ini kian meningkat dan diprediksi akan terus bertambah di 2025.
Media Ibrani Hayom kemarin melaporkan militer Israel kini menghadapi krisis personel yang parah, sekitar 500 perwira berpangkat mayor meninggalkan dinas militer sejak pertengahan 2024.
Dengan tren saat ini, tahun 2025 kemungkinan akan lebih banyak lagi tentara yang memilih mundur, kata media Israel itu.
- Israel Larang Tentaranya ke Luar Negeri Setelah 8 Prajuritnya Diusir dari Negara-Negara yang Mereka Kunjungi
- Israel Sudah Bangun Pangkalan Militer Permanen di Gaza, Segini Luasnya
- Kejinya Israel Serang Tenda Pengungsi Hingga Warga Gaza Banyak yang Terbakar Hidup-Hidup
- Mantan Jenderal Ungkap Kondisi Sebenarnya Tentara Israel di Gaza yang Selama Ini Ditutup-tutupi Media
“Meskipun hanya lima letnan kolonel yang meninggalkan posisi non-tempur pada tahun 2024, indikator menunjukkan tren yang mengkhawatirkan di semua pangkat untuk tahun 2025,” kata laporan itu, seperti dilansir laman Press TV, Kamis (19/12).
Krisis mundurnya tentara Israel dari Gaza ini tidak hanya terjadi di kalangan perwira junior, tapi juga para komandan satuan, termasuk yang berada di garis depan.
Pemberian bonus sampai perpanjang usia pensiun
Tercatat 613 perwira tinggi meninggalkan dinas militer pada 2022.”
Banyaknya tentara Israel yang meninggalkan Gaza terjadi ketika karena tentara Israel kelelahan secara psikologis dan kurangnya apresiasi.
Militer Israel telah menerapkan berbagai pendekatan, termasuk mempublikasikan bonus untuk komandan tempur dan perubahan usia pensiun. Namun, upaya-upaya ini tidak cukup untuk mencegah mundurnya tentara yang terus bertambah.
Perwira dinas militer menyebutkan alasan lain keengganan mereka kembali ke Gaza, termasuk jam kerja yang tidak sebanding dengan gaji. Mereka yang berdinas membandingkan dengan para prajurit cadangan yang justru menerima pengakuan publik, bonus besar, dan layanan dukungan keluarga, kata laporan itu.
Personel karier harus bertahan dengan durasi dinas yang tak menentu di saat prajurit cadangan bahkan dapat memperoleh hingga 222 juta rupiah setiap bulan termasuk bonus.
"Teman sekelas anak saya yang berasal dari keluarga tentara cadangan menerima pengakuan dan dukungan sekolah, sementara anak saya dikeluarkan karena saya seorang prajurit karier," kata seorang komandan tempur kepada media Hayom.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti