Mantan Jenderal Ungkap Kondisi Sebenarnya Tentara Israel di Gaza yang Selama Ini Ditutup-tutupi Media
Mantan Jenderal Ungkap Kondisi Sebenarnya Tentara Israel di Gaza yang Selama Ini Ditutup-tutupi Media
Seorang pensiunan tentara Israel mengungkap kondisi tentara mereka sedang kacau balau dalam menjalankan misi pertempuran di Jalur Gaza.
-
Apa yang dilakukan tentara Israel di Gaza? Salah seorang pengguna media X menyebutkan bahwa operator D-9 yang sama, yaitu Guy Zaken dan Eliran Mizrahi yang bunuh diri baru-baru ini, sebelumnya sempat diwawancarai pada April 2024.
-
Apa yang dikatakan Menteri Israel soal warga sipil di Gaza? Menurut Eliyahu, di Gaza tidak ada warga sipil yang tidak bersalah.
-
Siapa yang berada di balik propaganda Israel di Gaza? Seorang penggerak utama di balik Shirion Collective, sebuah jaringan disinformasi pro-Israel yang berorientasi pada teori konspirasi dan berusaha membentuk opini publik tentang konflik Gaza di Amerika Serikat, Australia, dan Inggris, adalah seorang pengusaha teknologi bernama Daniel Linden yang tinggal di Florida, AS.
-
Mengapa pemerintah Gaza mengutuk tindakan tentara Israel? 'Kami mengutuk keras kekejaman yang sedang berlangsung yang dilakukan oleh pendudukan Israel baik terhadap warga Palestina maupun pekerja bantuan asing di Gaza,' demikian pernyataan yang dikeluarkan oleh pemerintah di Gaza.
Mantan Jenderal Ungkap Kondisi Sebenarnya Tentara Israel di Gaza yang Selama Ini Ditutup-tutupi Media
Kekacauan itu disebabkan kurangnya peralatan dan pasokan logistik.
Mantan Mayor Jenderal Itzhak Brik mengatakan sudah menyampaikan kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bahwa tentara Israel tidak dalam kondisi langsung siap berperang setelah peristiwa serangan kelompok Hamas pada 7 Oktober lalu.
"Timnya (Netanyahu) tidak mau dia mendengar kondisi yang sebenarnya jadi mereka menjauhkan dia dari saya. Saya sudah katakan tentara tidak siap untuk berperang karena banyak prajurit yang tidak berlatih selama lima tahun dan peralatan pun kurang," ujar Brik kepada harian berbahasa Ibrani Maariv yang diterbitkan kemarin, seperti dikutip laman New Arab, Sabtu (24/2).
Militer Israel melancarkan serangan udara menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober dan diikuti serangan darat tak lama kemudian.
Serangan bombardir Israel ke Jalur Gaza sejauh ini sudah menewaskan hampir 30.000 warga Palestina, kebanyakan perempuan dan anak-anak, merusak ribuan rumah dan bangunan.
"Sejak 7 Oktober, saya mendapat banyak permintaan dari tentara," kata Brik kepada Maariv. "Kekacauan besar kini sedang terjadi di jajaran militer di Gaza dan itu tidak dibahas.
"Peralatan, logistik, makanan dan segala hal yang bisa membuat kita bergerak maju tidak berjalan karena militer banyak melimpahkan tugas itu ke pihak perusahaan swasta," kata mantan jenderal itu.
"Tidak ada yang segera memperbaiki tank yang rusak terbengkalai di Gaza menunggu untuk ditarik mundur," kata dia.
Dia menuturkan media Israel menutup-nutupi ini terutama karena alasan untuk menjaga moral tentara di tengah gencarnya kritikan terhadap pemerintahan Netanyahu.
Israel menuturkan lebih dari 130 tawanan masih disandera di Gaza oleh Hamas, sebagian tewas karena serangan udara Israel.
Brik mengaku dia bertemu dengan Netanyahu enam kali sejak perang dimulai.
"Dia punya banyak orang radikal di pemerintahan koalisinya yang mengancam akan melumpuhkan kabinet jika dia tidak melakukan apa yang mereka mau," kata dia kepada Maariv, "dan bagi dia pemerintahan jauh lebih penting daripada negara ini--inilah masalah utamanya."
Menurut Brik, apa yang dikatakan Netanyahu kepada dirinya berbeda dengan apa yang dia katakan di depan publik soal perang. Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir punya pengaruh kuat kepada Netanyahu.
"Dalam pembicaraan terakhir, ketika saya meyakinkan dia untuk mengatakan apa yang akan saya sampaikan, dia bicara dengan bahasa yang berbeda di depan publik.
Itu karena dia terus-menerus diancam oleh Ben-Gvir, jika dia tidak melakukan ini dan itu, maka dia akan membubarkan kabinet, ketakutannya akan pembubaran kabinet lebih besar dari pada masalah keamanan yang harus dia hadapi."