Jenderal Israel Ungkap Netanyahu Sangat Tahu Hamas Tak Bisa Dikalahkan, Namun Tetap Lanjutkan Perang di Gaza Karena Alasan Ini
Jenderal ini juga mengungkap Israel berada di ujung tanduk kehancuran.
Seorang mantan pejabat Israel mengungkapkan, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tahu bahwa Hamas tak bisa diberantas, namun tetap melanjutkan perang di Gaza, Palestina.
Dalam artikel yang diterbitkan situs berita Israel, Maariv, mantan ombudsman pasukan pendudukan Israel, Mayjend Itzhak Brik mengatakan dia pernah bertemu Netanyahu selama enam kali sejak perang genosida Israel berlangsung di Gaza.
Brik mengatakan, Netanyahu "sangat tahu bahwa Hamas tidak bisa diberantas." Kendati demikian, Netanyahu bersikeras Israel tetap melanjutkan perang untuk melawan Hamas sampai gerakan perlawanan Palestina tersebut benar-benar kalah, seperti dikutip dari Al Mayadeen, Minggu (18/8).
Dia mengatakan, Netanyahu telah mengambil keuntungan dari pernyataan aneh tersebut untuk mendulang dukungan dari pemukim sayap kanan Israel dan pejabat terhadap pemerintahannya. Brik menekankan, para ekstremis ini memberinya "legitimasi" untuk melanjutkan perang sampai akhir, agar jabatannya sebagai PM aman.
Brik menegaskan, kebijakan-kebijakan sebenarnya bukan untuk mendahulukan kepentingan pemukim maupun keamanan Israel, tetapi memungkinkan Netanyahu tetap berkuasa, bahkan walaupun hal itu mengarah pada kehancuran Israel.
Menurut Brik, Netanyahu, "secara tidak sengaja melayani kepentingan Iran dan Hizbullah, seperti yang dia lakukan sebelumnya dengan Hamas".
Dia mengatakan Netanyahu adalah "hadiah dari pemerintah Israel kepada musuh-musuhnya," dari Iran sampai Hizbullah. Menurutnya, kebijakan gagal Netanyahu ini justru menguntungkan poros perlawanan tersebut (Iran, Hizbullah, Hamas).
Tentara Israel Lelah Fisik dan Moral
Dalam artikel yang ditulisnya, Brik mengatakan Amerika Serikat telah mengirim pesan jelas kepada Israel bahwa "pesta telah usai" dan pertempuran di Gaza "melelahkan".
Tentara cadangan Israel lelah secara fisik dan moral. Dia juga menyebut pertempuran di Gaza melelahkan karena berdampak pada kehancuran ekonomi Israel.
Brik yakin alasan ketiga mengapa perang di Gaza tidak dapat dilanjutkan adalah karena perang yang terus berlangsung telah menyebabkan “Israel” kehilangan dukungan global, dan semakin terasing." Bahkan, lanjut Brik, sekutu-sekutu Israel di Eropa pun mengabaikan hal ini, sebagaimana dibuktikan dengan sanksi ekonomi, penghentian pengiriman senjata, dan diabaikan dari proyek-proyek internasional, dan sambil menunjuk pada kerusakan yang “tidak dapat diperbaiki” yang disebabkan oleh keputusan pengadilan internasional selama periode agresi.
Faktor terakhir adalah perpecahan yang semakin meluas antar sektor komunitas pemukim Israel, yang mungkin memicu “perang saudara” di antara faksi-faksi yang berbeda, yang akan didahului oleh perang regional multi-front yang “dibawa ke (Israel) oleh Bibi (Netanyahu) dari Beirut."