Minggu ke-9 aksi protes di Jalur Gaza, 109 orang cedera akibat tembakan Israel
Puluhan pemrotes Palestina bentrok dengan tentara Israel pada Jumat siang di sepanjang perbatasan Jalur Gaza Timur dengan Israel, selama Jumat kesembilan protes anti-Israel.
Sedikitnya 109 orang Palestina cedera pada Jumat (25/5) akibat tembakan Israel, selama bentrokan dengan tentara Israel di sepanjang perbatasan Jalur Gaza-Israel, demikian laporan kantor berita Palestina, WAFA.
Di antara korban, yang meliputi empat anak kecil dan sembilan perempuan, tiga menderita luka serius akibat tembakan Israel di kepala mereka, sementara sisanya menderita bermacam luka.
-
Kapan agresi Israel di Jalur Gaza dimulai? Sejak agresinya dimulai pada 7 Oktober 2023, Israel telah membunuh 37.626 orang, sekitar 75 persen di antaranya adalah anak-anak, wanita dan orang tua.
-
Apa yang terjadi pada anak-anak Palestina di Jalur Gaza? Menurut laporan Save The Children, diperkirakan 21.000 anak Palestina hilang dalam agresi brutal Israel di Jalur Gaza. Banyak yang terperangkap di bawah reruntuhan, ditahan, dikubur di kuburan tanpa tanda, atau hilang dari keluarga mereka.
-
Siapa yang mengkritik tindakan Israel di Jalur Gaza? Aktor pemenang Oscar asal Spanyol, Javier Bardem, mengecam keras Israel pada Jumat (20/9) karena tindakan brutal mereka di Jalur Gaza, Palestina yang kini hancur lebur.
-
Apa isi selebaran yang dijatuhkan Israel di Gaza? Selebaran Ramadan yang ditulis dalam bahasa Arab itu berisi seruan agar "memberi makan mereka yang membutuhkan dan berbicaralah yang baik". Di saat yang sama ratusan ribuan penduduk Gaza saat ini sedang kelaparan karena blokade Israel terhadap makanan dan air bersih.
-
Kapan serangan Israel di Jalur Gaza dimulai? Sejak pecahnya serangan pada 7 Oktober lalu hingga saat ini, Israel telah melancarkan perang genosida di Jalur Gaza, menyebabkan lebih dari 118.000 warga Palestina terbunuh dan terluka dan lebih dari 70% korban merupakan anak-anak dan perempuan, sekitar 10.000 orang hilang di tengah kehancuran besar-besaran dan kelaparan.
-
Apa yang ditemukan oleh para tentara Israel di perbatasan Gaza? Dua tentara cadangan Israel baru-baru ini menemukan sebuah lampu minyak kuno dari zaman Bizantium yang berumur 1.500 tahun di perbatasan Gaza.
Meskipun udara panas pada saat Ramadhan, bulan suci puasa buat umat Muslim, rakyat Palestina melanjutkan protes di sepanjang perbatasan Jalur Gaza Timur.
Lebih dari 120 orang Palestina telah tewas dan ribuan lagi cedera oleh pasukan keamanan Israel sejak dimulainya protes Pawai Akbar Kepulangan (Great Return March) di dekat perbatasan Jalur Gaza-Israel pada 30 Maret.
Rakyat Palestina berdemonstrasi untuk menuntut hak mereka pulang ke rumah mereka pra-1948 di Palestina.
Puluhan pemrotes Palestina bentrok dengan tentara Israel pada Jumat siang di sepanjang perbatasan Jalur Gaza Timur dengan Israel, selama Jumat kesembilan protes anti-Israel, dikutip dari Antara, Sabtu (26/5).
Protes itu adalah bagian dari apa yang dinamakan oleh rakyat Palestina 'Pawai Akbar Kepulangan', yang telah diselenggarakan setiap Jumat di lima lokasi berbeda di sepanjang perbatasan Jalur Gaza Timur dengan Israel sejak 30 Maret.
Militer Israel telah menewaskan 114 orang Palestina dan melukai tak kurang dari 13.000 orang lagi sejak itu, kata Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza.
Petugas medis mengatakan satu orang Palestina cedera akibat terkena peluru aktif Israel dan puluhan orang lagi menderita karena menghirup gas air mata selama demonstrasi Jumat terakhir, yang dinamakan 'Berlanjut melawan Blokade'.
Sehari sebelumnya, para pemimpin Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS) dan Jihad Islam mengatakan protes di bagian timur Jalur Gaza akan berlanjut sampai blokade Israel, yang telah diberlakukan atas daerah kantung itu selama 11 tahun, dicabut.
Baca juga:
Susahnya warga Palestina beribadah di Masjid Al Aqsa
Pangeran William dijadwalkan akan Kunjungi Palestina dan Israel
Viral, Dubes AS berfoto dengan poster Kota Yerussalem tanpa Masjid Al Aqsa
Israel akan diserang jika terus lakukan agresi militer di jalur Gaza
Sikap ambigu Inggris menghadapi kebijakan AS di Palestina
'Pada akhirnya kami akan mati, maka matilah di depan kamera'