Misteri 'Flu Rusia' pada 1889, Virus Corona yang Belum Terungkap?
Pada Mei 1889, orang-orang yang tinggal di Bukhara, sebuah kota yang kemudian menjadi bagian Kekaisaran Rusia, mulai sakit dan sekarat. Virus pernapasan yang membunuh mereka dikenal sebagai flu Rusia. Virus itu lalu menyebar ke seluruh dunia. Apakah virus penyebab flu Rusia itu sama dengan virus corona penyebab Covid?
Pada Mei 1889, orang-orang yang tinggal di Bukhara, sebuah kota yang kemudian menjadi bagian Kekaisaran Rusia, mulai sakit dan sekarat. Virus pernapasan yang membunuh mereka dikenal sebagai flu Rusia. Virus itu kemudian menyebar ke seluruh dunia, pasien-pasien membanjiri rumah sakit dan membunuh para lansia dengan keganasan yang lain daripada yang lain.
Sekolah-sekolah juga pabrik-pabrik dipaksa tutup karena banyak siswa dan buruh yang sakit. Orang-orang yang terinfeksi mengalami gejala aneh: kehilangan indera penciuman dan perasa. Dan beberapa dari mereka yang sembuh melaporkan keletihan yang tak kunjung hilang.
-
Kenapa Sambal Beser digemari? Walau begitu, cita rasa sambal yang memakai ini diklaim lebih pedas dan segar dibanding jenis olahan tanpa hewan beser.
-
Kapan Sagil lahir? Mengutip Instagram @majeliskopi, Sabtu (11/5), Sagil diketahui kelahiran Desa Belui pada 7 Juni 2012 lalu.
-
Siapa Pak Sadimin? Di Desa Gempol hiduplah seorang saksi sejarah yang diperkirakan sudah berusia 105 tahun bernama Pak Sadimin.
-
Apa itu Sambal Beser? Satu lagi kuliner ekstrem asal Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, namanya sambal beser. Kuliner ini kabarnya ada di seluruh wilayah Gunungkidul, dan sejajar dengan deretan olahan dari serangga seperti belalang goreng maupun tumis kumbang puthul.
-
Kapan Sai dilakukan? Sa’i merupakan salah satu rukun dalam rangkaian ibadah haji.
-
Kenapa Tahu Siksa dinamai begitu? Iman mengatakan, nama tahu siksa sebenarnya berasal dari proses membuatnya sebelum disajikan.Tahu kuning awalnya dipanggang di atas wajan atau nampan besi yang diberi minyak goreng sedikit. Katanya, memanggang tahu dengan cara tersebut mirip seperti penyiksaan.
Flu Rusia akhirnya berakhir setelah beberapa tahun, setelah melewati sedikitnya tiga gelombang infeksi.
Pola infeksi dan gejalanya mendorong beberapa ahli virologi dan sejarawan kedokteran sampai sekarang bertanya-tanya: Mungkinkan flu Rusia sebenarnya pandemi yang disebabkan virus corona? Dan bisakah perjalanannya memberikan kita petunjuk bagaimana pandemi yang kita hadapi sekarang ini berakhir dan mereda.
Jika sebuah virus corona menyebabkan flu Rusia, beberapa pihak mempercayai patogen itu mungkin masih berada di sekeliling kita, keturunannya menyebar di seluruh dunia sebagai satu dari empat virus corona yang menyebabkan flu biasa. Jika demikian, itu akan berbeda dari pandemi flu yang virusnya bertahan beberapa lama hanya untuk digantikan dengan varian baru beberapa tahun kemudian yang menyebabkan pandemi baru.
Jika itu yang terjadi pada flu Rusia, itu mungkin pertanda baik untuk masa depan. Tapi ada skenario lain. Jika virus corona hari ini berperilaku lebih seperti flu, imunitas untuk mencegah virus pernapasan cepat berlalu. Itu mungkin berarti perlunya suntikan vaksin setiap tahun di masa yang akan datang.
Tapi, beberapa sejarawan menyuarakan kehati-hatian tentang hipotesis flu Rusia.
Menurut sejarawan Frank Snowden di Yale, ada sangat sedikit, bahkan hampir tidak ada data yang kuat terkait pandemi flu Rusia.
Tapi, ada cara untuk memecahkan misteri flu Rusia ini. Ahli biologi molekular saat ini punya alat untuk mengumpulkan sisa-sisa virus lama tersebut dari jaringan paru-paru yang diawetkan korban flu Rusia dan menentukan jenis virus tersebut.
Beberapa peneliti sekarang sedang dalam perburuan mencari jaringan yang diawetkan tersebut di museum-museum dan fakultas kedokteran yang mungkin memiliki tempat penyimpanan berisi spesimen yang mengambang di cairan pengawet yang masih mengandung potongan paru-paru.
"Saya akan katakan, mungkin," kata Dr Tom Ewing dari Virginia Tech, salah satu sejarawan yang pernah meneliti flu Rusia, ketika ditanya apakah flu Rusia adalah virus corona, dikutip dari The New York Times, Rabu (16/2).
Dr Scott Podolsky, seorang profesor kesehatan global dan pengobatan sosial Fakultas Kedokteran Harvard menyebut pendapat itu "masuk akal".
Sementara itu, profesor kesehatan masyarakat, epidemiologi dan kesehatan global Universitas Michigan, Dr Arnold Monto menyebutnya "spekulasi yang sangat menarik."
"Kami sejak lama bertanya-tanya dari mana virus corona berasal," kata Dr Monto.
"Pernahkah ada pandemi virus corona di masa lalu?" lanjutnya.
Herald Bruessow, pensiunan ahli mikrobiologi Swiss dan editor jurnal Microbial Biotechnology, mengacu pada sebuah makalah yang diterbitkan pada 2005 yang menyimpulkan bahwa virus corona yang lain menyebar saat ini, dikenal sebagai OC43, yang menyebabkan flu parah, yang mungkin melompat dari sapi ke manusia pada 1890.
Tiga virus corona lainnya yang kurang menular juga menyebar. Mungkin salah satu dari virus itu, atau OC43, adalah varian yang tersisa dari pandemi flu Rusia.
Dr Bruessow, walaupun mengakui ketidakpastian itu, yakin flu Rusia disebabkan virus corona. Karyanya, yang meneliti koran-koran dan artikel jurnal tua, dan laporan kesehatan masyarakat soal flu Rusia, menemukan beberapa pasien mengeluhkan kondisi seperti kehilangan indera perasa atau pengecapan dan penciuman, serta gejala seperti Covid panjang.
Dr Bruessow melaporkan, seperti Covid, flu Rusia tampaknya lebih mungkin membunuh orang yang lebih tua daripada anak-anak. Dr Ewing, menguji catatan 1890 dari Badan Kesehatan Negara Bagian di Connecticut, menemukan pola yang mirip. Jika benar, itu akan membuat virus 1890 tidak seperti virus influenza yang membunuh orang yang lebih muda maupun yang lebih tua.
Tapi catatan sejarah tidak bisa dengan mudah menjawab pertanyaan apakah virus corona yang menyebabkan flu Rusia.
Gagasan bahwa flu Rusia mungkin disebabkan virus corona masih spekulatif, menurut peneliti flu Peter Palese, yang juga profesor kedokteran di Fakultas Kedokteran Icahn di Mount Sinai, New York. Menurutnya tidak ada yang secara jelas mengkaitkan pandemi flu Rusia dengan virus corona dan tidak termasuk influenza.
Tapi bagi yang ingin mencari petunjuk bagaimana pandemi saat ini berakhir, menurut beberapa orang dua pandemi di masa lalu bisa memberikan petunjuk.
Ketika kasus flu Rusia menyusut, "orang-orang dengan cepat melanjutkan hidup mereka," kata sejarawan Universitas Michigan, J. Alexander Navarro.
Dia menambahkan, sama ketika pandemi flu 1918. Berita di koran tentang hal itu berkurang.
"Berduka merupakan urusan yang sangat pribadi," ujarnya.
"Saya sangat menduga hal yang sama akan terjadi saat ini," lanjut Dr Navarro.
"Faktanya, dalam banyak cara, menurut saya itu telah terjadi."
Bagaimana pandemi berakhir?
Yang pertama dari empat pandemi flu yang virusnya diketahui dimulai pada tahun 1918. Pandemi itu mereda setelah tiga gelombang infeksi dan virus itu, H1N1, masih beredar, tapi dalam bentuk yang kurang menular sampai 1957, ketika virus itu hilang.
"Sejauh yang bisa kami sampaikan, pada 1957, virus itu menghilang selamanya," jelas Dr David Morens, peneliti flu dan penasihat senior direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular.
Lalu H2N2 muncul. Virus ini sangat berbeda dengan H1N1 dan menyebabkan pandemi. Pola itu berulang dengan munculnya H3N2 pada 1968.
Tapi pada 1977, terjadi sesuatu yang ganjil. H1N1 kembali setelah menghilang selama dua dekade. H1N1 dan virus lainnya, H3N2, menyebar sejak saat itu.
"Sampai 1977, kami tidak pernah menemukan dua subtipe menyebar pada saat bersamaan," jelas Monto.
"Kami tidak mengerti mengapa satu subtipe menghilangkan yang lainnya dan mengapa itu tidak terjadi pada 1977."
Dan pada 2009, H1N1 yang kembali memasuki populasi manusia pada 1977 digantikan oleh versi yang berbeda secara genetik yang datang dari babi, menyebabkan pandemi lainnya.
Tapi mengapa varian baru membuat varian sebelumnya hilang?
Itu, kata Dr Morens, "misteri lainnya."
Sedikitnya ada vaksin yang ampuh melawan flu tersebut. Tapi vaksin harus diberikan setiap tahun karena berkurangnya kekebalan. Dalam sebuah penelitian di Inggris dengan virus corona penyebab flu biasa, peneliti menemukan kekebalan karena infeksi virus-virus ini juga menghilang dalam waktu setahun.
"Apakah kita perlu vaksin Covid setiap tahun?" tanya Dr Jeffery Taubenberger, kepala bidang patogenesis dan evolusi virus di Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular.
"Kita sedang menuju ke arah sana," tambahnya.
Lalu ada pertanyaan mengapa flu Rusia, dan sekarang pandemi Covid menyebabkan gelombang infeksi yang meningkat dan penurunan angka kematian.
"Kami benar-benar tidak ada petunjuk, dan ini meluas ke gelombang yang kami lihat selama dua tahun terakhir dengan Covid,” kata Dr. Morens. Evolusi virus bukanlah jawaban lengkap, tambahnya.
"Tidak ada penjelasan bagus yang saya tahu."
Berburu sampel flu Rusia
Misteri terkait evolusi virus flu dan pandemi flu membawa kembali pada misteri flu Rusia dan hipotesis virus corona.
Dr Navarro mengatakan, dia menemukan bukti untuk "hipotesis menarik" tentang flu Rusia.
Dr Taubenberger memprediksi bukti yang lebih baik akan muncul. Dia dan John Oxford, profesor emeritus virologi Universitas London, telah mencari flu atau virus corona dalam jaringan paru-paru lama dari pasien yang terkena penyakit pernapasan pada tahun sebelum flu 1918. Mereka berharap menemukannya tertanam pada blok kecil parafin yang tidak lebih besar dari kuku jari kelingking di Rumah Sakit Royal London, tempat yang menyimpan jaringan dari pasien yang berasal dari sekitar tahun 1906.
“Kami mengambil sampel ratusan jaringan,” kata Dr. Taubenberger, tanpa menemukan virus.
"Kami terus mencari," ujarnya.
Namun, lanjutnya, dengan minat baru pada pandemi tahun 1890, dia berharap beberapa jaringan yang mengandung virus flu Rusia dapat ditemukan, mungkin tergeletak tanpa diketahui di ruang bawah tanah museum atau sekolah kedokteran di berbagai penjuru dunia.
Menemukan jaringan ini merupakan tantangan.
Dr Podolsky dari Harvard dan Dominic W Hall, kurator Museum Anatomi Warren di Harvard, juga mencari arsip jaringan ini yang mungkin mengandung jaringan paru-paru dari era tersebut.
(mdk/pan)