Pendaki Gunung Everest bersitegang soal kondisi Hillary Step
Tebing Hillary Step dikabarkan runtuh karena gempa dua tahun silam. Namun hal itu dibantah.
Kondisi jalur pendakian dekat puncak Gunung Everest dikabarkan mengalami perubahan. Kawasan bernama 'Pijakan Hillary' (Hillary Step) runtuh dan membikin pendakian menjadi semakin berbahaya.
Pendaki gunung asal Inggris, Tim Mosedale, mengaku melihat langsung kalau jalur Hillary Step sudah tidak ada. Diduga longsor terjadi karena gempa bumi terjadi dua tahun lalu.
Tim mengaku mendapat kabar Hillary Step sudah raib sejak tahun lalu. Namun, dia mengaku tidak yakin karena area itu tertutup salju.
"Tahun ini saya kembali ke sana (Everest) dan saya lihat bebatuan Hillary Step sudah tidak ada," kata Tim seperti dilansir dari laman The Guardian, Rabu (24/5).
Hillary Step adalah tebing batu setinggi 12 meter di Gunung Everest. Letaknya ada di tenggara bubungan gunung menuju puncak. Namanya diambil setelah pendaki asal Selandia Baru, Sir Edmund Hillary, sebagai orang pertama berhasil mencapai puncak Everest bersama sherpa Tenzing Norgay pada 1953. Dia harus merayap perlahan dan nyaris vertikal melewati jalur berbahaya itu sebelum tiba di puncak Sagarmatha.
Laporan tentang rusaknya Hillary Step muncul tahun lalu setelah beberapa foto diperlihatkan oleh Yayasan Amerika Himalaya. Namun, saat itu tidak bisa dipastikan karena tertutup salju.
Mosedale yang mencapai puncak ke enam kalinya pada 16 Mei lalu, mengunggah foto tentang kondisi Hillary Step ketika sampai di pos utama pendakian Everest. Kemudian, fotonya dibandingkan dengan gambar diambil setahun sebelumnya memperlihatkan perubahan drastis. Dia mengaku terpukul melihat 'situs bersejarah' itu sudah rusak.
"Itu adalah kepingan sejarah pendakian yang kini hilang," kata Mosedale.
Hillary Step adalah rintangan terakhir sebelum mencapai puncak Everest. Dengan kondisi ini, bisa saja pendakian menjadi lebih mudah atau justru semakin berbahaya. Sebab, di musim pendakian, jalur itu menjadi titik kritis karena kerap terjadi penumpukan arus pendaki naik dan turun. Yang paling rentan justru ketika para pendaki menunggu terlampau lama giliran memanjat tebing itu di bawah udara dingin dan minim oksigen.
Pendapat bertentangan disampaikan oleh Asosiasi Pendakian Gunung Nepal. Menurut mereka, Hillary Step sama sekali tidak rusak.
"Hillary Step masih dalam posisi yang sama. Kecuali memang sekarang lebih banyak tertutup salju, sehingga bebatuannya tidak terlihat," kata Ang Tshering Sherpa.
Pendaki Nepal lainnya, Pasang Tenzing Sherpa, menyatakan dugaan itu kemungkinan akibat para pendaki membuat jalur baru ke puncak Everest dan membikin Hillary Step tidak terlihat.
"Tahun lalu saya memimpin tim untuk membuka jalur ke puncak. Karena sejak gempa tidak ada pendakian, tempat itu terlihat seperti lokasi baru dengan banyak salju. Saya memang tidak melihat tanda jalur lama. Sedangkan buat keamanan, saya sengaja menggeser jalurnya sedikit ke kanan," ujar Pasang.