Siapa Orang Pertama Sukses Mendaki Puncak Gunung Everest?
Penemuan sepatu kuno di Gletser Rongbuk kembali memicu diskusi mengenai keberhasilan George Mallory dan Andrew Irvine mencapai puncak Gunung Everest 1924.
Apakah George Mallory dan Andrew Irvine, pendaki asal Inggris, benar-benar berhasil mencapai puncak Gunung Everest pada tahun 1924? Pertanyaan ini telah menjadi salah satu misteri paling menarik dalam sejarah pendakian gunung selama hampir satu abad.
Meskipun Edmund Hillary dan Tenzing Norgay tercatat secara resmi sebagai orang pertama yang mencapai puncak tertinggi di dunia pada tahun 1953, penemuan terbaru oleh pembuat film dan pendaki AS, Jimmy Chin, kembali memicu spekulasi tentang pencapaian Mallory dan Irvine.
-
Siapa yang pertama kali menaklukkan puncak Everest? Pasangan petualang, Norgay seorang Sherpa Nepal-India dan Hillary seorang Selandia Baru, mencapai puncak Everest pada pukul 11:30 pada tanggal 29 Mei, menjadi orang pertama yang menginjakkan kaki di puncak gunung yang terkenal di dunia ini.
-
Siapa pendaki gunung yang tewas di Everest? Pada Juni 1924, sebuah tim ekspedisi melakukan pendakian Gunung Everest. Di tanggal 8 Juni, pendaki gunung asal Inggris bernama George L Mallory dan seorang mahasiswa teknik bernama Andrew 'Sandy' Irvine berangkat meninggalkan tim ekspedisi mereka untuk mecapai puncak. Sayangnya, mereka tidak pernah terlihat lagi dalam keadaan hidup.
-
Di mana letak Gunung Everest? Gunung Everest berdiri di perbatasan antara China dan Nepal, dan bagian utaranya berada di sisi China.
-
Kapan Asmujiono mencapai puncak Gunung Everest? Asmujiono berhasil mencapai Puncak Everest pada 26 April 1997, pukul 15.45 waktu Nepal.
-
Kenapa Everest dianggap gunung tertinggi di dunia? Kendati begitu, Gunung Everest akan selalu menjadi titik tertinggi di Bumi, dan itu berarti gunung tersebut akan selalu mendapat tempat dalam impian mereka yang ingin menaklukkan alam
-
Siapa yang mendaki di puncak tertinggi Eropa? Fuji terlihat keren saat menjelajahi puncak tertinggi di Eropa, yaitu pegunungan Alpen di Swiss.
Dilansir dari DW Indonesia pada Senin (21/10), Chin menemukan sepatu gunung tua di Gletser Rongbuk Tengah, yang diyakini milik Irvine, lengkap dengan sisa-sisa kaki dan kaus kaki yang berlabel A.C. Irvine.
Dalam wawancaranya dengan National Geographic, Chin menyatakan bahwa sepatu tersebut mungkin baru saja muncul dari gletser sebelum ia menemukannya.
"Saya pikir itu benar-benar mencair (dari gletser) seminggu sebelum kami menemukannya," ungkap Chin kepada majalah National Geographic.
Dengan penemuan ini, muncul pertanyaan apakah misteri yang menyelimuti Mallory dan Irvine selama 100 tahun akhirnya akan terpecahkan. Kisah Mallory dan Irvine bermula pada tahun 1924 ketika mereka bergabung dalam ekspedisi Inggris yang berambisi menjadi yang pertama mencapai puncak Everest.
Mereka melakukan pendakian melalui sisi utara di Tibet, karena saat itu Nepal masih tertutup untuk orang asing. Pada tanggal 6 Juni, Mallory dan Irvine memulai pendakian dari North Col, dan berhasil mencapai ketinggian sekitar 8.200 meter pada hari berikutnya.
Namun, setelah terlihat terakhir kali oleh rekan mereka, Noel Odell, pada tanggal 8 Juni, jejak mereka hilang tanpa ada bekas.
"Kita mungkin akan mulai besok pagi (pukul 8) jika cuaca cerah," tulis catatan tersebut.
Dengan demikian, misteri pencapaian mereka masih menyisakan banyak pertanyaan yang belum terjawab.
Kondisi ini Masih Menjadi Teka-teki
Meskipun pencarian terus dilakukan, badai dan hujan yang mendekat menghambat upaya tersebut. Edward Norton, yang memimpin ekspedisi, mengirimkan telegraf kepada surat kabar harian London, "The Times", yang menyatakan, "Mallory dan Irvine tewas dalam upaya terakhir."
Penemuan kapak es milik Irvine pada tahun 1933 dan laporan tentang penampakan mayat oleh ekspedisi lain semakin menambah misteri yang ada. Pada tahun 1999, jasad Mallory ditemukan oleh pendaki asal Amerika Serikat, Conrad Anker, di ketinggian 8.159 meter, menunjukkan bahwa ia mengalami cedera parah akibat jatuh.
Namun, Irvine dan kamera yang mungkin menyimpan bukti pendakian mereka masih belum ditemukan. Penemuan sepatu yang memiliki label A.C. Irvine memberikan harapan baru untuk mengungkap kebenaran di balik misteri ini.
Tes DNA dari keturunan Irvine diharapkan dapat memberikan kepastian lebih lanjut. Jochen Hemmleb, sejarawan dan pendaki asal Jerman, menyebut penemuan ini sebagai sesuatu yang sangat penting, tetapi ia juga menekankan bahwa masih banyak kemungkinan mengenai bagaimana jasad Irvine bisa berada di Gletser Rongbuk Tengah.
Sambil menunggu hasil tes dan penelitian lebih lanjut, penemuan ini menambah bab baru dalam kisah legendaris Mallory dan Irvine, serta mengingatkan kita bahwa Gunung Everest menyimpan banyak rahasia yang masih menunggu untuk diungkap.