Penelitian Ilmuwan Inggris Disebut Bisa Ramal Gunung Agung Bali Meletus
Salah satu yang terpenting adalah ditemukannya bukti geofisika, yang kemungkinan merupakan sistem pipa vulkanik yang saling terhubung antara Gunung Agung dengan Gunung Batur.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications dianggap bisa meramalkan letusan di masa depan dari Gunung Agung di Bali.
Salah satu yang terpenting adalah ditemukannya bukti geofisika, yang kemungkinan merupakan sistem pipa vulkanik yang saling terhubung antara Gunung Agung dengan Gunung Batur.
-
Kenapa Gunung Agung di Bali dikeramatkan? Gunung Agung merupakan gunung yang dikeramatkan warga Bali, karena ada banyak pantangan yang harus dipatuhi ketika akan mendaki.
-
Kapan Gunung Semeru erupsi? "Terjadi erupsi Gunung Semeru pada hari Senin, 6 Mei 2024 pukul 05.43 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 700 meter di atas puncak atau sekitar 4.376 mdpl," kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru Mukdas Sofian, Senin (6/5).
-
Dimana letak Gunung Agung, gunung tertinggi di Bali? Gunung Agung yang terletak di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem ini memiliki ketinggian 3.031 mdpl.
-
Di mana letak Gunung Semeru yang mengalami erupsi? Gunung Semeru yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dengan Malang, Jawa Timur mengalami erupsi dengan tinggi letusan teramati 600 meter di atas puncak atau 4.276 meter di atas permukaan laut (mdpl) pada Rabu.
-
Mengapa Gunung Agung menjadi gunung api tertinggi di Bali? Gunung Agung yang terletak di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem ini memiliki ketinggian 3.031 mdpl. Dengan ketinggian tersebut, Gunung Agung menjadi gunung tertinggi di Pulau Bali.
-
Kapan Gunung Tangkuban Perahu dikabarkan erupsi? Beredar sebuah video di media sosial Facebook yang mengandung narasi bahwa Gunung Tangkuban Perahu yang berada di Bandung, Jawa Barat, mengalami erupsi pada tanggal 11 Juni 2024 lalu.
Letusan Gunung Agung sebelumnya pada tahun 1963 menewaskan hampir 2.000 orang dan diikuti oleh letusan-letusan kecil di gunung berapi tetangganya, Gunung Batur.
Karena peristiwa masa lalu ini adalah salah satu letusan gunung berapi paling mematikan di Abad ke-20, maka upaya besar dikerahkan oleh komunitas ilmuwan untuk memantau dan memahami bangunnya kembali aktivitas Gunung Agung.
Dalam erupsi terbaru pada November 2017, dua bulan sebelum letusan, tiba-tiba terjadi peningkatan sejumlah gempa kecil di sekitar gunung berapi yang tidur selama 54 tahun itu. Peristiwa ini memicu evakuasi sekitar 100.000 orang.
Menggunakan citra satelit Sentinel-1
Tim ilmuwan dari Fakultas Ilmu Kebumian University of Bristol, yang dipimpin oleh Dr. Juliet Biggs, menggunakan citra satelit Sentinel-1 yang disediakan oleh Badan Antariksa Eropa (ESA) untuk memantau deformasi tanah di Gunung Agung.
"Dari pemantauan jarak jauh, kami dapat memetakan setiap gerakan tanah, yang mungkin merupakan indikator bahwa magma segar bergerak di bawah gunung berapi," ujar Biggs yang dikutip dari DW Indonesia, Rabu (20/2/2019).
Dalam studi terbaru, yang dilakukan dengan menggandeng Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Indonesia (CVGHM), tim ini mendeteksi kenaikan sekitar 8-10 cm di sisi utara gunung berapi selama periode aktivitas gempa bumi yang hebat.
Dr. Fabien Albino, dari Bristol School of Earth Sciences menambahkan: "Yang mengejutkan adalah kami memperhatikan bahwa baik aktivitas gempa dan sinyal deformasi tanah terletak lima kilometer dari puncak, yang berarti bahwa magma bergerak ke samping serta vertikal ke atas."
"Studi kami memberikan bukti geofisika pertama bahwa Gunung Agung dan Gunung Batur mungkin memiliki sistem pipa vulkanik yang terhubung," lanjutnya.
Tim peneliti menyebutkan: "Temuan ini memiliki implikasi penting bagi peramalan letusan dan bisa menjelaskan terjadinya letusan simultan seperti pada tahun 1963."
Studi tersebut didanai oleh Pusat Pengamatan dan Pemodelan Gempa Bumi, Gunung Berapi, dan Tektonik (COMET), sebuah pusat penelitian terkemuka dunia yang berfokus pada proses tektonik dan vulkanik dengan menggunakan teknik observasi Bumi.
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Gunung Agung Erupsi, Terlihat Semburan Api Pijar
Tersesat di Gunung Agung, WNA Asal Rusia Ditemukan Selamat
Gunung Agung Kembali Erupsi, Tinggi Kolom Abu Tertutup Kabut
Gunung Agung Erupsi, Warga Dilarang Mendekati Radius 4 Km dari Kawah
Selain Gunung Krakatau, 5 Gunung Ini Juga Aktif dan Bahaya
Gunung Agung Kembali Erupsi, Sinar Api Muncul di Puncak Kawah