Penelitian: Kemungkinan Infeksi Ulang Covid-19 untuk Orang yang Tidak Divaksinasi
Para peneliti dari Universitas Yale dan Universitas North Carolina di Amerika Serikat menemukan, perlindungan kuat terhadap Covid-19 setelah sembuh dari penyakit tersebut tidak bertahan lama.
Para peneliti dari Universitas Yale dan Universitas North Carolina di Amerika Serikat menemukan, perlindungan kuat terhadap Covid-19 setelah sembuh dari penyakit tersebut tidak bertahan lama. Penelitian ini juga menyebutkan, seseorang dapat terinfeksi kembali dalam tiga bulan atau kurang.
Para peneliti dan dokter telah secara aktif berusaha meneliti dan memahami sifat virus penyebab Covid-19 sejak awal pandemi, di mana banyak yang memikirkan berapa lama kekebalan yang diberikan oleh infeksi dapat bertahan.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Bagaimana Pilkada 2020 diselenggarakan di tengah pandemi? Pemilihan ini dilakukan di tengah situasi pandemi COVID-19, sehingga dilaksanakan dengan berbagai protokol kesehatan untuk meminimalkan risiko penularan.
-
Siapa yang dilibatkan dalam penanganan pandemi Covid-19 dalam disertasi Kombes Pol Dr. Yade Setiawan Ujung? Analisis ini menawarkan wawasan berharga tentang pentingnya kerjasama antar-sektor dan koordinasi yang efektif antara lembaga pemerintah dan non-pemerintah dalam menghadapi krisis kesehatan.
“Infeksi ulang secara beralasan dapat terjadi dalam tiga bulan atau kurang. Oleh karena itu, mereka yang secara alamiah terinfeksi seharusnya divaksinasi. Infeksi sebelumnya saja bisa memberikan perlindungan jangka panjang sangat kecil terhadap infeksi sesudahnya,” jelas ketua penulis laporan dan profesor biostatistik di Yale, Jeffrey Townsend, dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan universitas tersebut.
Para penulis penelitian yang berjudul “Ketahanan kekebalan terhadap infeksi ulang SARS-CoV-2: studi komparatif evolusinoer” itu menganalisis data infeksi ulang dan imunologis yang dikumpulan dari keluarga virus terdekat SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
Selain itu, para peneliti juga memasukkan data imunologis MERS dan SARS-CoV-1.
“Kita cenderung berpikir soal imunitas itu seperti menjadi kebal atau tidak kebal,” kata salah satu ketua penelitian, Alex Dornburg, yang juga seorang asisten profesor bioinformatika dan genom di Universitas North Carolina di Charlotte.
“Penelitian kami memperingatkan bahwa kami seharusnya lebih fokus pada risiko infeksi ulang seiring waktu,” lanjutnya, dilansir Al Arabiya, Kamis (7/10).
Sementara infeksi Covid-19 sesuatu yang umum, tim peneliti memperingatkan kejadian tersebut akan menjadi lebih umum ketika varian baru virus dan lebih menular muncul.
“Ketika varian-varian baru muncul, respons kekebalan sebelumnya menjadi kurang efektif dalam melawan virus. Mereka yang terinfeksi secara alamiah di awal pandemi kemungkinan besar terinfeksi lagi di masa yang akan datang.”
Penelitian ini juga menemukan risiko infeksi ulang yang terkait dengan virus corona sangat mirip dengan virus corona endemik.
“Seperti flu biasa, dari satu tahun ke tahun berikutnya Anda mungkin terinfeksi lagi dengan virus yang sama. Perbedaannya adalah, selama kemunculannya saat pandemi ini, Covid-19 telah membuktikan menjadi jauh lebih mematikan,” jelas Townsend.
“Karena kemampuan SARS-CoV-2 untuk berkembang dan menginfeksi ulang, ia juga, kemungkinan bertransisi dari pandemi menjadi penyakit endemik,” jelas Dornburg.
“Ciri khas dunia modern adalah evolusi ancaman baru terhadap kesehatan manusia. Biologi evolusioner — yang memberikan landasan teoretis untuk analisis ini — secara tradisional dianggap sebagai disiplin sejarah. Namun, temuan kami menggarisbawahi peran pentingnya dalam menginformasikan pengambilan keputusan, dan memberikan batu loncatan penting menuju pengetahuan yang kuat tentang prospek resistensi kita terhadap reinfeksi SARS-CoV-2,” jelas Townsend.
Baca juga:
Malaysia Beli 15.000 Paket Pil Antivirus Covid-19 dari Merck & Co
Pria Texas Divonis 15 Bulan Penjara karena Sebar Hoaks Soal Covid-19
Sydney Cabut Lockdown Pekan Depan setelah Vaksinasi Capai 70 Persen
WHO Kirim Perlengkapan Medis Covid-19 ke Korea Utara
Swedia, Denmark Hentikan Vaksinasi Moderna karena Muncul Efek Samping Radang Jantung
Arab Saudi Perbarui Syarat & Pedoman Kunjungan Bagi Warga Asing