Penyakit Kulit Merajalela di Gaza, Warga Palestina Hidup dengan Air Kotor, Serangga dan Sampah
Penyakit Kulit Merajalela di Gaza, Warga Palestina Hidup dengan Air Kotor, Serangga dan Sampah
Pejabat kesehatan di Gaza mengatakan penyebab kondisi itu adalah kondisi mengerikan di kamp-kamp tenda yang penuh sesak.
- Kenali Sejumlah Tanda Bahaya Adanya Masalah Penyakit Jantung di Usia Muda
- Sejumlah Penyakit yang Kerap Salah Dikira Sebagai Penyakit Jantung karena Miliki Gejala yang Mirip
- Seorang Gadis di Kupang Nekat Minum Obat Pembasmi Hama hingga Tewas Usai Dimarahi Ayahnya
- Pengungsi Gempa Bawean Mulai Terserang Penyakit
Penyakit Kulit Merajalela di Gaza, Warga Palestina Hidup dengan Air Kotor, Serangga dan Sampah
Anak-anak yang menderita dan orang tua yang khawatir terus berdatangan ke kantor dermatologi di Rumah Sakit Nasser di Gaza bagian tengah.
Seorang balita dengan pita rambut biru menangis tersedu-sedu saat ibunya memperlihatkan bagaimana bintik-bintik merah dan putih yang menutupi wajahnya telah menyebar ke leher dan dadanya.
Seorang perempuan lain mengangkat pakaian anak laki-lakinya untuk memperlihatkan ruam di punggung, pantat, paha, dan perutnya. Di pergelangan tangannya, ia memiliki luka menganga karena digaruk.
Seorang ayah mendudukkan putrinya di meja agar dokter dapat memeriksa lesi di betisnya.
Penyakit kulit merajalela di Gaza, kata pejabat kesehatan. Penyebabnya, kata mereka, adalah kondisi mengerikan di kamp-kamp tenda yang penuh sesak yang menampung ratusan ribu warga Palestina yang terusir dari rumah mereka, bersama dengan panasnya musim panas dan hancurnya sanitasi yang telah meninggalkan genangan limbah terbuka di tengah pengeboman dan serangan Israel selama 10 bulan di Gaza.
Menurut Badan Kesehatan Dunnia (WHO), dokter di Gaza berjuang mengatasi lebih dari 103.000 kasus kutu dan kudis serta 65.000 kasus ruam kulit.
Di Gaza yang berpenduduk sekitar 2,3 juta jiwa, lebih dari 1 juta kasus infeksi saluran pernapasan akut telah tercatat sejak perang dimulai, bersama dengan lebih dari setengah juta kasus diare akut dan lebih dari 100.000 kasus penyakit kuning, kata Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP).
Kebersihan tidak mungkin dilakukan di tenda-tenda reyot, yang pada dasarnya berupa rangka kayu yang digantungi selimut atau lembaran plastik, yang dijejalkan berdampingan di hamparan yang luas, kata warga Palestina.
“Tidak ada sampo, tidak ada sabun,” kata Munira al-Nahhal, yang tinggal di sebuah tenda di bukit pasir di luar kota selatan Khan Younis, seperti dilansir Associated Press, Rabu (31/7). “Airnya kotor. Semuanya pasir, serangga, dan sampah.”
Tenda keluarganya penuh dengan cucu-cucunya, yang banyak di antaranya menderita ruam. Seorang anak laki-laki kecil berdiri sambil menggaruk bercak-bercak merah di perutnya.
“Satu anak terkena penyakit ini, dan penyakit ini menyebar ke semua anak,” kata al-Nahhal.
Warga Palestina di kamp mengatakan air bersih hampir tidak mungkin didapatkan.
Sebagian memandikan anak-anak mereka dengan air garam dari Laut Tengah di dekatnya. Orang-orang harus mengenakan pakaian yang sama hari demi hari hingga mereka mampu mencucinya, lalu mereka segera mengenakannya lagi. Lalat ada di mana-mana. Anak-anak bermain di pasir yang dipenuhi sampah.
Lebih dari 1,8 juta dari 2,3 juta penduduk Gaza terusir dari rumah mereka, sering kali berpindah beberapa kali selama beberapa bulan terakhir untuk menjauh dari serangan darat atau pengeboman Israel.
Sebagian besar pengungsi kini berdesakan di area seluas 50 kilometer persegi yang dipenuhi bukit pasir dan ladang di pesisir pantai, hampir tanpa sistem pembuangan limbah dan sedikit air.
Menurut pejabat PBB, distribusi bantuan kemanusiaan, termasuk sabun, sampo, dan obat-obatan, telah melambat hingga hanya sedikit, karena operasi militer Israel dan pelanggaran hukum secara umum di Gaza membuat truk bantuan terlalu berbahaya untuk bergerak.
Nassim Basala, seorang dokter kulit di Rumah Sakit Nasser, mengatakan mereka menerima 300 hingga 500 orang setiap hari yang datang dengan penyakit kulit.
Setelah perintah evakuasi Israel terbaru, lebih banyak orang memadati ladang pertanian di luar Kota Khan Younis, tempat serangga merajalela di musim panas.
Kudis dan kutu sedang dalam proporsi epidemik, katanya, tetapi infeksi jamur, bakteri, dan virus lainnya serta parasit juga merajalela.
Dengan membanjirnya pasien, bahkan kasus yang sederhana pun bisa jadi berbahaya.