Puluhan Ribu Warga Myanmar Sembunyi di Hutan Setelah Kekerasan Terbaru Militer
PBB memperkirakan hampir 110.000 orang telantar di Negara Bagian Kayah karena kekerasan terbaru.
Beberapa kemah yang tersebar di hutan itu berisi puluhan orang, beberapa kemah lainnya berisi lebih dari seribu orang. Orang-orang yang telantar ini tidur berkerumun di bawah terpal plastik untuk melindungi mereka dari hujan pada saat musim monsoon.
Persediaan makanan terbatas dan muncul tanda penyebaran penyakit, menurut sejumlah orang yang melarikan diri dari pertempuran terbaru di Negara Bagian Kayah, Myanmar. Pertempuran ini hanya satu dari beberapa konflik yang pecah sejak militer menggulingkan kekuasaan dalam kudeta 1 Februari, melengserkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.
-
Kapan HUT Kodam Jaya diperingati? Setiap tanggal 24 Desember diperingati HUT Kodam Jaya.
-
Kapan Kodak bangkrut? Ya, perusahaan yang memiliki slogan “You press the button, we do the rest” itu pada tahun 2012 lalu dinyatakan bangkrut.
-
Kenapa Kue Tapel mirip Kue Leker? Cita rasa gurih, harum dan sedikit manis berpadu jadi satu di tiap porsinya. Belum lagi teksturnya cukup unik, yakni renyah di luar dan lembut di dalam, membuat Kue Tapel mirip kue leker.
-
Kapan R.A.A Kusumadiningrat memimpin? Sebelumnya, R.A.A Kusumadiningrat sempat memerintah pada 1839-1886, dan memiliki jasa besar karena mampu membangun peradaban Galuh yang cukup luas.
-
Kapan Rafathar potong rambut? 3 Namun, ternyata Raffi dan Nagita ingin anak mereka tampil berbeda menjelang Hari Raya Idul Fitri yang tidak lama lagi.
-
Kapan Raden Rakha lahir? Raden Rakha memiliki nama lengkap Raden Rakha Daniswara Putra Permana. Ia lahir pada 16 Februari 2007 dan kini baru berusia 16 tahun.
“Beberapa anak mengalami diare. Sulit mendapatkan air bersih di sini. Beberapa orang tidak mendapat kesempatan untuk membawa nasi atau makanan,” jelas Foung (26), yang hanya memberi nama panggilan karena takut akan keselamatannya.
“Kami berdoa,” ujarnya, membagikan gambar terpal tersampir di antara batu-batu besar di bawah pohon tempat dia sekarang tidur, dikutip dari Reuters, Jumat (18/6).
PBB memperkirakan hampir 110.000 orang telantar di Negara Bagian Kayah karena kekerasan terbaru.
Dengan pertempuran baru di wilayah utara dan barat Myanmar, totalnya hampir 200.000 orang melarikan diri dari rumahnya sejak kudeta, sejauh ini merupakan pergerakan massal terbesar sejak eksodus 700.000 warga Muslim Rohingnya pada 2017 saat operasi militer di negara bagian Rakhine.
Reuters tidak bisa menghubungi junta untuk dimintai komentar terkait hal ini.
Militer melabeli lawannya sebagai teroris, termasuk Pasukan Pertahanan Rakyat seperti Pasukan Pertahanan Nasional Karenni yang telah bertempur di wilayah itu sejak bulan lalu, yang awalnya memicu kematian di pihak tentara.
Walaupun kelompok ini menyampaikan pihaknya akan menghentikan serangan pada Selasa setelah permintaan dari masyarakat, banyak dari mereka yang mengungsi di hutan takut kembali ke rumah mereka.
“Beberapa orang dari desa-desa terpencil pulang ke rumah mengambil beras dan barang-barang selama periode gencatan senjata, tapi banyak yang tidak berani menetap,” kata John Canaydy, dari sebuah desa dekat daerah Demoso, pusat banyak pertempuran.
Canaydy berada dalam daftar perburuan junta karena terlibat dalam unjuk rasa anti militer.
“Tinggal di kamp lebih aman daripada di rumah kami sendiri,” lanjutnya.
Dalam sebuah buletin yang terbit pada Selasa, Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan menyampaikan upaya bantuan oleh kelompok nasional dan internasional untuk melengkapi pekerjaan masyarakat lokal belum cukup untuk memenuhi semua kebutuhan.
"Upaya menemui tantangan akses karena ketidakamanan dan hambatan," katanya.
Beberapa pengungsi berusaha menyelinap ke daerah dan desa-desa terpencil pada malam hari berusaha untuk mendapatkan makanan dan membawanya kembali ke hutan.
Sedikitnya tiga relawan dibunuh pasukan junta ketika mereka berusaha membawa bantuan. Hal ini disampaikan Direktur Kelompok HAM Karenni, Banya Khung Aung.
“Sepertiga populasi sekarang berada di hutan,” ujarnya.
“Pengabaian bisa menghilangkan banyak nyawa.”
(mdk/pan)