Sederet Ancaman Mengerikan Terhadap Perempuan Uighur yang Bocorkan Dokumen China
Asiyah Abdulahab, 46 tahun, warga Belanda, berbicara secara terbuka dalam wawancara pertamanya dengan harian De Volkskrant, dan kemudian dia juga diwawancara oleh the New York Times.
Seorang perempuan Uighur Belanda mengaku dirinya terlibat dalam pembocoran dokumen mengejutkan tentang kamp penahanan warga Uighur di Xinjiang atau yang disebut dokumen Kabel China.
Sebanyak 24 halaman dokumen internal Partai Komunis China bocor hingga ke tangan Konsorsium Internasional Jurnalis Investigasi (ICIJ).
-
Mengapa warga Uighur merasa diperlakukan tidak adil di China? Abdul mengatakan, saat ini terdapat ratusan tempat pengungsian konsentrasi yang mengelilingi pemukiman warga Uighur. Kamp konsentrasi ini diperkenalkan kepada dunia internasional sebagai pusat pendidikan. Namun kenyataannya kamp konsentrasi tersebut ditujukan untuk menghapuskan identitas agama dan bangsa Uighur serta membuat mereka lupa seorang muslim."Penerintah komunis China mengkriminalisasi praktek Islam yang normal," kata Abdul.
-
Apa yang terjadi pada warga Uighur di China yang membuat mereka terpisah dari keluarga? Abdul mengaku mendapat telepon dari kerabat di Shanghai pada September 2017. Menurut Abdul, kerabatnya itu mengabarkan bahwa adiknya diambil dari kamp konsentrasi warga Uighur di China. "Dan kemudian mereka tidak tahu tentang orang tuaku. Itu terakhir kali aku mendengar kabar dari mereka," ujar Abdul ketika menjadi narasumber pada agenda konferensi pers dan dialog publik bertemakan 'Plight of Uyghur and Current Updates' diselenggarakan oleh OIC Youth Indonesia di Marrakesh Inn Hotel, Jakarta Pusat, Selasa (19/12).
-
Siapa yang menganggap pelanggaran HAM di China terhadap warga Uighur sebagai tindakan pelanggaran HAM? Presiden Organization of Islamic Conference (OIC) Youth Indonesia, Astrid Nadya Rizqita menilai banyak dugaan pelanggaran HAM dalam persoalan warga Uighur."Kalau merujuk pada HAM, kebebasan beragama, itu banyak sekali hal-hal yang melanggar HAM," kata Astrid saat menyampaikan pidato pembukaan di konferensi pers dan dialog publik bertemakan 'Plight of Uyghur and Current Updates' di Marrakesh Inn Hotel, Jakarta Pusat, Selasa (19/12).
-
Bagaimana cara Indonesia bisa membantu warga Uighur di China? Menurutnya, Indonesia sebagai negara yang menganut prinsip non-intervensi juga bukan berarti hanya bisa diam, tetapi dapat menerapkan mekanisme dialog ataupun diplomasi untuk ikut bersuara dalam permasalahan dunia. "Ini bukan berarti kita diam atau memalingkan kepala. Namun, bukan berarti indonesia juga langsung lantas berangkat ke sana, tapi kita dapat menggunakan mekanisme dialog dan diskusi," ujar Astrid.
-
Apa yang ditemukan di China selatan? Sebuah fosil buaya yang telah punah ditemukan dengan kondisi terpenggal di China selatan.
-
Apa yang menjadi ciri khas dari Masjid Agung Al Munada Darussalam Baiturrahman di Tebet? Bangunan menyerupai perahu inilah yang kemudian menjadi ikon dari masjid tersebut. Tak sedikit juga jemaah yang mengabadikan gambar di sekitar area perahu.
Asiyah Abdulahab, 46 tahun, warga Belanda, berbicara secara terbuka dalam wawancara pertamanya dengan harian De Volkskrant, dan kemudian dia juga diwawancara oleh the New York Times.
Menurut kedua koran itu, Asiyah menerima dokumen itu secara elektronik Juni lalu dan dia mengunggah potongan gambar halaman dokumen itu di Twitter kemudian. Pengaman Xinjiang, Adrian Zenz, dan sejumlah ahli lain kemudian menghubunginya dan mempertemukannya dengan seorang jurnalis.
Namun Asiyah menolak mengatakan bagaimana dia bisa mendapat bocoran dokumen itu, kata De Volkskrant dan the Times. Semua dokumen itu memuat stempel dan kop surat dari berbagai otoritas China.
Dikutip dari laman Business Insider, pekan lalu, ICIJ juga menolak mengatakan apakah benara Asiyah adalah narasumber mereka dalam laporannya. Awal November lalu ICIJ mengatakan mereka mendapatkan bocoran dokumen itu lewat jaringan eksil Uighur.
Asiyah mengatakan dia dan keluarganya kemudian menerima berbagai macam ancaman di dunia daring dan kehidupan nyata sejak Juni itu. Tak lama setelah dia mengunggah kicauannya di Twitter. Dia punya mantan suami--sesama eksil Uighur dan sudah menjadi warga negara Belanda--serta dua anak di Negeri Kincir Angin itu.
Ancaman Terhadap Asiyah
Berikut sejumlah ancaman yang dilayangkan kepada Asiyah dan keluarganya menurut De Volkskrant dan the Times.
-Sejumlah akun media sosialnya dan surel Hotmail diretas
-Dia menerima pesan berbahasa Uighur di Facebook Messenger yang mengatakan: Jika Anda tidak berhenti, Anda akan berakhir dengan serpihan di tong sampah di depan pintu depan rumahmu."
-Di awal September, seorang teman lama dari mantan suaminya, Jasur Abibula, menghubungi dia dan tiba-tiba mengajaknya berlibur gratis ke Dubai. Abibula diperkenalkan oleh temannya dan beberapa pejabat keamanan China etnis Han. Han adalah etnis dominan di China.
-Pejabat China itu kemudian mengatakan kepada Abibula soal dokumen, menginterogasinya tentang mantan istrinya dan memberinya sebuah USB untuk dipasang di komputer jinjingnya, dengan kata lain dia akan direkrut sebagai mata-mata. Mereka juga memperlihatkan kepada Abibula video ibunya di Xinjiang, yang artinya mereka punya akses kepada keluarganya di China.
Eksil Uighur Lain Juga Menerima Ancaman Serupa
Asiyah berani membuka diri ke publik untuk melindungi keluarganya, kata the Times dan De Volkskrant.
"Saya bisa menghadapi tekanan ancaman, tapi saya takut terjadi sesuatu terhadap anak dan ayah mereka," kata dia kepada De Volkskrant.
Harian the New York Times mengatakan mereka tidak bisa mengecek kebenaran ancaman yang disampaikan Asiyah namun ancaman serupa juga banyak dialami diaspora Uighur lainnya, seperti panggilan telepon misterius dan komentar sinis dari orang tak dikenal berbahasa China di Facebook dan kehidupan nyata.
Para eksil Uighur juga mengatakan kepada Business Insider, keluarga mereka di Xinjiang menghilang hanya beberapa hari setelah mereka melaporkan catatan pelanggaran hak asasi manusia oleh China.
(mdk/pan)