Tanggung Malu Seumur Hidup, Pejabat Intelijen Israel Mundur Setelah Akui Gagal Cegah Serangan Hamas 7 Oktober
Operasi Badai Al-Aqsa yang dipimpin sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam membuat murka Israel.
Serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 diakui sebagai kegagalan besar oleh seorang pejabat intelijen militer Israel. Operasi Badai Al-Aqsa yang dilancarkan Hamas itu juga harus dibayar dengan harga yang sangat mahal oleh Israel. Kegagalan itu disebut sebagai hal yang sangat memalukan.
Dalam upacara pisah sambut kepala unit intelijen militer Israel Aman, mantan kepala Aman, Aharon Haliva mengaku bertanggung jawab atas kegagalan Israel pada 7 Oktober, dikutip dari Al Mayadeen, Kamis (22/8).
- Militer Israel Akui Bunuh Tiga Tentara Mereka yang Ditawan di Gaza
- Militer Israel Akui Tentaranya Bunuh Dua Warga Mereka yang Ditawan Hamas di Gaza
- Intelijen AS Ungkap Kemampuan Militer Hamas Masih Utuh Meski Sudah 8 Bulan Berperang Lawan Israel
- Terungkap, Rekaman Video & Kesaksian Tentara Israel Tembaki Warganya Sendiri pada 7 Oktober
Haliva mengatakan dia akan menanggung malu sepanjang hidupnya karena kegagalan 7 Oktober. Dia juga mengaku gagal dalam memenuhi tugasnya memberikan peringatan serangan kepada warganya.
Haliva mengatakan bertanggung jawab penuh atas kegagalan Aman selama Operasi Badai Al-Aqsa, menekankan bahwa pengunduran dirinya bagian dari pertanggungjawaban atas kegagalan tersebut.
Dia menyerukan pembentukan komite penyelidikan resmi untuk mengungkap alasan kegagalan mencegah serangan Hamas, kegagalan badan militer dan intelijen dalam memprediksi dan menanggapi serangan tersebut, dan untuk memastikan hal tersebut tidak terulang lagi.
Israeli Radio Army melaporkan, Aharon Haliva akan resmi berhenti bertugas pada Rabu depan, empat bulan setelah mengumumkan pengunduran dirinya. Dia adalah salah satu tokoh militer Israel pertama yang mundur dari posisinya setelah serangan Badai Al-Aqsa. Dia akan digantikana oleh Jenderal Shlomi Bender.
Kegagalan Besar
Dalam pisah sambut tersebut, kepala Aman yang baru, Shlomi Bender mengatakan "kegagalan besar dan harga mahal yang kami bayar" selama Operasi Badai Al-Aqsa pada tanggal 7 Oktober, "akan tetap terpatri di sanubariku selamanya."
Bender menyatakan, pasukan penjajah Israel berada dalam “perang yang panjang dan keras,” yang ia perkirakan akan meluas. Dia menyerukan upaya berkelanjutan dan meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi eskalasi konflik, khususnya di wilayah utara Palestina yang diduduki.
Bender juga kembali menyerukan upaya berlanjut untuk mengamankan pembebasan 109 warga Israel yang ditawan Hamas di Gaza, menyebutnya sebagai "misi nasional mendesak."
Jenderal Shlomi Bender sebelumnya menjabat sebagai kepala Divisi Operasi. Penunjukan Bender sebagai kepala Aman yang baru pada 2 Mei 2024 menuai kontroversi di kalangan media Israel dan para pejabat. Keputusan ini diambil walaupun muncul banyak seruan agar Bender diselidiki atas kegagalan Israel mencegah Operasi Badai Al-Aqsa.
Bender memerintahkan penarikan pasukannya dari perimeter atau tembok perbatasan Gaza dan memindahkan mereka ke Tepi Barat, hanya beberapa jam sebelum serangan Hamas. Menurut media Israel, ini mengindikasikan tidak adanya informasi intelijen di internal pasukan Israel khususnya terkait persiapan serangan oleh sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam.