Temuan Tinja di Situs Stonehange Ungkap Makanan yang Dikonsumsi Manusia Purba
Fosil tinja ditemukan di dekat desa prasejarah Stonehange dan temuan ini mengungkap makanan yang dikonsumsi penduduk setempat saat itu, penduduk yang juga kemungkinan besar membangun Stonehenge.
Fosil tinja ditemukan di dekat desa prasejarah Stonehange dan temuan ini mengungkap makanan yang dikonsumsi penduduk setempat saat itu, penduduk yang juga kemungkinan besar membangun Stonehenge.
Tinja yang ditemukan tersebut mengandung organ dalam hewan ternak.
-
Mengapa batu di Stonehenge Garut disebut mirip dengan Stonehenge di Inggris? Banyak yang mengklaim bahwa bentuknya mirip Stonehenge yang ada di Inggris.
-
Bagaimana formasi batu di Stonehenge Garut disusun? Dilihat dari batu yang berada di paling depan, ukurannya paling kecil. Lalu semakin ke belakang ukurannya akan semakin besar dan tinggi dengan bentuk yang serupa (persegi memanjang ke atas).
-
Di mana lokasi Stonehenge Garut berada? Sebuah bukit di Desa Cipangramatan, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat, mencuri perhatian. Di bagian atasnya terdapat deretan batu memanjang ke atas yang tersusun rapi.
-
Apa yang menjadi daya tarik utama dari Stonehenge Garut? Barisan Batu Raksasa di Atas Bukit Cipangramatan Garut Ini Diklaim Mirip Stonehenge Inggris, Ini Potretnya Batu ini mencuri perhatian karena bentuknya mirip Stonehenge yang ada di Inggris Sebuah bukit di Desa Cipangramatan, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat, mencuri perhatian. Di bagian atasnya terdapat deretan batu memanjang ke atas yang tersusun rapi. Banyak yang mengklaim bahwa bentuknya mirip Stonehenge yang ada di Inggris.
-
Bagaimana temuan arkeolog di lokasi penggalian dibandingkan dengan Stonehenge? Haines mengatakan penemuan ini “lebih menarik dibandingkan hal-hal seperti Stonehenge—ini menunjukkan bagaimana orang-orang memanfaatkan lanskap mereka dari waktu ke waktu. Hal ini menunjukkan Essex memiliki “lanskap yang terus berubah”.
-
Siapa yang menemukan struktur batu mirip Stonehenge di Danau Michigan? Struktur kuno ini ditemukan Dr. Mark Holley, profesor arkeologi bawah air terkemuka di Universitas Northwestern Michigan.
Dikutip dari CNN, Senin (23/5), beberapa biji fosil tinja yang disebut kaprolit oleh para ilmuwan, digali dari sebuah timbunan sampah di permukiman yang dikenal dengan Durrington Walls, hanya 2,8 kilometer dari Stonehenge. Desa tersebut berasal dari sekitar 2.500 tahun Sebelum Masehi, ketika banyak monumen megah di Inggris barat daya dibangun.
Lima biji tinja; satu tinja manusia dan empat biji tinja anjing, ditemukan mengandung telur ular parasit. Tinja manusia dan tiga biji tinja anjing mengandung telur cacing kapiler, dikenali melalui bentuknya yang seperti lemon. Menurut penelitian baru terkait fosil, ulat jenis ini mengindikasikan orang tersebut memakan paru atau hati mentah atau yang tidak dimasak dengan matang sempurna, yang menyebabkan telur parasit masuk ke sistem pencernaan.
Para peneliti menulis, ulat kapiler yang menginfeksi sapi dan domba serta hewan pemamah biak lainnya menunjukkan bahwa mengonsumsi daging hewan ternak adalah sumber parasit yang paling memungkinkan. Sedangkan anjing tersebut kemungkinan diberi makanan sisa.
Namun demikian, tulang yang juga ditemukan dalam tumpukan sampah itu menunjukkan sapi dan domba bukan hewan yang paling umum dikonsumsi. Sebanyak 90 persen dari 38.000 tulang yang digali adalah tulang babi dan 10 persen tulang sapi maupun domba.
Satu biji tinja anjing berisi telur cacing pita ikan, mengindikasikan anjing itu terinfeksi karena memakan ikan air tawar mentah. Namun demikian, tidak ada bukti lain terkait konsumsim ikan, seperti tulang ikan yang ditemukan di lokasi temuan. Bukti yang kurang ini mungkin karena lokasi itu tidak digunakan sepanjang tahun, dan ikan dengan cacing pita dikonsumsi di permukiman berbeda.
"Durrington Wall ditempati secara musiman, utamanya saat periode musim dingin. Anjing itu kemungkinan datang ke sana telah terinfeksi dengan parasit," jelas salah satu peneliti, Dr Piers Mitchell, dari Laboratorium Parasit Purba Departemen Arkeologi Universitas Cambridge, dalam rilisnya.
"Penelitian isotopik tilang sapi di situs itu menunjukkan mereka datang dari daerah di seluruh Inggris selatan, yang mungkin juga berlaku untuk orang-orang yang tinggal dan bekerja di sana," jelasnya.
Penelitian ini diterbitkan di jurnal Parasitology pada Kamis pekan lalu.
Stonehenge dibuat dari dua jenis batu: batu sarsen yang lebih besar dan monolit batu biru yang lebih kecil dari Wales, yang didirikan lebih dulu. Para ahli arkeologi meyakini Durrington Walls dihuni orang yang mendirikan tahap kedua monumen, ketika trilithon (dua batu vertikal di atasnya dengan batu horizontal ketiga) didirikan.
Desa itu juga disebut tempat menggelar banyak pesta yang dibuktikan dengan fragmen tembirak dan sejumlah besar tulang hewan yang ditemukan. Namun, hanya ada sedikit bukti yang menunjukkan orang hidup atau makan di Stonehange.
"Bukti baru ini menyampaikan pada kita sesuatu yang baru tentang orang yang datang ke sini untuk pesta musim dingin selama pembangunan Stonehenge," jelas salah satu peneliti, Mike Parker Pearson, profesor di Institut Arkeologi Universitas College London dan ketua proyek penelitian The Stones of Stonehenge.
"Daging babi dan daging sapi dipanggang atau direbus dalam kuali tanah liat tapi sepertinya jeroan tidak selalu dimasak dengan baik."
(mdk/pan)