Terungkap, Israel Rayu Mesir Agar Terima Pengungsi Gaza dengan Imbalan Ini
Terungkap, Israel Rayu Mesir Agar Terima Pengungsi Gaza dengan Imbalan Ini
Israel merayu pemerintah Mesir yang mengalami kesulitan keuangan agar membuka pintunya bagi warga Palestina di Gaza, kata situs Ynet Israel.
- Warga Gaza Dihujani Selebaran Berisi Ayat Alquran dari Pesawat Israel
- Israel Kembali Bom Gaza Hanya Beberapa Menit Setelah Gencatan Senjata Berakhir, Sejumlah Warga Palestina Terbunuh
- Cerita Tukang Gali Kubur di Gaza, Tak Bisa Tidur karena Dihantui Korban Tewas Serangan Israel
- "Israel Akan Membunuh Kami, Entah Kami Melawan atau Tidak"
Terungkap, Israel Rayu Mesir Agar Terima Pengungsi Gaza dengan Imbalan Ini
Laporan dari portal berita Israel Ynet menyebutkan pemerintah Netanyahu menawarkan sejumlah proposal untuk membujuk Mesir agar membuka pintunya bagi dua juta pengungsi Palestina di Gaza.
Israel saat ini tengah mencoba memulihkan situasi di Gaza dengan mengusulkan rencana yang melibatkan penghapusan sebagian utang internasional Mesir melalui Bank Dunia. Aksi ini dilakukan demi merayu pemerintah Mesir yang mengalami kesulitan keuangan agar membuka pintunya bagi warga Palestina di Gaza, kata situs Ynet Israel.
Saat ini, Mesir sedang terperosok dalam krisis utang, menempatkannya di peringkat kedua setelah Ukraina dalam daftar negara yang paling mungkin gagal membayar utang internasional.
Negara Mesir harus mengalokasikan setengah pendapatannya untuk membayar bunga utang, sambil mengandalkan pinjaman dari IMF dan negara-negara kaya di Teluk. Situasi ini membatasi kemampuannya untuk menentang kebijakan luar negeri AS.
Sementara upaya ini mendapatkan perhatian, belum jelas sejauh mana Israel memiliki pengaruh di Bank Dunia untuk menghapuskan utang internasional Mesir. Penghapusan utang serupa telah digunakan sebelumnya oleh Amerika Serikat untuk membawa Mesir agar mau sejalan dengan kebijakan luar negerinya.
Pada 1991, AS dan sekutunya menghapuskan setengah dari utang Mesir sebagai imbalan atas peran Mesir dalam koalisi anti-Irak selama Perang Teluk Kedua.
Selain itu, pemerintah Mesir berulang kali menolak gagasan untuk menerima warga Palestina ke Mesir saat Israel melakukan operasi militernya melawan Hamas di Gaza.
Laporan Ynet ini menyusul berita dari Financial Times yang mengklaim Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melobi pemimpin Uni Eropa untuk mendesak Mesir menerima pengungsi dari Gaza.
Surat kabar Inggris itu mengatakan anggota Uni Eropa, termasuk Republik Ceko dan Austria, mengusulkan ide tersebut dalam pertemuan negara-negara anggota pekan lalu, meskipun sejumlah negara Eropa, termasuk Inggris, Jerman, dan Prancis, secara terpisah mengatakan gagasan itu tidak layak karena Mesir telah menolak secara tegas untuk menerima pengungsi Palestina.
Seorang diplomat yang tidak disebutkan namanya dari negara yang juga tidak disebut namanya, mengatakan kepada Financial Times, tekanan serangan Israel yang terus-menerus ke Gaza bisa mengubah sikap Kairo.
"Sekarang waktunya untuk meningkatkan tekanan pada Mesir untuk menyetujui," kata pejabat itu.
Terlepas dari seruan Netanyahu, para pemimpin akhirnya sepakat peran Mesir harus mencakup pengiriman bantuan kemanusiaan, karena penyeberangan Rafah ke wilayah Sinai saat ini adalah satu-satunya rute bantuan untuk memasuki Jalur Gaza yang diblokade, tetapi Mesir tidak berkewajiban untuk menerima masuknya pengungsi.
Sumber: Middle East Eye
Kesepakatan ini muncul tak lama setelah dokumen Kementerian Intelijen Israel bocor ke situs berita Israel, Catalist, yang merinci rencana pemindahan paksa warga Palestina dari Gaza ke Semenanjung Sinai.
Meskipun ada desakan, Presiden Mesir Fatah al-Sisi mengatakan negaranya menolak "setiap upaya untuk menyelesaikan masalah Palestina dengan cara militer atau dengan pemindahan paksa warga Palestina dari tanah mereka, yang akan merugikan negara-negara di wilayah itu."
Sumber: Middle East Eye
Kenangan Nakba pada 1948, di mana milisi Zionis dengan paksa mengusir lebih dari 700.000 warga Palestina dari tanah mereka dan melarang mereka beserta keturunannya untuk kembali, membuat banyak negara Arab khawatir setiap pemindahan warga Gaza akan bersifat permanen.
Sejak serangan Israel di Gaza dimulai pada tanggal 7 Oktober, satu juta warga Palestina mengungsi di dalam wilayah tersebut, dengan lebih dari 30.000 warga Palestina tewas, hilang, atau terluka.