Usir Warga dari Rumahnya di Gaza, Tentara Israel Paksa Satu Keluarga Tinggalkan Seorang Nenek Berusia 96 Tahun
Nasib nenek yang menderita Alzheimer ini tidak diketahui setelah ditinggal sendiri di rumahnya.
Nasib nenek yang menderita Alzheimer ini tidak diketahui setelah ditinggal sendiri di rumahnya.
- Utusan WHO Bawa Kabar Sedih dari Gaza, Semua karena Kebiadaban Israel
- Seorang Ayah di Gaza Terus Memeluk Anaknya saat Tidur, Alasannya Amat Memilukan 'Jika Israel Membom Kami Mati Bersama'
- Bukti Teguhnya Iman Warga Palestina, Seorang Ayah Tetap Memuji Tuhan saat Pangku Jenazah Bayinya yang Tewas Dibunuh Israel
- Tentara Israel Mengaku Jika Merasa Bosan Mereka Tembaki Warga Palestina di Gaza Sesuka Hati, Biarkan Mayat-Mayat Berserakan di Jalan
Usir Warga dari Rumahnya di Gaza, Tentara Israel Paksa Satu Keluarga Tinggalkan Seorang Nenek Berusia 96 Tahun
Nasib seorang nenek berusia 96 tahun di Gaza belum diketahui setelah tentara Israel menyerbu rumahnya dan mengusir keluarga nenek tersebut. Tentara Israel memaksa keluarga meninggalkan sang nenek sendiri di rumah tersebut.
Nenek bernama Naifa Rizq al-Sawada itu menderita Alzheimer dan tidak bisa jalan maupun bicara. Dia sedang berada di rumahnya di sekitar Kompleks Medis al-Shifa di sebelah barat Kota Gaza pada 21 Maret ketika militer Israel menyerbu daerah tersebut pada tengah malam dan mengusir paksa penduduknya dengan todongan senjata.
Keluarga takut nenek tersebut dibiarkan di dalam rumah sebelum dibom atau dimanfaatkan sebagai perisai manusia oleh tentara penjajah Israel di dalam Rumah Sakit Al-Shifa.
"Kami semua tinggal di satu bangunan terdiri dari apartemen yang berbeda, dan ibu saya punya apartemen sendiri. Tapi selama (perang), kakak saya dan istrinya, dan anak-anaknya tinggal di apartemen ibu saya bersamanya," kata putri Naifa Rizq al-Sawada, Maha Al-Nawati kepada Middle East Eye, dikutip Minggu (31/3).
"Mereka biasanya membawa ibu bersama mereka setiap mereka harus evakuasi. Ketika pasukan Israel menyerang area Al-Shifa, kakak saya dan keluarganya mau membawa ibu dan pindah ke rumah kakak perempuan saya di lingkungan Tuffah (Gaza timur)' dan ketika mereka menyerang lingkungan Tuffah, mereka semua pindah bersama kakak perempuan saya ke daerah Al-Shifa."
"Tapi penyerangan ini terjadi sekitar jam 2 pagi, mereka tidak bisa evakuasi atau pindah ke mana pun."
Nawati yang kini mengungsi di Mesir mengatakan kakaknya dan istrinya mengatakan mereka dipaksa meninggalkan ibu mereka saat mereka diusir penjajah Israel ke Gaza selatan dan timur.
"Bangunan itu penuh dengan pengungsi. Tentara menyerbunya dan memisahkan laki-laki dan perempuan. Mereka membawa para pria dan mengeluarkan mereka dari bangunan, lalu meminta para perempuan evakuasi ke selatan," jelas Nawati.
Tentara Israel mencari anggota pria di keluarga tersebut dan memerintahkan mereka evakuasi ke wilayah timur Kota Gaza.
"Istri kakak saya mengatakan ke seorang tentara Israel, 'Ini ibu saya, saya akan membawanya bersama saya.' Tentara itu bilang ke dia, 'Tidak, pergi sekarang dan kami akan menjaganya," cerita Nawati.
"Semuanya lalu pergi dan ibu saya tinggal di sana. Kami tidak tahu apa yang terjadi kemudian."
Salah satu cucu Naifa Rizq al-Sawada mengatakan kepada Middle East Eye, tentara Israel mengatakan kepada keluarganya, neneknya dibawa ke RS Al-Shifa, tapi "tak ada bukti dia dibawa ke sana, karena dia masih di rumah ketika semua keluarga keluar."
"Kami tak berdaya, kami tidak bisa melakukan apapun untuknya. Rasa sakit ini sangat membebani hati kami. Kami hanya ingin tahu apakah tentara memang membawanya, atau apakah dia ditinggal sendiri di rumah. Kami ingin tahu apapun tentang dia," kata Nawati.
"Ibu saya tidak bisa gerak, makan, atau minum sendiri," lanjut Nawati.
"Saya tidak tahu apa yang tentara inginkan dari dia? Dia seorang lansia yang tidak bisa melakukan apapun, mengapa mereka mau membawanya? Mengapa mereka tidak membiarkan dia pergi bersama putranya dan menantunya evakuasi ke selatan?"
Sejak kembali menyerang Kompleks Medis Al-Shifa pada Kamis, tentara penjajah Israel menyerbu lingkungan dan apartemen di sekitar rumah sakit dan mengusir penghuninya sebelum mengebom atau membakar rumah di kawasan tersebut. Ini adalah serangan kedua di Al-Shifa, sebelumnya kompleks itu diserang selama 10 hari sejak 14 November 2023.
Menurut laporan media Israel, Haaretz, pasukan Israel di Jalur Gaza diperintahkan membakar rumah-rumah warga Palestina tanpa persetujuan legal.