Utang Israel Membengkak, Tembus Rp695 Triliun Akibat Agresi di Gaza
Jumlah utang ini naik dua kali lipat dari tahun 2022.
Jumlah utang ini naik dua kali lipat dari tahun 2022.
- Israel Mulai Kekurangan Tentara, Sampai Rekrut Warga Berumur 40 Tahun Lebih
- Baru Sehari Pulang Dari Gaza, Tentara Israel Bunuh Diri Tembak Kepalanya Sendiri
- Israel Curi Rp570 miliar Dana Palestina untuk Santunan Keluarga Tentara yang Tewas di Gaza
- Tentara Israel Tembak Mati Pegawai PBB di Gaza, Konvoi Kendarannya Diberondong Peluru
Utang Israel Membengkak, Tembus Rp695 Triliun Akibat Agresi di Gaza
Kementerian Keuangan Israel melaporkan pada 15 April, utang Tel Aviv meningkat dua kali lipat pada tahun lalu akibat agresi di Gaza. Laporan tersebut menyatakan, Israel memiliki utang sebesar 160 miliar shekel atau sekitar Rp695 triliun pada tahun 2023, 81 juta shekel atau sekitar Rp355 triliun di antaranya dari awal perang pada Oktober 2023.
Sumber: The Cradle
Sebagai perbandingan, Israel memiliki utang sebesar 63 miliar shekel atau sekitar Rp275 triliun pada 2022.
Total utang Israel di 2023 mencapai 62,1 persen dari produk domestik bruto (PDB), naik dari 60,5 persen di 2022 karena pengeluaran perang dan PDB yang menyusut. Utang publik Israel diperkirakan akan meningkat menjadi 67 persen pada tahun 2024.
Kementerian Keuangan mengatakan, utang publik Israel meningkat 8,7 persen tahun lalu menjadi 1,1 triliun shekel atau USD300 miliar sebagian disebabkan inflasi dan tingkat suku bunga yang lebih tinggi.
Seiring dengan menumpuknya utang, PDB Israel terus merosot.
Menurut Amir Yaron, gubernur Bank of Israel, sentimen internasional yang semakin negatif terhadap perang Israel di Gaza dapat berdampak lebih besar pada ekonomi Israel.
"Ketika sentimen terkikis, maka modal tak berwujud ini dapat rusak, dan jika rusak, hal ini berpotensi merusak cara investor melihat kita dan kemampuan kita," kata Aaron.
"Dan semakin banyak erosi seperti itu, maka kita harus menjadi lebih baik, dan bekerja lebih keras untuk mengimbanginya."
Menurut Biro Pusat Statistik Israel pada Februari, muncul laporan bahwa ekonomi Israel menyusut hampir 20 persen selama tiga bulan perang. PDB merosot 19,4 persen pada kuartal keempat 2023.
Hal ini menandai penurunan terdalam sejak kuartal kedua tahun 2020 ketika terjadinya lockdown terkait virus corona dan dampaknya terhadap belanja konsumen membuat pasar turun hampir 30 persen.
Beberapa perusahaan keuangan, mulai dari Fitch hingga Moody's, telah menurunkan peringkat kredit Israel sebagai akibat dari pengeluaran perang Tel Aviv.
Pada November, koran keuangan Israel Calcalist melaporkan biaya perang Israel di Jalur Gaza dapat mencapai 200 miliar shekel atau sekitar Rp857 triliun, menurut angka awal Kementerian Keuangan.
Menurut media tersebut, setengah dari biaya pertahanan—sekitar 1 miliar shekel atau Rp4 triliun per hari—berasal dari biaya pertahanan, 17-20 miliar shekel (Rp178–Rp258 triliun) lainnya berasal dari kehilangan pendapatan, sekitar 17-20 miliar shekel (Rp64–Rp80 triliun) untuk kompensasi bisnis, dan sekitar 10-20 miliar shekel (Rp48–Rp80 triliun) untuk tujuan rehabilitasi.