VIDEO Pemain Sepak Bola Peru Tewas Tersambar Petir di Lapangan, Delapan Pemain Luka
Tragedi sepak bola kembali terjadi di Peru. Petir menewaskan satu pemain dan melukai beberapa lainnya.
Sebuah video mengerikan yang memperlihatkan beberapa pemain sepak bola tersambar petir viral di media sosial baru-baru ini.
Insiden mengerikan itu disiarkan secara langsung di sebuah stasiun TV lokal di stadion Coto Coto di Chilca, Peru pada hari Minggu (3/11) dalam pertandingan antara klub Juventud Bellavista melawan Familia Chocca.
- Ini Sosok Orang Pertama dari Indonesia yang jadi Pelatih di Klub Sepak Bola Arab Saudi, Berasal dari Lamongan
- Terjadi Lagi di PON 2024, Deretan Kasus Pemukulan Wasit di Sepak Bola Indonesia ini Pernah Fenomenal di Masanya
- Deretan Pemain Timnas Sepak Bola Indonesia yang Menikah dengan Seleb Terkenal, Ada yang Berakhir Cerai
- VIDEO: Ini Rekaman Detik-Detik Pria Tengah Bermain Bola Tewas Tersambar Petir
Dilansir dari laman New York Post, laga itu baru berlangsung selama 22 menit ketika para pemain meninggalkan lapangan dan pertandingan akibat badai.
Secara tiba-tiba petir menyambar beberapa pemain dan membuat sedikitnya delapan pemain tergeletak di tanah, dua pemain di antaranya terkena langsung kilatan petir itu.
Jose Hugo de la Cruz Meza, berusia 39 tahun tewas di tempat akibat setelah terkena sambaran petir, sementara kiper Juan Chocca Llacta, 40 tahun, dilarikan ke rumah sakit setempat dengan luka bakar parah.
Sambaran petir itu juga melukai tiga penonton di tribun, dua remaja dan seorang pria berusia 24 tahun. Mereka dilaporkan terluka tetapi saat ini dalam kondisi stabil.
Menanggapi tragedi tersebut, Lucho Duarte, seorang insinyur yang juga merekam kejadian mengerikan itu, mengajukan usulan tindakan keselamatan untuk melindungi para pemain, termasuk penangkal petir.
"Insiden mengerikan ini mengingatkan kita akan pentingnya perlindungan terhadap petir, terutama pada acara di udara terbuka," kata Duarte.
“Kita perlu menerapkan sistem perlindungan di instalasi olahraga dan protokol keamanan yang melibatkan penghentian sementara aktivitas saat terjadi badai,” imbuhnya, seperti dikutip dari laman New York Post.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti